Kwon Jiyong. Pria berparas tampan dengan tubuh semampai. Ia tak begitu jangkung jika dibandingkan dengan pria Korea yang lain, juga tidak terlalu pendek untuk ukuran seorang pria. Manik coklat mudanya dapat mengintimidasi siapapun namun tidak untuk dua gadisnya.
Park Nara dan Park Sandara. Dua gadis yang berhasil memikat hati Kwon Jiyong. Ia memang tidak memiliki hati yang dingin pada wanita. Terbukti saat ia mendekati Goo Hara, seorang gadis yang dipercaya ibunya untuk dinikahi olehnya setelah ia kehilangan istri dan anaknya 5 tahun yang lalu. Ia memiliki hati yang lembut dan sikap yang ramah, meskipun di kantor ia terkenal mengintimidasi.
Lima tahun lalu ia mengalami kecelakaan bersama istrinya yang tengah mengandung. Berita mengenai kecelakaan tersebut tak berhenti hingga satu minggu lebih. Dan dengan itu, ia harus menghadapi perasaan bersalah hingga ia harus pergi ke Jepang untuk menenangkan dirinya.
Bisa dikatakan ia lari dari kenyataan pahitnya, ditinggal oleh istri dan calon anak mereka karena kecerobohannya yang tidak memperhatikan jalanan saat mereka berkendara. Ia lari ke Jepang dan bertemu dengan Kiko, gadis yang juga sahabat Jin Ah-mendiang istrinya-. Mereka memiliki hubungan tak berstatus selama lima tahun hingga pria itu kembali ke Korea.
Alasannya cukup tak masuk akal saat ia kembali ke Korea, meninggalkan Kiko dengan harapan palsunya yang telah ia berikan pada gadis itu. Mendiang istrinya menghampirinya lewat mimpi dan memintanya untuk kembali ke Korea.
Takdir selalu memiliki cara untuk menyatukan satu cinta dengan cinta yang lain. Satu manusia dengan manusia yang lain. Begitupun dengan Jiyong. Ia memiliki dewa cupidnya sendiri yaitu anak gadisnya, Park Nara.
Pertemuan dengan anak pegawainya membawa kisah cerita yang cukup unik. Dimulai dari perasaannya pada Nara seperti sepasang Ayah dan Anak, perasaan bimbangnya saat ia harus memilih antara Nara dan Hara, hingga perasaannya pada pegawainya sendiri. Park Sandara.
Dan kini mereka telah menikah, meskipun baru mengenal gadis yang ia kenal sebagai ibu dari Park-Kwon Nara, namun ia dapat merasakan bahwa gadis yang kini menjadi istrinya adalah seorang wanita tangguh yang hebat. Dan ia tak bisa menghentikan perasaan bangga dan bahagianya saat gadis itu mengatakan bahwa ia menerimanya untuk menikahinya.
"Good morning, baby" suara itu selalu dapat membuatnya tersenyum dan kupu-kupu di perutnya selalu bereaksi setiap ia mendengar kata 'baby' dari mulut istrinya. "Saatnya bangun dan bersiap. Gadis kecilmu tak suka menunggu lama" ucapan itu menyambangi telinganya bersamaan dengan tangan Sandara yang mengusap pipi pria itu.
"Morning babe" dan suara itu selalu mampu membuat Sandara merona. Suara serak yang khas yang selalu membuat kupu-kupu di perutnya berpesta. "Bisa kau tambahkan waktu tidurku? Aku masih mengantuk?" dan itu suara pria yang kini berubah menjadi seorang anak kecil.
Dibalik sifat arogan dan berwibawanya, Sandara baru sadar bahwa Bos-nya sangat kekanakan saat berada di dalam rumah. "Aku sekarang tahu mengapa Eomma hanya memiliki satu anak sepertimu" mata itu kini terbuka lebar menampilkan manik coklat muda yang berpijar.
"Mengapa?" tanya pria itu penuh perhatian.
Sandara mengusap rambut prianya lembut sebelum menjawab, "Karena Eomma akan sakit kepala menghadapi dua pria kekanakan sepertimu. Tidak tahukah kau bahwa sifat kekanakanmu bisa mengalahkan sifat natural Nara?" tanya Sandara diakhiri dengan mencubit gemas pipi Jiyong.
Pria itu hanya menampilkan senyum kekanakan sebelum memeluk tubuh Dara, menyimpan kepalanya di dada gadis itu dengan Dara yang memeluk kepala Jiyong. "Apakah kau kini menyesal telah menerimaku sebagai suamimu, Nona?" tanya Jiyong dalam pelukan Dara.
Gadis itu tertawa pelan, "Jika aku mengatakan bahwa aku menyesal apakah kau akan melepaskanku Tuan?" tanya Dara masih memainkan rambut pria itu.
"No way! Jangan harap hari itu tiba Nona, karena kau hanya akan bermimpi itu akan terjadi!" ucap Jiyong penuh keyakinan. "Aku tak akan membagi milikku pada siapapun. Dan apapun yang aku inginkan akan selalu kudapatkan termasuk untuk hidup bersamamu selamanya. Kau dengar itu, Nona?" tanya Jiyong yang kini berhadapan dengan gadis itu.
Sandara tertawa kecil sebelum mengangguk. "Kau ingin menunggu gadis kecilmu mengganggu waktu kita atau kau akan melepaskanku sekarang. Aku perlu menyiapkan sarapan untuk kalian berdua sebelum pergi ke kantor bersamamu"
Jiyong melepaskan pelukannya setelah mencium bibir gadis itu dan memberi beberapa kecupan di wajah gadis itu. Sandara menggeleng kepalanya saat prianya pergi ke kamar mandi meninggalkan dirinya dengan kasur yang berantakan.
---
Mereka bergegas pergi ke kantor setelah mengantarkan anak perempuan mereka. Dara kembali ke ruangannya dan Jiyong ke ruangannya. Tak ada yang berubah dari mereka saat mereka berada di kantor. Kecuali saat makan siang.
"Baby~" Dara tersenyum saat mendengar suara suaminya yang kini menyembulkan kepalanya di ruangannya. Gadis itu melirik jam yang berada di mejanya lalu merapikan barang bawaannya. "Apakah kau sudah makan?" tanya Jiyong kini berjalan mendekati istrinya.
"Tentu saja belum, ayo kita jemput gadis kecilmu sebelum pergi makan siang bersama" ucap Sandara mengambil tasnya dan berjalan mendekati Jiyong.
Pria itu mendesah pelan, "Ada apa?" tanya Dara
Pria itu mendekati gadisnya lalu memeluknya, "Aku tak bisa ikut makan siang bersama kalian. Aku harus menghadiri rapat dengan investor dari Jerman" ucap Jiyong dengan nada sedihnya.
"Dimana kalian akan rapat?" tanya Dara, tangannya mengusap punggung suaminya pelan.
"Di ruang meeting kantor" gumam Jiyong,
"Kapan rapat itu dimulai?" tanya Dara masih memeluk tubuh prianya
"25 menit yang akan datang" ucap Jiyong masih belum bersemangat.
"Baiklah, kau tunggu dulu disini, aku akan pergi ke kantin dan membeli sesuatu agar kau tetap makan siang" ucap Dara mencoba untuk melepaskan pelukan dari suaminya. "Kau tak berniat melepas pelukanmu Tuan?" tanya Dara
Jiyong membalasnya dengan gelengan kepala, "Aku merindukan mu" ucap Jiyong yang kini menghirup leher istrinya.
"Bahkan saat aku berada di satu gedung denganmu?" tanya Dara, Jiyong membalasnya dengan anggukan kepala dan senyuman lebar yang hanya dapat Dara rasakan. "Kau terlalu berlebihan Kwon, kau tahu itu?" tanya Dara kini mengayun tubuh keduanya kekanan dan kekiri.
"Apakah kau seperti ini saat bersama Jin Ah?" tanya Dara, Jiyong menghela nafasnya sebelum melepaskan pelukannya, ia menatap manik coklat kesukaannya lalu mencium kening Dara sebelum menjawab pertanyaan istrinya.
"Apa yang aku lakukan padamu adalah bukti bahwa aku telah menyerahkan segalanya padamu. Aku tak lagi menutupi segalanya darimu. Aku mempercayakan seluruhnya dan hanya menunjukkannya padamu. Meskipun aku memiliki Jin Ah di masa lalu, tapi kini aku memilikimu, bisakah kau tak mengungkit yang sudah berlalu?" ucap pria itu dengan tangan di kepala Dara dan mata menatap wanita itu tulus.
Dara menggigit bibir bawahnya sebelum mengangguk sanggup. Ada perasaan bersalah saat pria itu mengatakan bahwa ia tak ingin mengungkit masa lalunya. Tapi ia percaya bahwa prianya ini tak lagi memiliki perasaan pada mendiang istrinya.
"Aku mencintaimu. Dan kau tak bisa membandingkannya dengan perasaanku pada Jin Ah dimasa lalu, perasaanku padamu dan pada Jin Ah sangat berbeda. Selalu ingat bahwa, Jin Ah adalah masa lalu dan kau adalah masa depanku. Kau mengerti?" tanya Jiyong.
Sekali lagi, gadis itu menganggukkan kepalanya mengerti. Ia bisa mengerti apa yang dimaksud dari kalimat yang diutarakan suaminya dan ia begitu menerima apa yang diucapkannya itu. Sandara memberikan senyuman yang berbeda kali ini.
Senyuman yang tak kalah manis dari senyuman sebelumnya, tapi kali ini beda, senyuman itu terlihat lebih nyata dan sampai mata. "Aku akan membelikanmu makan siang sebelum kau memulai rapatmu" ucap Sandara, pria itu menganggukkan kepalanya mengerti.
Namun sebelum gadis itu berjalan lebih jauh, Jiyong menarik pergelangan tangan gadis itu hingga gadis itu kembali pada pelukannya. Bibir mereka bertemu sebelum bisikan "Saranghae" menyambangi pendengaran Sandara.
---
KAMU SEDANG MEMBACA
After Story : 5 Years Ago
FanfictionApa yang terjadi setelah dua orang manusia menikah? Tentu memiliki keturunan dan hidup bahagia selamanya. Itu merupakan pemikiran setiap orang setelah selesai membaca sebuah cerita dengan akhir yang bahagia. Apakah kisah mereka selanjutnya tak menar...