One Day Without Nara

763 94 21
                                    

Dara meregangkan ototnya yang terasa kebas. Ia mengerutkan keningnya sambil menguap, kepalanya kembali berdenyut ringan. Ia tersenyum saat sebuah tangan menarik perutnya dan memeluknya.

Sejak ia dinyatakan hamil enam minggu yang lalu. Sikap suaminya berubah menjadi lebih dewasa. Pria itu memang masih menunjukkan sikap kekanakannya, tapi tak jarang ia akan menjadi seorang pria dewasa yang memiliki pesona memukau.

"Apakah semuanya akan baik-baik saja?" tanya Dara, ada nada khawatir di suaranya.

"Aku tak tahu, tapi aku harap semuanya akan baik-baik saja" ucap pria itu sebelum memberi ciuman di pundak Dara.

Dara menghela nafasnya, ini adalah keputusan yang cukup rumit. Ia tak tahu jika anak gadisnya banyak memendam perasaan sendiri. Dan ia merasa buruk mengenai hal itu.

Nara tak menjadi dirinya sendiri sejak mereka mengunjungi dokter kandungan dua minggu lalu. Wajah bahagia memang terpancar saat dokter mengumumkan bahwa Dara tengah mengandung empat minggu, namun wajah bahagia itu hanya terpancar di wajah kedua orang tua Nara.

Nara, gadis itu tak begitu menunjukkan ekspresinya. Ia bahkan terlihat murung beberapa kali. meskipun gadis itu masih sering pecicilan di hadapan ayahnya, gadis itu akan diam jika Jiyong atau Dara tengah berduaan dengan tangan Jiyong berada di perut rata Dara.

Dara tahu apa yang mengganggu pikiran anak gadisnya, tapi ia tak begitu yakin dengan apa yang dia anggap ini. Dan Nara, gadis itu akan mengatakan bahwa ia baik-baik saja setiap kali Dara atau Jiyong bertanya.

Dan kemarin, Jiyong mengusulkan untuk meminta bantuan ibunya. Ia berfikir bahwa Nara membutuhkan seseorang agar gadis itu bisa mengungkapkan apa yang mengganggunya sebenarnya.

Tadi malam, Hyeji berkunjung dan membawa Nara bersamanya saat ia kembali ke rumahnya. Dara tengah membuat makan malam saat ibu dari suaminya itu datang bersama suaminya.

"Apa yang ingin kau lakukan hari ini?" tanya Dara berbalik menghadap kearah suaminya.

Mereka saling berpandangan untuk waktu yang cukup lama sebelum Jiyong tersenyum lebar. Pria itu melirik bibir merah muda istrinya sebelum merunduk untuk mencicipi bibir merah muda itu.

"Bagaimana dengan hanya menghabiskan waktu diatas kasur?" tanya Jiyong saat menarik diri setelah mencium bibir merah muda istrinya.

"Kau tak memiliki pekerjaan?" tanya Dara, Jiyong menatapnya sebelum menggeleng. "Aku harus ke kamar mandi sebentar" ucap gadis itu melepaskan pelukan suaminya.

Jiyong mengikuti pergerakan istrinya dengan pandangannya hingga gadis itu memasuki sebuah pintu. Pria itu berguling ke bagian yang lain dari sisi kasur untuk mengambil ponselnya. Ia memeriksa e-mail dan beberapa pesan yang masuk.

Dara berdecak saat melihat suaminya masih berada di atas kasur dengan ponsel ditangannya. "Kau benar-benar akan menghabiskan waktu hari ini diatas kasur?" tanya Dara, Jiyong meliriknya dan tersenyum lebar.

"Mengapa tidak, hari ini adalah hari kedua Nara tak bersama kita. Saat pertama kali Nara tak bersama kita, kita harus tetap pergi bekerja karena aku memiliki jadwal meeting yang cukup panjang hari itu. Tapi sekarang aku tak memiliki jadwal sama sekali. Momen seperti ini sangat langka, jadi kita harus memanfaatkannya dengan baik" jelas pria itu dengan senyum diwajahnya.

Dara mendekati prianya dan berbaring dengan tangan melingkar di pinggang Jiyong, pria itu tertawa kecil melihat tingkah istrinya yang baru kali ini terjadi. Dara adalah wanita mandiri. Dan sejak ia menikahinya dua bulan yang lalu. Gadis itu tak pernah menunjukkan sifatnya yang satu ini.

"Ada apa hum?" tanya Jiyong mengusap punggung gadis itu.

Dara mengangkat wajahnya dan memandang suaminya, "Kau selalu memanjakan Nara saat gadis kecilmu itu berada disini. Aku selalu iri melihatmu bersamanya" gumam Dara dengan bibir terpaut.

After Story : 5 Years AgoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang