#1 KAMU Siapa Sih? SONGONG Banget.

321 33 33
                                    

Erat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Erat ... seonggok tangan tak di kenal tiba-tiba saja menggenggam jari-jemari tanganku ketat. Panik, tapi entah kenapa terasa nyaman. Jarinya yang panjang dengan telapak tangan besar membuat tanganku seolah kecil dalam genggamannya, bisa kurasakan garis ruas halus gurat kulit tangan keras itu lembut menggelitik.

Susah payah mata ini mencari-cari, siapakah gerangan? Tidak ada setitik pun sinar. Kukerjap-kerjapkan mata lagi, namun tetap, penglihatan diri tak jua mampu menembus jelas sosok fana yang berdiri di depanku saat ini.

Gelap!

"Kamu siapa?"

Akhirnya keluar juga seuntai kata dari bibir ini, dibalik rasa penasaran yang berkecamuk dalam dada. Manik mataku masih mencari-cari kejelasan bentuk jelas dari raut muka yang tak kunjung dapat kutemukan.

Sosok itu tenggelam dalam diam "hening" tanpa satu patah kata pun. Aku hanya mampu terdiam, menunggu tanpa kepastian.

Sebentar lagi ... aku akan tunggu. Apa yang akan dia lakukan?

Menunggu, menunggu hampir sekian detik. Hanya jari-jemari bergerak saling bertautan, meremas semakin kuat. Ada getaran aneh dalam dada menggelitik pelan.

Tunggu dulu! Sedikit demi sedikit seonggok tangan itu mulai melonggarkan pegangan, tanpa kusadari posisinya kini beralih menyentuh rambutku.

Hei! Seperti nyata. Aku bisa merasakan embusan napasnya yang berat menyapu wajahku lembut. Tubuh ini tersentak, membeku tak berdaya ketika seiris kulit menyentuh pipi.

Kucoba meraih tangan yang masih membelai rambutku, menyipitkan mata menembus kegelapan.

Nihil! Mataku tak mampu memandang jelas apapun itu. Jari jemari nakalku berusaha menyentuh sosok itu, lambat-lambat meraba setiap inci sudut lekuk bagian lengan berotot biceps.

Lelaki! Ya, tidak salah lagi, dia seorang lelaki. Tanpa kontrol, tanganku merayap lebih cepat menuju ke bagian pinggang, tepat pada tulang panggul sebelah kiri.

Tersentak, ketika meraba-raba, ada kulit bertekstur timbul, kasar memanjang, seperti bekas luka sobek. Sontak kutarik tangan, mendekapnya dalam tekap. Timbul perasaan takut, takut ia akan tersinggung.

"Kamu luka?" tanyaku hati-hati, aku hanya tidak mau membuatnya marah karena pertanyaanku.

Menunggu, menunggu sebuah kata keluar dari bibirnya. Sedetik, dua detik, hingga lima hitungan jariku.

"KWEK! KWEEK! KWEK!" jeritan bebek meronta terdengar memekakkan telinga.

GUBRAK!!!

"Aduh-duh-duh, sakit ..." rintihku merengek kesakitan.

Gendang telingaku meraba-raba, mencari sumber suara. Kedua iris mata hitamku spontan terbuka lebar. Pinggulku sakit, kusadari diri jatuh terjerebab ke lantai.

S I KTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang