25

761 55 2
                                    

Di sebuah halte terdapat dua namja yang sedang menunggu bis yang akan membawa mereka pulang. Satu pemuda tampak kelelahan dan yang satu lagi tertidur begitu saja di bahu pemuda yang satunya. 'Kau pasti sangat lelah.' Ucap pemuda yang masih terjaga dalam hati.

Waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam, tapi tanda-tanda bis akan datang belum juga terlihat. Hampir 1jam mereka menunggu disana, 'apa semua bis yang lewat jalur ini sudah tidak ada?'. Karena hanya mereka berdua sedari tadi disana. Kedua temannya sudah pulang lebih dulu dari 3jam yang lalu. Ini memang salahnya karena tadi mengajak pemuda yang disampingnya untuk memutar-mutar lebih dulu mengelilingi kawasan yang dia sendiri belum paham betul. Dia ingin mencoba menghubungi temannya untuk menanyakan jalur bis yang lewat sana, tapi sebelum itu terlaksana daya baterai ponselnya sudah habis lebih dulu.

Tin tin

Suara klakson tersebut membuat pemuda yang sedang tidur itu terbangun kaget dan pemuda yang sedang meratapi nasibnya tak kalah kaget juga.

Dari arah depan tidak terlihat jelas siapa seseorang dibalik kemudi mobil yang sudah berhenti di hadapan mereka berdua.

"Kevin." Panggil orang itu setelah keluar dari mobilnya.

Kedua pemuda yang sedari tadi memperhatikan mobil yang sedang berhenti dibuat lebih terkejut lagi siapa dibalik kemudi mobil dan memanggil salah satu diantara mereka.

Hari yang sudah gelap membuat penglihatan mereka kurang begitu jelas. Saat ada mobil dari lawan arah dan menyoroti tubuh orang yang beru keluar dari mobil membuat mereka mengenalinya meskipun salah satu diantaranya baru bertemu sekali.

"Paman Henry?"

"Eoh Luhan, apa yang sedang kalian lakukan disini? Ini sudah malam."

Dengan gugup Luhan menjawab "Ah kami sedang menunggu bis untuk pulang paman."

Henry sedikit terkekeh, pasalnya ia tau bis yang lewat jalur ini hanya ada sampai pukul 7 malam saja.

"Kenapa paman tertawa?" Tanya Luhan dengan wajah polosnya. Sedang Kris lebih memilih memalingkan mukanya kearah lain agar tidak tatap mata dengan Henry sang ayah kandung. Meski Kris belum mau mengakuinya.

"Kalian mau menunggu sampai jam 12 pun tidak akan ada bis yang lewat. Bis yang lewat jalur ini hanya sampai pukul 7 malam saja. Kecuali akhir pekan, dan sayangnya sekarang bukan akhir pekan Lu." Jelas Henry panjang lebar, membuat Luhan tersenyum kecut. berarti mereka percuma saja menunggu sedari tadi.

"Ayo masuk ke mobil, biar paman antar kalian. Ini sudah mau pukul 11 malam." Ajak Henry sedikit ragu memang, melihat Kris yang tidak mau melihatnya sama sekali setelah tau pemilik mobil itu Henry.

Luhan dibuat bingung, ia tau Kris masih belum mau menerima kehadiran Henry pamannya. Tapi jika menolak mereka pulang mau naik apa? Naik taksi? Sedari tadi tidak ada taksi yang lewat juga.

Kris tidak memberi respon, Luhan menyenggol sedikit lengan Kris untuk menatapnya.

"Bagaimana?" Kira-kira seperti itu apa yang diucapkan oleh tatapan Luhan pada Kris.

Kris tau maksud Luhan, tapi ia masih enggan untuk mengeluarkan suara ataupun menjawab pertanyaan Luhan dari tatapan matanya tadi.

"Maaf paman, mungkin lain kali saja." Ucap Luhan, tau Kris pasti tidak akan mau pulang di antar oleh Henry.

"Ya sudah, paman tidak akan memaksa. Kalian hati-hati, paman pergi dulu." Ujar Henry sedikit kecewa karena usahanya gagal untuk bisa dekat kembali dengan sang anak.

Henry langsung saja memasuki mobilnya kembali dan melanjutkan jalan pulangnya.

"Ge, kenapa kau diam saja?" Tanya Luhan saat Henry sudah melajukan mobilnya.

My Brother [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang