Daren memasuki gerbang sekolah dengan perasaan kesal. Entah mengapa dari kemarin ia merasa kesal tanpa tahu apa alasannya.
"Daren!" panggil seseorang, Daren langsung menolehkan kepalanya kearah sumber suara.
Daren yang sedang kesal menjadi tambah kesal saat mengetahui orang yang memanggilnya adalah Arga yang berjalan bersama perempuan yang Daren lihat kemarin.Daren ingin melangkahkan kakinya pergi, namun Arga lebih dulu menahan tangannya.
"Apaan sih?!" tanya Daren dengan ketus.
"Pagi-pagi dah jelek gitu mukanya." Arga mencubit pelan pipi Daren yang malah membuat Daren makin kesal.
"Ini, kenalin dia namanya Jessy anak kelas sepu.."
"Bodo amat!" Daren memotong ucapan Arga. Ia kemudian berjalan pergi melewati celah tengah antara Arga dengan perempuan itu yang otomatis menjauhkan mereka.Daren berjalan menuju kelasnya dengan perasaan yang semakin kesal. Daren menghentikan langkahnya ketika hatinya bersuara "lo kesel karena apa? Karena liat Arga sama cewek?"
Ia berusaha menjawab pertanyaan dari hatinya itu, namun rasa kesal yang ada dalam dirinya lebih besar daripada rasa ingin tau nya.
"Bodo amat lah! Siapa juga yang pengen kenalan sama si JeShit JeShit itu!!!" teriak Daren kesal.Arga masih berdiri di tempatnya, ia tidak tau apa yang telah ia lakukan sehingga Daren seperti itu, apa benar karena dirinya atau hal lain? Jessy yang masih berada di samping Arga, memandangi Arga dan Daren yang sudah jauh hampir tak terlihat secara bergantian.
"Siapa dia?" tanya Jessy.
"Daren." jawab Arga singkat.
"Gua tanya, siapa dia? Temen?" tanya Jessy lagi, ia tak pernah melihat si Daren ini sebelumnya, yang ia tau, teman Arga itu hanya David dan Billy, tetapi
Arga tak menjawab pertanyaan Jessy dan langsung pergi meninggalkannya.Sampai di kelas, Arga langsung berjalan ke meja nya. Ia melipat kedua tangannya di atas meja dan menidurkan kepalanya disana. Sebenarnya ia berniat untuk tidur, tetapi pertanyaan dari Jessy tadi masih memenuhi kepalanya.
Benar juga, siapa Daren baginya? Teman? Musuh? Atau hanya sebatas kenalan?
Ia terus memikirkannya sampai akhirnya tertidur.🐥🐥🐥
Arga terbangun karena ia merasa ada yang menepuk-nepuk pundaknya.
"Mau ke kantin gak?" tanya David yang berdiri di samping tempat duduk Arga.
Kalau saja David tidak membangunkan Arga pasti ia akan tertidur sampai jam pulang.
"Woy vid! Cepetan!" teriak Billy yang sudah berdiri di depan pintu kelas. David mengabaikan Billy, ia kembali bertanya pada Arga.
"Ikut gak?"
Arga menganggukan kepalanya dan berjalan menyusul Billy yang sudah ada didepan kelas.Saat mereka sudah sampai di kantin, Arga melihat Daren sedang makan bersama Dave dan... Anak kelas sepuluh yang sebelumnya menjadi target bullynya.
"Ngapain sih tuh anak!" kesal Arga, kemudian ia berjalan menghampiri mereka. David mengikuti Arga sedangkan Billy pergi membeli makanan."Minggir!" usir Arga kepada Ezra yang duduk di samping Daren. Begitu melihat Arga, Ezra langsung bangun dan pergi meninggalkan meja itu. Ia terlalu takut berurusan dengan Arga.
Daren hanya menatap kesal ke arah Arga yang sudah duduk di sampingnya.
David kemudian duduk di samping Dave. Ia menatap sebentar ke arah Dave yang sedang makan lalu memalingkan wajahnya."Ngapain sih?!" tanya Daren yang merasa risih karena terus dipandangi oleh Arga.
"Lo kenapa sih daritadi pagi kayak cewek pms?!" tanya Arga yang hanya dibalas dengan tatapan tajam dari Daren.
"Mana pacar lo?" tanya Daren pelan.
"Hahh?!" Arga tak mendengar kata-kata dari Daren barusan.
"Katanya, mana pacar lo?" ujar Billy yang tiba-tiba ada di belakang mereka sambil membawa banyak makanan."Pacar?" Arga bingung. Daren hanya menunduk dan terus memakan makanannya.
"Gua mana punya pacar." ujar Arga dengan santainya yang membuat Daren kesal.
"Terus si JeShit itu apa?!!" tanya Daren sedikit berteriak.
"Hah? Jessy maksud lo? Dia mah adek gua." jawab Arga. Daren terdiam, ngapain juga dia nanya ini ke Arga, emangnya kenapa kalo si Arga punya pacar?
KAMU SEDANG MEMBACA
BASTARD! [BXB] ✅ (DIBUKUKAN)
Teen Fiction[TELAH DIBUKUKAN] Clair Daren Prabasuyasa merasa tertarik untuk melawan anak yang paling ditakuti di sekolah, Arga Ferdinand. Keduanya semakin saling membenci dari hari ke hari, mereka saling berfikir bagaimana cara menghancurkan satu sama lain. Na...