#27 WaniTa MaSa LAlu

16 0 0
                                    

Pagi, segerombolan langit mendung berarak kelabu, hujan turun mengguyur dengan deras

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi, segerombolan langit mendung berarak kelabu, hujan turun mengguyur dengan deras. Bunyi suara ponsel berdering berkali-kali di atas meja, namun si empunya ponsel bergeming, tak terusik sedikit pun.

"Key, masih tidur kah?" tanya Stecya dari atas tempat tidur, merasa terganggu dengan suara ponsel yang memekak berisik.

Beberapa detik menunggu, tidak ada jawaban signifikan dari si pemilik ponsel. Perlahan-lahan Stecya berdiri dari tempat tidur dengan tubuh lemah, berjalan tertatih menuju sofa. Nama "Wifey" dengan emoticon love muncul di layar ponsel, sebuah foto mesra menjadi wallpapernya. Stecya menoleh, menatap awas pada lelaki yang tengah lelap di depan matanya.

"Halo! Key masih tidur. Ini dengan siapa?" tanya Stecya menyapa ramah.

Tut... tut... tut... telepon terputus kemudian. Key menggaruk leher, mengerjapkan mata yang masih mengantuk. Rupanya ia terbangun setelah mendengar suara Stecya barusan.

"Siapa yang telepon?" tanya Key menguap lebar, suaranya serak berat, khas suara bangun tidur.

"Tidak. Tidak ada yang telepon."

Key berdiri dari duduk dan merampas ponselnya dari tangan Stecya. Tak sempat melihat ponsel, Key lebih dulu melontarkan tanya pada Stecya. "Oh ya, jam berapa operasinya?"

Sebetulnya Key baru tahu kalau Stecya ada jadwal operasi, dari seorang perawat yang datang mengecek keadaan Stecya tadi malam.

"Siang ini, jam satu. Kenapa?"

"Tidak, tidak ada apa-apa. Kamu mau apa? Aku mau keluar beli makan."

Matanya melirik serius. "Aku mau kamu."

Key terdiam, bergeming sejenak. "Stecya."

Stecya tersenyum senang. "Bercanda. Jangan marah. Sebelum operasi aku tidak boleh makan," tuturnya menjelaskan.

"Ya sudah. Aku pergi dulu cari makan." Key buru-buru membalikkan badannya pergi.

Stecya yang masih berdiri di belakangnya tiba-tiba menarik, mendekap tekap punggungnya dari belakang. "Jangan pergi!" cegahnya mengecup punggung Key penuh hasrat, hasrat takut kehilangan.

Key terpaksa membalikkan badan, menatap teduh iris mata hazel di hadapannya. "Aku cuma beli makan. Jangan pikirkan apapun. Operasimu harus berhasil." Seuntai senyuman tersungging dari bibirnya.

Tiba-tiba saja kedua tangan Stecya menarik tengkuk lelaki di hadapannya, lambat-lambat mendekatkan ujung hidungnya. Bibir pucat pasi itu hampir menyentuh lembut bibir Key, kalau saja telapak tangan besarnya tidak lebih dulu menghalangi.

Key menurunkan kedua lengan yang melingkar di lehernya. "Stecya, jangan. Aku berdosa kalau menciummu," katanya dengan mimik muka serius.

****

Cekrek!

Suasana lobby tampak sepi lengang, hanya segelintir karyawan kantor yang terburu keluar dari dalam lift, termasuk wanita berambut panjang sepinggang yang mengenakan blus warna moka, celana slim fit straight lurus warna hitam. Tiga orang wanita keluar bergantian. Hei! Apa itu? Pandangannya dikejutkan oleh sekilas penampakan yang ada dalam ponsel milik salah seorang dari mereka.

S I KTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang