"Kiko? Apa yang kau lakukan disini?" tanya pria itu.
"Kau-"
"Eomma!!!" ucapan gadis itu terputus saat Nara berlari ke arah ibunya dengan sebuah teriakan.
Kiko melirik seorang wanita yang berdiri dengan gadis kecil yang baru saja menabraknya di sebelah kaki. Ia melirik perut gadis itu yang tak rata lalu kembali ke arah pria dihadapannya. "Kau telah menikah?" tanya Kiko
Jiyong melirik wanita dibelakangnya sebelum mengangguk. Kening Kiko mengerut, dadanya kembali bergemuruh. Perasaan kesal bercampur kecewa menumpuk di hatinya. "It's really that easy?" tanya Kiko
Jiyong hanya menundukkan kepalanya, tak cukup berani menatap manik yang bersamanya sebelum ia bertemu dengan Nara dan Dara.
"Kita akan menunggumu di cottage. Selamat sore nona" ucap Dara sebelum berjalan menarik lembut tangan anak gadisnya.
"Dee" panggil Jiyong. Dara berhenti dan meliriknya, "Tunggu aku" ucap pria itu yang dibalas dengan senyuman.
"Aku akan menunggumu di cottage. Aku lelah dan harus mengganti baju Nara, udara mulai dingin" ucap gadis itu
Jiyong menghela nafas sebelum mengangguk, dan gadis itu pergi bersama gadis kecilnya yang berlari kecil sambil sesekali melompat. Senyum tercetak di bibir keduanya dan itu membuat Jiyong ikut tersenyum.
"Aku kecewa" ucap Kiko menginterupsi manik Jiyong yang mengikuti Nara dan Dara menuju cottage yang masih terlihat dari tempatnya berdiri.
"Maafkan aku, but you are really not belong to me Kiko" gumam pria itu. "I have a family now" ucapnya pelan dengan kepala tertunduk.
"Mengapa kau menundukkan kepalamu?" tanya Kiko dengan suara tercekat.
"Aku hanya tak ingin melihatmu seperti ini. Aku tak ingin menghancurkanmu. Kau adalah wanita yang baik Kiko" ucap Jiyong.
"Lalu mengapa kau tak memilihku?" tanya Kiko.
"Karena aku tak mencintaimu. Aku tak pernah mencintaimu. Semua yang kita lakukan selama ini hanyalah-"
"You are monster Jiyong! I hate you!" ucap Kiko berbalik dan berjalan cepat. Ia lalu berhenti pada jalannya. "Apakah kau bahagia?" tanya Kiko tanpa berbalik arah untuk melihat Jiyong
"Aku sangat bahagia bersamanya" jawab pria itu, ia menatap punggung gadis yang pernah bersamanya tanpa sebuah ikatan dan bahkan kepastian.
"Aku akan merusak kebahagiaanmu itu, Jiyong. Hanya tunggu hingga waktu itu datang" ucap Kiko sebelum melanjutkan perjalanannya.
---
Jiyong menatap ruang kosong di depannya. Ucapan Kiko beberapa waktu lalu masih terngiang di telinganya. Bagaimana ia bisa lupa akan ucapan gadis itu? Ancaman itu benar-benar mengganggunya. Ia tak ingin sesuatu terjadi pada anak gadis dan istrinya.
Tidak setelah ia kehilangan JinAh 6 tahun lalu. Ia tak akan bisa kembali bangkit kali ini jika Nara dan Dara pergi dari hidupnya.
Sebuah tangan melingkar di pinggangnya dan kecupan ringan mendarat di pundaknya. Ia melirik istrinya yang duduk disampingnya dengan sebuah senyuman. "Gwaenchana?" tanya Dara.
Jiyong menggeleng, "Aku takut" ucap pria itu sebelum berbalik dan memeluk tubuh mungil gadisnya. Ia menenggelamkan wajahnya di lekukan leher Dara dengan tangan gadis itu yang mengusap rambut Jiyong.
"Kau ingin menceritakannya sekarang?" tanya Dara lembut.
Jiyong menjawabnya dengan anggukan kepala. Pria itu menarik dirinya agar bisa menatap wajah istrinya. "Wanita itu adalah Kiko Mizuhara. Sahabatku dan JinAh... Dan wanita yang bersamaku setelah JinAh tiada" gumam pria itu memainkan jemari Sandara.
Dara hanya diam, membiarkan pria itu melanjutkan ceritanya. "Aku tidak tahu apa yang ia lakukan disini" gumam pria itu kini memainkan cincin pernikahan mereka. "Kau masih mengingat wanita yang pernah ku ceritakan itu?" tanya Jiyong kini menatap manik Sandara.
Dara mengangguk sebagai jawaban, "Ia masih menaruh rasa padaku dan mengancamku untuk merebut kebahagiaanku. Aku takut kau dan Nara dalam bahaya" ucap pria itu kembali menundukkan wajahnya memainkan cincin pernikahan gadis itu.
"Ia bertanya padaku apakah aku bahagia dan saat aku menjawabnya ia mengancamku untuk merebut kebahagiaan itu agar aku mau bersamanya" ucap Jiyong terjekat. "Aku takut, Dee" ucap pria itu.
Dara memeluk leher pria itu dan mengusap punggungnya. Menenangkan pria itu dan mengatakan bahwa semuanya akan baik-baik saja meskipun ia tak yakin apa yang akan terjadi ke depan.
---
Dara menatap langit-langit kamar mereka dengan Jiyong yang berada di pelukannya. Nafasnya teratur namun tangan yang melingkar dipunggungnya masih bergerak membentuk lingkaran kecil. Ia tahu pria itu belum tidur dan ia tak yakin akan meninggalkan pria itu tidur.
"Tidurlah" gumam Dara di kegelapan malam.
Jiyong semakin mengeratkan pelukannya sebelum menggeleng, "Aku tak ingin kau pergi" gumam pria itu.
"Aku tak akan pergi, silly. Kemana aku akan pergi malam-malam seperti ini? Lagi pula ini bukan Seoul dan aku tak tahu apa-apa tentang tempat ini" ucap Dara sebelum tertawa kecil.
"Kau tahu"
"Hmm?"
"Aku menyukai suara tawamu. Teruslah tertawa hum. Dan berjanjilah untuk tidak menangis" ucap Jiyong sebelum mencium dada gadis itu.
"Lalu berjanjilah untuk tidak menyakitiku. Aku tak akan menangis jika kau tak menyakitiku" ucap wanita itu menepuk punggung Jiyong perlahan.
"Aku janji, sekarang tidurlah. Baby Kiyongku butuh istirahat" ucap Jiyong.
"Ji" panggil Dara
"hmm?"
"Bagaimana jika kita menamai dia Yongji?" tanya Dara memainkan rambut Jiyong.
"Ide bagus. Besok kita beritahu Nara tentang idemu ini dan lihat apakah anak gadisku akan setuju atau tidak" ucap Jiyong
"Benarkah? Terimakasih. Aku sangat mencintaimu" ucap Dara.
"Tunggu, aku pernah mendengar nama itu sebelumnya. Apakah itu adalah sebuah nama seorang artis?" tanya Jiyong yang dibalas dengan gelengan kepala.
"Dia bukan artis melainkan kekasihku. Oh tuhan aku sangat senang. Aku memiliki-"
"Tunggu" ucap Jiyong menarik diri dari pelukan gadis itu. "Siapa kau bilang?" tanya Jiyong.
"Ke- Eh? Maksudku, dia adalah seorang atlet sepak bola dan aku sangat menyukainya. Aku bahkan pernah bermimpi untuk bisa menikah dengan-"
"YA!" teriak Jiyong dengan alis berkerut.
"Aku hanya bercanda. Aku harap Baby Yongji dapat seperti dirinya. Menjadi-"
"Aku tak akan mengizinkan anak lelakiku bermain sepak bola!" ucap Jiyong dengan tegas
"Eh?"
"Bisa-bisanya kau memimpikan pria lain saat kau dalam pelukanku"
"YA!" Teriak Dara sebelum gadis itu memukul pundak Jiyong dan berdebat dengan pria itu hingga akhirnya tertidur.
---
KAMU SEDANG MEMBACA
After Story : 5 Years Ago
FanfictionApa yang terjadi setelah dua orang manusia menikah? Tentu memiliki keturunan dan hidup bahagia selamanya. Itu merupakan pemikiran setiap orang setelah selesai membaca sebuah cerita dengan akhir yang bahagia. Apakah kisah mereka selanjutnya tak menar...