15

138 23 1
                                    

Jisoo dan Seungyoon sekarang sudah berada di dalam mobil. Tidak ada yang hendak memulai percakapan, suasana mobil terasa hening. Bahkan, suara musik saja tidak ada didengar. Mobil ini benar-benar setenang itu.

Seungyoon melirik ke arah Jisoo yang memasang wajah masam. Dia menghembuskan nafasnya pelan lalu menggigit bibir bawahnya. 

Ini tidak boleh terjadi terlalu lama, wanita ini mungkin akan memperparah keadaan jika dia tidak segera menyelesaikan masalah ini.

Seungyoon mencoba berdeham, sepertinya Ia akan memulai sebuah percakapan.

"Apa kau masih marah padaku?." Tanya Seungyoon pada Jisoo tanpa melihat Jisoo sedikitpun. Tapi Jisoo masih tenang di sana, tidak berniat untuk menatap Seungyoon.

Seungyoon merasa frustasi.

"Aku kan sudah minta maaf. Lagi pula aku sudah meminta izin pada orang tua mu. Kenapa kau masih marah dan mempermasalahkannya?."

Jisoo langsung menoleh ke arah Seungyoon, memberikan tatapan tajam penuh kematian.

"Kau bilang apa? Kau meminta izin pada ayah dan ibuku, tapi tidak denganku?. Woah, Jinjja!." Ucapnya dengan marah.

"Aku... ingin... memberimu...ke...ju...tan..." Balas Seungyoon setengah memikirkan jawaban.

"Kau pikir ini pernikahan sungguhan? Kau bilang pada ayah dan ibuku jika aku hamil, kau bahkan membeberkannya pada semua orang jika aku hamil, sekarang kau bilang kepada mereka jika kita akan pergi honey moon?. Kau pikir siapa kau ini mengatur segala urusan hidupku?." Nafas Jisoo naik turun, Ia meluapkan segala jenis amarahnya yang terbendung sejak lama. Ia benar-benar marah.

Seungyoon menggigit bibir bawahnya. Ia tidak menyangka jika apa yang telah Ia lakukan ini akan membuat wanita di sebelahnya ini akan semarah ini. Apa yang harus Ia lakukan jika begitu?.

Bahkan perjalanan menuju Hanoy belum berjalan 1% tapi Jisoo sudah seperti ini.

Seungyoon tidak menjawab pertanyaan Jisoo, Ia memutuskan untuk fokus pada setir mobilnya. Ia tidak ingin dipusingkan dengan hal seperti ini.

Sesampainya di bandara, Seungyoon langsung menyerahkan kunci mobil pada supir keluarga miliknya, lalu berhempas masuk ke dalam bandara. Jisoo melangkan meninggalkan Seungyoon, sehingga Seungyoon yang harus membawa dua koper (koper miliknya dan milik Jisoo).

Ia sengaja melakukan hal itu, karena mungkin saja Jisoo akan marah lagi jika Ia menyuruh wanita itu membawakan koper.

Seungyoon tertinggal beberapa langkah kaki dari Jisoo. Sadar atau tidak, Jisoo berjalan dengan sangat cepat.

"Woah. Dia benar-benar marah rupanya." Kata Seungyoon sembari mengamati punggung Jisoo yang sudah hampir jauh dari jangkauannya.

Kalian tahu kan, membawa dua koper bukanlah hal mudah untuk dilakukan.

Seungyoon menghela nafasnya, Ia mengeluarkan ponselnya dan menghubungi seseorang.

.

.

.

Dua jam telah berlalu dan mereka berdua, Seungyoon dan Jisoo, sudah duduk di dalam pesawat.

Pesawat sudah terbang meninggalkan negaranya tapi Jisoo masih tetap tidak mau mengajak Seungyoon berbicara sama sekali. Bahkan melihat Seungyoon saja dia ogah.

Lihat wanita itu. Dia membelakangi suaminya, ralat, suami bohongannya.

Seungyoon menghela nafasnya saat melihat tingkah wanita yang duduk di sebelah kirinya.

FLIPPEDWhere stories live. Discover now