Sandara Park. Atau sekarang bisa dikatakan Sandara Kwon. Seorang pegawai yang cukup pekerja keras, dapat diandalkan, profesional dan menawan.
Wanita sederhana dengan perawakan mungilnya. Ia tak tinggi seperti kebanyakan wanita korea, namun ia memiliki wajah cantik, kulit mulus bak porselen, dan tubuh ramping yang jika disandingkan dengan seorang model ia mungkin akan dianggap sebagai teman satu agensinya.
Ia memiliki satu orang anak perempuan dari mantan kekasihnya Lee Donghae. Ia tak akan mengatakan bahwa kejadian 5 tahun lalu adalah suatu kesalahan baginya, karena ia begitu bersyukur 5 tahun lalu Donghae lebih memilih wanita simpanannya Yoona dibanding dirinya.
5 tahun yang lalu, saat ia memberi tahu Donghae akan keberadaan buah hati mereka, Donghae mengatakan pada Dara bahwa dirinya akan dijodohkan dengan Yoona karena perusahaan Donghae mengalami krisis.
Mereka bahkan hampir menikah yang menjadi salah satu kekuatan Dara untuk memberi tahu akan kehamilannya pada kekasihnya.
Setelah Donghae melepaskannya, gadis itu seperti para gadis patah hati yang lainnya. Ia menangis selama kurang lebih satu minggu penuh. Tapi ia tak memiliki niatan untuk menggugurkan kandungannya. Ia tak memiliki kekuatan untuk menghilangkan buah cintanya. Ia percaya bahwa janin yang dikandungnya saat itu akan memberi keberuntungan baginya.
Setelah ia menangis karena kesialannya hari itu, ia mulai mencari pekerjaan karena hari dimana ia mengatakan bahwa dirinya hamil pada Donghae juga menjadi hari dimana ia mengundurkan diri di perusahaannya.
Ia berniat untuk masuk ke perusahaan Donghae dan bekerja bersama kekasihnya, namun kejadian itu terjadi dan ia tak bisa melakukan hal lain selain melamar pekerjaan pada perusahaan lain.
5 tahun ia berjuang untuk menghidupi anak gadis dan adik lelakinya yang selalu menjaganya sejak ia dinyatakan hamil hingga melahirkan.
Park Sanghyun. Ia akan berusaha keras untuk menghidupi adiknya itu. Karena apapun yang terjadi padanya, Sanghyun selalu ada disampingnya.
Menikahi direktur utamanya sendiri bukanlah sebuah mimpi gadis itu. Ia tidak pernah tahu jika hilangnya Nara beberapa bulan yang lalu mampu menjadi jembatan untuk ia dan direkturnya bertemu dan saling mengikat.
Ia pun tak menyangka jika gadisnya itu dapat dengan leluasa mengatakan bahwa ia menginginkan Sandara untuk berhenti bekerja. Ia tak tahu jika jabatan barunya dapat membagi perhatian terhadap Nara menjadi berkurang. Dan gadis itu tak pernah mengatakan hal apapun jika sedang bersamanya. Gadis kecil itu bagaikan telah bertemu kotak suara untuk mengadu.
Seperti yang gadis kecil itu lakukan saat ini.
"Appa, kau tau tidak? Tadi kami disekolah belajar mengarang" ucap gadis kecil itu duduk dipangkuan ayahnya yang tengah menonton berita.
Dara melirik suami dan anaknya yang kini berceloteh mengenai harinya disekolah.
"Apa yang kamu ceritakan untuk karanganmu itu, baby?" tanya Jiyong pada gadis kecil itu dengan mata sesekali melirik ke arah layar besar di ruang tengahnya.
"Aku menceritakan tentang kancil yang Eomma ceritakan padaku tadi malam" ucap Nara memulai ceritanya. Gadis itu menceritakan apa saja yang ia tulis untuk karangan pertamanya itu dengan Jiyong yang sesekali melirik ke arah televisi.
"Apakah aku mengganggumu Appa?" tanya Nara, Jiyong meliriknya sebelum menggeleng, "Apakah aku boleh menonton film kartun favoritku?" tanya gadis itu dengan mata bersinar. Jiyong mengambil remote control di sampingnya dan menyimpan siaran berita itu agar ia bisa menontonnya kembali.
"Siaran TV ini milkmu baby" ucap pria itu memberikan remote control pada anak gadisnya.
Dara yang menyaksikan itu semua hanya menggeleng tak percaya pada tingkah laku keduanya. Kedua manusia beda usia itu terkadang sangat akur meskipun tidak memiliki darah yang sama.
Ia tak bisa menyangkal bahwa hidupnya telah berubah saat gadis itu hadir dihidupnya. Gadis kecilnya itu membawa berkah untuknya. Membawa kebahagiaan tiada tara untuk hidupnya yang dulu.
Sebuah tangan melingkar di pinggangnya. Hampir mengejutkan Sandara dari lamunan yang baru saja hinggap. "Kau mengejutkanku, Tuan" ucap Dara menyikut perut dibelakangnya.
"Maafkan aku, aku tak tahu jika kau sedang tak di dunia ini tadi" balas pria itu sebelum mendaratkan bibirnya pada pipi kanan Sandara. Dusta, pria itu memang berbohong. Ia sangat tahu bahwa gadisnya tengah melamun.
"Kau dan mulutmu. Berhenti berbohong sebelum itu menjadi salah satu kebiasaanmu, Tuan" ucap Dara yang dibalas dengan anggukan kepala dari pria dibelakangnya.
"Apa yang kau buat?" tanya pria itu mengintip pekerjaan rumah yang Dara kerjakan.
Gadis itu melirik suaminya sebelum menjawab, "Hanya kimbap. Aku harus menyelesaikan tugas laporanku sebelum besok aku berikan pada Kepala Perusahaan" ucap Dara dengan senyum diwajahnya.
Pria itu mengerutkan keningnya, "Kau belum menyelesaikan laporan keuangan bulan ini?" tanya Jiyong
"Bukan bulan ini, Tuan. Aku belum menyelesaikan laporan dari bagian Fashion. Kau tahu bukan berapa banyak usaha yang kau jalani saat ini? Dan siapa yang harus mengumpulkan data dan melaporkannya padamu?" tanya Dara, ia memotong kimbap di tangannya sebelum menyiapkannya di piring yang cukup besar.
"Apakah pekerjaan yang aku berikan menyusahkanmu, baby?" tanya Jiyong, kepalanya menyandar pada pundak istrinya dengan tangan masih memeluk pinggang ramping itu.
Dara melirik suaminya dengan alis berkerut. Sebenarnya tak ada yang salah dengan pekerjaan yang diberikan oleh Jiyong. Ia menikmati pekerjaannya saat ini dan ia tak merasa keberatan seperti yang pria itu katakan.
Hanya saja, ia merasa jika waktunya di kantor memang lebih sedikit dan ia tak bisa menyelesaikan semuanya dengan tepat waktu.
"Apakah aku harus mencari orang lain untuk ada di posisimu saat ini, baby?" gadis itu berbalik dengan cepat.
"Don't you dare!" ucap gadis itu mengacungkan pisau di depan muka prianya. Jiyong mengangkat tangannya lalu mundur beberapa langkah.
"Okay, aku tak akan melakukan itu, dan bisakah kau menyimpan pisau itu, baby? Kau menakutiku" ucap Jiyong menunjuk pisau di tangan istrinya.
Dara melirik pisau ditangannya lalu menyimpannya, "Mian, tapi aku bersungguh-sungguh untuk tidak melakukan itu. Aku menikmati pekerjaanku di kantor, hanya saja aku merasa waktu yang kau berikan cukup singkat dan aku tak bisa mengerjakan pekerjaanku dengan benar, dengan waktu sesingkat itu" jelas Dara.
Jiyong menatap gadis itu sebelum mendekatinya, "Aku hanya tak ingin menyulitkanmu, aku tak ingin kau terlalu stress dengan pekerjaan. Itu kenapa aku mengurangi waktu bekerjamu. Aku tak tahu jika ini yang akan terjadi" ucap Jiyong memeluk tubuh wanitanya.
Dara tertawa kecil mendengar penuturan suaminya. Jiyong adalah suami yang pengertian, ia akan melakukan apapun untuk keluarga kecilnya meski dibilang mereka baru memulai semuanya 1 bulan.
"Aku baik-baik saja, aku benar-benar menikmati ini semua. Dan aku akan mengatakan padamu jika aku mulai tak merasa nyaman berada di perusahaanmu dan ingin resign" ucap gadis itu dengan senyum mengagumkannya.
"Kau memiliki niat untuk resign?" tanya pria itu dengan mata berkilau. Ia hanya tak begitu setuju istrinya bekerja. Dan mendengar bahwa dara akan resign membuatnya cukup bahagia.
"Entahlah, mungkin aku akan melakukannya setelah aku menemukan perusahaan lain yang cukup bagus" ucapnya dengan senyum jenaka di bibir manisnya.
"YA! Jangan berfikir kau akan bisa melakukannya!!" ucap pria itu berteriak sebelum memeluk tubuh itu erat. Dara tertawa mendengar rajukan yang kini pria itu lontarkan dengan tubuh yang dipeluk erat oleh pria itu.
---See you next chap---

KAMU SEDANG MEMBACA
After Story : 5 Years Ago
FanfictionApa yang terjadi setelah dua orang manusia menikah? Tentu memiliki keturunan dan hidup bahagia selamanya. Itu merupakan pemikiran setiap orang setelah selesai membaca sebuah cerita dengan akhir yang bahagia. Apakah kisah mereka selanjutnya tak menar...