Happy reading!
"Aku tidak ingin lagi merasakan jatuh Cinta, karena yang selalu aku dapat hanya 'Jatuh' nya bukan 'Cinta' nya."
👇
Karin dan Lina bingung dengan sikap Ayu. Dari tadi Ayu hanya berkutik pada buku entah membacanya atau tidak.
Karin dan Lina yakin Ayu hanya membolak balikkan buku itu. Seperti ada masalah pada diri Ayu, tapi mereka tak mampu untuk bertanya.
Karena mereka tau, bagaimana sikap Ayu saat sedang sedih. Bisa saja lebih dingin dari sebuah es. Mereka berdua hanya saling pandang dan menaikkan kedua bahunya.
Disaat seperti itu Anat tiba-tiba masuk kedalam kelas dengan gaya riang nya. Entah sedang kesetan mungkin dia bergaya seperti itu.
"Hello gaesss." Sapa Anat dengan lantangnya membuat Karin dan Lina menutup telinganya.
"Berisik toa." Omel Lina.
"Astaga. Suara gua yang bagus begini dibilang toa." Ucap Anat bergaya sambil memegang dadanya.
"Pagi-pagi udah berisik aja lu." omel Karin.
Mendengar omelan dari sahabatnya Anat hanya memajukan bibirnya dan berjalan ketempat duduk nya disebelah Lina.
"Yu diem aja." Ucap Anat tapi tak dapat respon.
Anat menengok ke arah Karin dan Lina sambil mendangahkan dagunya tanda bertanya 'kenapa'.
Yang ditanya hanya menaikkan kedua bahunya tanda tidak tau.
Ayu menengok ke arah Anat dan ia terpaku saat melihat kalung yang dipakai Anat.
"Nat, kalung lu?"
"Bagus yah? Kemaren ada yang ngirim ke rumah gua. Tapi nggak ada nama pemiliknya." Ucap Anat sambil memegang kalung itu dan memainkan nya.
Kening Karin dan Lina berkerut sedangkan Ayu terus menatap kalung itu.
"Cuma ada pesan dikertas doang." lanjut Anat.
"Pesan apa?" tanya Lina.
"Bentar gua bacaain."
Anat mengeluarkan kotak kalung itu yang terdapat secarik kertas dan mengeluarkan kertas itu dari dalam kotak dan mulai membacanya.
"Atas nama persahabatan ini aku ungkapkan terima kasih karena telah hadir dan menjadi yang terbaik.
Kita seperti kucing dan singa. Kucing yang lembut dan singa yang garang, mungkin ini terdengar aneh tapi nyatanya seperti itu."
Anat mulai membaca pesan itu dan ia menarik nafasnya sebentar lalu menghembuskan nafasnya dan melanjutkan membaca itu..
"Kau bilang hidup harus seperti kucing, mencuri sesuatu yang diinginkan dan kadang juga seperti singa, marah jika ada yang mengusik ketenangannya.
Lucu. Kata-kata itu mampu membuat aku tertawa. Persahabatan yang kita mulai secara baik-baik harus berakhir juga dengan baik.
Tapi ku mohon jangan pernah ada kata berakhir dalam persahabatan ini."
Anat mengakhiri pesan itu ia membacanya seperti sedang berpuitis, mampu membuat Lina dan Karin berpelukan.
Tapi tidak dengan Ayu, Ayu terlihat termenung mendengar pesan itu. Menahan cairan bening yang akan keluar dari matanya.
Berhasil. Ayu mampu menahan cairan bening itu agar tidak keluar, ia tidak ingin kelihatan lemah didepan sahabat-sahabatnya.
Ia menggit bibir bawahnya menahan emosi pada dirinya, tak tau apa yang harus ia lakukan saat ini.
"Yu." Panggil Karin.
"Iya?"
"Lu nggak apa-apa?"
"Nggak. Cuma terlalu menghayati aja"
Tak terasa akhirnya bel masuk sekolah pun berbunyi semua siswa berhamburan masuk kedalam kelas Anat dan Lina pun kembali ketempat duduk mereka.
Ayu melihat kearah pintu kelas terdapat Jenifer dan kawan-kawan juga masuk ke dalam kelas.
Mata mereka saling beradu tak ada yang mau mengalah, mereka sama-sama menatap penuh kebencian. Ralat! Mungkin hanya Jenifer, Ayu menatapnya penuh kegarangan mungkin.
Entah siapa duluan yang mulai atau mungkin karena ada guru biologi yang masuk mereka sudah menghadap kedepan papan tulis.
"Oke anak-anak kita lanjutkan pelajaran yang tertunda kemarin." Ucap guru biologi dan siswa siswi menuruti perintah.
🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾Tak terasa jam istirahat sudah datang. Yuda, Adit, Rezi, dan Rey sedang duduk duduk dikelas, pengangguran tak ada kegiatan apa-apa. Memukul-mukul meja mungkin bisa menghilangkan kebosanan mereka, atau bernyanyi dengan kencang.
Ide Yuda mampu membuat yang lain nya mengangguk tanda setuju, mumpung dikelas sepi hanya ada beberapa orang doang.
"Kalau hanya untuk mengejar laki-laki lain, buat apasih benang biru kau sulam menjadi kelembu."
Yuda mulai bernyanyi dengan kencang, Rezi memukul meja, Rey dan Adit mengambil sapu berlaga seperti bermain gitar dan seruling.
"Tarik terus Yud." Ucap Rey lantang.
"Dulu aku suka padamu dulu aku suka."
"Yayayayaya." Ucap Rey, Rezi, Adit kompak.
"Dulu aku gila padamu dulu aku memang gila."
"Sekarang juga." Celetuk ketiganya.
"Woy berisik!" omel Vito si ketua Osis.
Mereka berempat saling pandang lalu menaikkan sebelas alisnya. Berfikir sesuatu, tak menghiraukan omelan Vito. Senyum jahil terukir dibibir mereka.
Rezi, Rey, Yuda, dan Adit terus memukul meja seolah omelan Vito hanya lah angin lalu bagi mereka.
Karena kesal omelan tak didengar, Vito memilih keluar kelas daripada harus menghadapai empat sekawan yang otaknya mulai geser dan akan membuatnya darting.
"Reziii sayang? Aku dateng."
"Yah Rez, peliharaan lu dateng noh." Ucap Yuda.
"Rezi kamu kok nggak ke kantin?" Tanya Jenifer.
"Nggak laper."
"Temenin aku."
"Nggak. Sama temen lu aja sono"
Jenifer mengerucutkan bibir nya lalu keluar kelas Rezi karena kesal Rezi tak mau menemaninya ke kantin.
"Ngakak parah." Ucap Rey.
"Hahahahaha" tawa mereka pecah.
.
.
.
.Haii haiiiiii🙈
Kambek egen😚❤
Lama ya? Kudu sabar sangat😂Follow Fitriyani1222 diantika1053
Tengkyuuuuuu😚❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Badboys Vs ColdGirls
Teen Fiction#teen fiction 18/03/2018 Bagaimana cara seorang badboy yang berusaha mencairkan sifat dingin gadis yang ia sukai? Akankah gadis itu luluh? atau sebaliknya? membencinya, mungkin? Karna gua yakin, cepat atau lambat gua bisa cairin sikap dingin l...