Dara mengerjapkan matanya, dan pemandangan suaminya yang tengah memandang langit-langit kamar dengan tangan yang mengusap rambutnya lembut menyapanya. Keningnya berkerut dengan tangan yang menarik selimut tebal yang membungkusnya sejak malam.
Pergerakan Dara menyadarkan Jiyong yang tengah melamun sejak ia bangun sekitar satu jam yang lalu. Pria itu memberi kecupan manis di pipi dan hidung gadis itu dengan senyum diwajahnya.
"Apa yang kau fikirkan?" Tanya gadis itu merapatkan tubuhnya di pelukan pria itu.
"Apakah passport mu masih aktif?" Pertanyaan Dara dibalas dengan pertanyaan lain.
"Huh?"
"Apakah passport mu masih aktif? Aku ingin mengajak kalian berdua-Kau dan Nara- pergi keluar untuk berlibur" ucap Jiyong kini tidur menyamping menghadap wanitanya.
"Aku fikir ya, tapi Nara-"
"Aku akan membuatnya, hanya berikan aku beberapa dokumen yang dibutuhkan. Aku juga akan membuat visa untuk kalian berdua" ucap Jiyong memotong kalimat Dara.
Wanita itu menganggukkan kepalanya mengerti. "Kemana kau akan mengajak aku dan Nara?" Tanya Dara
"Indonesia. Kemarin aku mendapatkan undangan pernikahan. Seungri dan Raline akan menikah di Indonesia tempat kelahiran Raline. Kita akan pergi ke Bintan dan berlibur satu minggu sebelum acara pernikahan itu dimulai" jelas Jiyong.
"Jadi kau pergi ke Indonesia lebih dulu dibanding pengantin?" Tanya Dara dengan nada humor di suaranya.
"Bisa dibilang begitu, lagi pula mereka pasti telah datang lebih dulu. Aku segera mencari tahu tentang tempat diselenggarakan acara itu dan aku cukup kagum. Kalian akan suka dengan pemandangan disana" ucap Jiyong.
"Apakah akan ada pantai?" Tanya Dara dengan mata berkelip.
"Tentu, kita akan menginap di salah satu cottage yang cukup mewah. Dihari terakhir kita akan pindah ke tempat dimana Seungri memesan satu cottage untuk masing-masing tamu undangan" ucap Jiyong.
Dara memandang pria itu dengan ekspresi yang cukup sulit diartikan. Dara hanya berfikir berapa banyak uang yang Seungri habiskan untuk menikahi gadis berparas menawan itu?
"Ada apa?" Tanya Jiyong.
"Aku hanya berfikir, berapa banyak uang yang Seungri habiskan untuk menikahi Raline. Itu semua sangat mewah aku fikir" ucap Dara
"Kau ingin aku melakukan hal yang sama? Maafkan aku karena hanya menikahi mu di Seoul. Hanya katakan tempat yang kau inginkan dan kita menikah kembali disana setelah jagoan kecilku terlahir" ucap pria itu sebelum mencium kening istrinya.
"Tidak, bukan itu maksudku. Aku tidak mengeluhkan dimana kita menikah. Hanya saja, aku fikir itu terlalu berlebihan" ucap Dara.
"Itu semua tidak bagi mereka. Raline lahir di Indonesia, dan ia tinggal di Indonesia sebelum ia mengenal Seungri dua tahun yang lalu. Mereka memutuskan berkencan dan ya sekarang mereka akan menikah" ucap Jiyong.
"Wow. Itu cukup singkat" gumam Dara
"Tapi tak sesingkat aku mencintaimu dan yakin untuk menikahimu" ucap Jiyong dengan smirk menyebalkan diwajah tampannya.
"Ya ya ya terserah kau saja pria sombong" ucap Dara tersenyum kecil.
Sebuah ketukan pintu-yang mungkin lebih tepat disebut dengan gebrakan karena suara yang dihasilkan lebih keras dari sebuah ketukan- menginterupsi waktu berdua mereka. Dan satu makhluk yang dapat melakukan hal itu dengan benar. Kwon Nara.
"Eommaaa, Appaaaa mengapa kalian belum bangun? Apakah kalian tak akan pergi ke kantor?" Tanya Nara sebelum kembali menggebrak pintu kamar orang tuanya.
Dara mendesah berat sebelum bangun dari tidurnya. Mengambil jubah untuk menutupi gaun tidurnya. Jiyong bangun dari tidurnya dan duduk di tempat tidur menghadap ke arah pintu kaca yang menjadi akses ke balkon.
"Wow, gadis kecilku sudah siap pergi ke sekolah, huh?" Ucap Dara membawa anak gadisnya masuk dengan menuntun satu tangan gadis kecil itu.
"Tentu saja, aku tak pernah bangun siang" ucap gadis itu bangga.
"Aku percaya itu, pergilah ke Appa, aku akan pergi mandi terlebih dahulu" ucap wanita itu melepaskan tangan anak gadisnya dan mendorongnya pelan.
Jiyong melirik dua wanita berharganya dan tersenyum manis. Nara berdiri di hadapan pria itu dengan mata bulatnya.
"Aku punya berita baik untukmu" ucap Jiyong
"Benarkah?" Tanya Nara dengan mata berbinar seperti ibunya beberapa saat yang lalu. Jiyong membalasnya dengan sebuah anggukan, "Bisakah aku mengetahuinya sekarang?" Tanya Nara.
Jiyong melirik pintu kamar mandi yang tertutup dan sebuah gumam ringan dari dalam kamar mandi. Ia kembali menatap anak gadisnya dan menekan bibirnya, mengerutkan kening. "Sepertinya kau harus menunggu hingga waktu sarapan tiba" ucap pria itu.
Dara keluar dari kamar mandi dengan jubah mandi yang melilit tubuhnya dan handuk di kepalanya. "Kau sudah selesai?" Tanya Jiyong.
Dara melepas handuknya dan mengeringkan rambutnya dengan handuk yang sama, gadis itu mengangguk seraya berkata "Your turn"
"Kau bisa menunggu ku di ruang makan? Aku akan turun beberapa saat lagi" ucap wanita itu pada anak gadisnya yang menatap kedua orang tuanya.
"Sure, I will wait in there. Apakah aku sudah benar mengatakannya Eomma?" Tanya Nara.
"You are amazing. Kau sangat pintar baby" ucap Dara dengan senyum bangganya. Nara tersenyum bangga sebelum berlari ke arah pintu keluar dan menghilang dibalik pintu itu setelah menutupnya dengan ringan.
"Anak gadisku sangat mengagumkan" getaran itu selalu hadir disaat Jiyong mengatakan kalimat yang sama. Ia cukup bersyukur Jiyong selalu menganggap Nara sebagai anaknya. Dan pria itu lebih sering mengatakan 'Anakku' dibandingkan 'Anakmu'.
---
"Appa mengatakan padaku bahwa ia memiliki sebuah kabar baik. Apakah kau tau itu apa Eomma?" Tanya Nara saat mereka berada di dapur berdua dengan Dara yang menyiapkan sereal untuk Nara dan sebuah oatmeal untuk ia dan suaminya.
"Not sure. Kau ingin tambahan madu baby?" Tanya Dara, Nara menggelengkan kepalanya.
Dara menyimpan mangkuk berisi sereal di hadapan gadis itu dan oatmeal di meja dirinya dan suaminya. Jiyong datang tepat saat Dara menyiapkan susu untuk ketiganya.
Pria itu memeluk tubuh istrinya dari belakang dan mencium pipi gadis itu mesra. Tak begitu peduli jika disitu ada Nara yang melihat keduanya.
Nara memutarkan matanya. Apakah ini waktunya pria itu yang manja? Kapan tiba dirinya?
"Jadi apa berita baiknya?" Tanya Nara mengambil satu sendok sereal dan melahapnya.
Jiyong menatap gadis kecil itu. Ia melirik istrinya dan tersenyum, "Aku akan mengajak kalian berdua untuk berlibur ke luar negeri" ucap Jiyong.
Nara membulatkan matanya, "Benarkah? Kau akan mengajakku pergi keluar negeri Appa?" Tanya gadis itu.
"Yep. Kau dan ibumu dan aku. Kita akan pergi hari sabtu ini dan itu adalah besok" ucap Jiyong dengan senyum wajahnya.
"Kemana kau akan membawaku?" Tanya Nara
"Indonesia"
"Huh?" Keceriaan itu sirna saat Nara mendengar yang ia yakini adalah sebuah tempat. "Itu dimana?"
"Itu adalah sebuah negara yang cukup indah. Kau akan menyukainya. Kita akan pergi ke sebuah pantai lebih tepatnya" ucap Jiyong.
"Really?" Tanya Nara yang kembali bersemangat.
"Really. Jadi persiapkan baju renangmu baby karena aku yakin kita akan lebih sering menghabiskan waktu di pantai" ucap Jiyong.
"Aku akan memberi tahu Mina untuk menyiapkan barang untuknya dan Nara. Aku berfikir untuk membawa Mina bersama kita" ucap Jiyong berbisik ke arah Dara. "Just in case" bisik pria itu dengan seringai menyebalkannya.
Dara memukul pria itu ringan sebelum tertawa kecil.
----
KAMU SEDANG MEMBACA
After Story : 5 Years Ago
FanfictionApa yang terjadi setelah dua orang manusia menikah? Tentu memiliki keturunan dan hidup bahagia selamanya. Itu merupakan pemikiran setiap orang setelah selesai membaca sebuah cerita dengan akhir yang bahagia. Apakah kisah mereka selanjutnya tak menar...