#30 Stay With Me

46 18 1
                                    


◾⬛


"Aku mau menginap di sini," ucap Key mengalihkan perhatian.

"Hei! Kamarku cuma satu. Kamu pulang saja, besok Lea aku antar."

"Tidak akan kubiarkan istriku sendirian bersama gerandong macam kamu. Kalau perlu, aku paksa dia pulang," tukasnya ketus, menatap Fendi garang. Rahangnya mengeras.

Bola mata Fendi memutar jengah. "Apa? Gerandong. Tidak salah, bukannya dirimu. Datang tak diminta, pergi tidak pamit," cibirnya menyindir pedas. Fendi menarik pundak Key sengit. "Hei! Aku tanya. Dari mana saja kau? Kau tahu, Lea baru dari rumah sakit," ungkapnya dengan nada ketus.

"Apa? Sakit apa?" wajahnya tampak terkejut.

Berdecak geram. "Masih peduli, kupikir sudah tidak," sindir Fendi mengolok secara halus.

"Hei! Aku tanya. Istriku sakit apa?" bola mata Key melotot marah, mencengkeram pundak kiri Fendi.

Fendi menepis kasar tangan Key. "Cuma demam, sekarang sudah baikan," jelasnya dengan nada kurang bersahabat, "kamu menemui Stecya lagi?"

Key memutar pandangan ke tempat lain saat ditanya Fendi seperti itu. "Bukan urusanmu."

"Ck! Kamu tidak punya hati ya? Aku tidak tahan melihatmu menyakiti Lea." Fendi memberi jeda pada ucapannya, kemudian. "Kalau kamu tidak mencintai Lea? Lepaskan dia. Aku ingin bersamanya."

"Tidak bisa." Melengos memalingkan muka.

Fendi mengepalkan sebelah tangannya geram. "Maksudmu tidak bisa?" matanya menyipit.

"Dia istriku."

Fendi mendesah kesal. "Ya, dia istrimu. Aku tau itu. Tapi kau..." tangannya mengepal geram, menahan diri untuk memukul.

"Aku tahu, aku melukai hatinya. Tapi aku tidak mau melepaskannya."

"Kau gila. Apa kau mau menyakitinya seumur hidup?"

"Tidak. Aku mencintainya."

Fendi terperangah mendengar ungkapan spontan yang dikatakan Key barusan. "Tunggu dulu! Apa kalian sudah?" tebak Fendi memastikan satu hal, meski sesungguhnya ia tidak ingin mendengarnya.

"Ya! Dia milikku. Seutuhnya."

Wajah Fendi berubah muram, dia terlihat sangat sedih, kesal saat mendengar pengakuan Key. Ia tahu semuanya sudah terlambat, yang bisa ia lakukan sekarang hanyalah menerima keadaan bahwa gadis yang dicintainya sudah milik orang lain.

"Oh ya, kamar mandinya mana?" tanya Key mengalihkan pembicaraan. Fendi tak langsung menjawab, masih melamun sendiri. "Hei! Aku tanya, kamar mandinya di mana?" seru Key mengulang ucapan.

Fendi tersentak, "Hmm, apa?"

"Aku tanya, kamar mandinya di mana?" seru Key mengulang ucapan.

"Tuh!" jawabnya sembari menggerakkan kepala, menunjuk sebuah pintu yang tak jauh dari kamar tidur.

"Pinjam bajumu, nanti aku ganti," perintahnya dengan wajah congkak. "Oh ya, sekalian pinjam handuk."

Fendi menggerutu kesal dalam hati, melihat tingkah laku Key yang arogan dan seenaknya sendiri. Sebetulnya Key tidak pernah bersikap seperti ini sebelumnya, itu menurut pikiran Fendi, tapi semuanya berubah begitu saja.

"Kamu sudah makan belum? Aku mau beli makan. Sekalian."

"Terserah kamu saja. Asal jangan racun." Komentar Key melayangkan candaan garing sebelum dia masuk ke dalam kamar mandi.

S I KTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang