Jisoo sejak dari tadi mengepalkan tangannya. Ini bukanlah pernikahan sesungguhnya, tapi Ia merasa ini seperti pernikahan sesungguhnya.
Ia bahkan mampu merasakan debaran jantungnya sendiri saat ini. Saking groginya, Jisoo mengeluarkan keringat dingin.
Upacara pernikahan akan berlangsung sebentar lagi dan dia masih tidak percaya dengan hari ini.
Pernikahan yang Ia inginkan bukanlah seperti ini.
"Jisoo-aa, apa kau merasa gugup?" Tanya Ibu Seungyoon.
"Ne omonim." Jawab Jisoo jujur.
Ayolah! Ini bahkan bukan pernikahan sesungguhnya, baginya. Kenapa harus menghayati seperti itu?.
"Tenanglah. Kau harus memantabkan perasaanmu. Sebentar lagi kau akan berjalan di altar, laki-lakimu sudah menunggu di sana." Kata Ibu Seungyoon. Jisoo hanya mengangguk saja.
Setengah jam berlalu, kini Jisoo melangkahkan kakinya menuju altar pernikahan. Tentu saja dia tidak tenang, hatinya gusar dan dia tidak sepenuhnya yakin dengan keputusannya saat ini. Tapi berbalik arah sekarang, bukankah ini sudah sangat terlbat?.
Jisoo mati-matian menahan degupan jantungnya. Bukan karena Ia memiliki rasa dengan calon pendampingnya, bukan. Ia merasa sedikit bersalah dengan kedua orang tuanya dan juga saudaranya dan pihak yang akan Ia rugikan setelah ini semua berakhir.
Bukankah akhir dari ini semua adalah perceraian?.
Apa reaksi orang tuanya? Tentu saja marah besar.
Jisoo menghirup nafasnya dalam-dalam ketika pintu menuju altar pernikahan sudah di depan matanya, kemudian menghembuskan nafasnya dan selanjutnya Jisoo sudah melangkahkan kakinya ke dalam sana.
Di sinilah. Di sinilah mereka sekarang berada.
Seungyoon sudah menunggu wanita ini berjalan mendekatinya. Bohong jika Seungyoon tidak merasakan apapun, bohong jika Seungyoon tidak gugup, berdebar dan tidak tenang.
Ketika Jisoo masuk dari pintu lebar berhiaskan bunga-bunga tersebut, seakan wanita itu datang dari surga. Jisoo tampak bening dan terang dari sana. Dari jauh sana. Terlihat cahaya bersinar dari belakangnya sembari wanitabitu berjalan ke arahnya.
Seungyoon tertegun. Jujur saja, Jisoo tampak cantik sekarang meskipun dia tertutup tudung, apa karena dia sedang di dandani?.
Setiap langkah Jisoo yang bergerak mendekat ke arahnya, dia mati-matian menahan rasa cemas yang hampir melemaskan kedua kakinya.
Seungyoon melihatnya sekarsng berada di depan matanya. Tepat di depannya.
Upacara pemberkatan berlangsung, semua orsng menyaksikan kedua mempelai merespon peneguhan dari sang pendeta hingga akhirnya janji hidup bersama mereka lontarkan bersama.
Seungyoon menelan salivanya. Kemudian membuka tudung penutup wajah Jisoo. Inilah yang orang-orang tunggu.
"Cium!! Cium!! Ciumm!!"
Semua orang tampaknya sedang menyerukan adegan yang mereka nantikan.
Seungyoon dapat memandang wajah Jisoo sekarang. Jisoo tidak berani menatap Seungyoon secara langsung.
Seungyoon mendekatkan wajahnya ke arah Jisoo, tapi Jisoo memundurkan wajahnya.
"Ingat-ingat saja ini hanya sebuah sandiwara." Bisik Seungyoon dekat telinga Jisoo.
"Jangan macam-macam denganku." Jisoo mengancam.
"Lihat mereka dan tersenyum, jangan kacaukan sandiwara ini." Kemudian Seungyoon mengahadapkan wajahnya ke arah tamu, selanjutnya Jisoo ganti memandangi tamu undangan. Suara sorakan para hadirin tamu masih menggema di seluruh ruangan altar. Selagi itu Seungyoon dengan sigap menarik wajah Jisoo dan mengecupnya tepat di bibir.
YOU ARE READING
FLIPPED
FanfictionMenjadi desainer fashion ternyata bukan hal yang mudah bagi Jisoo. Profesi yang ditentang oleh keluarga, ditinggal pacarnya , dan kehilangan banyak harta karena kasus penipuan. Tidak sampai disitu. Jisoo yang malang mau tidak mau harus terlibat deng...