Nara Day Is Nearing

923 91 9
                                    

11 September tinggal menghitung hari. Gadis itu tentu saja tak sabar untuk bisa melewati hari jadinya bersama ayah dan ibunya. Ditambah, momen ini adalah salah satu momen yang dinantikan oleh gadis mungil itu.

"Eomma," panggil Nara saat mereka berada di ruang makan dengan sarapan di hadapan mereka. Gadis itu sudah rapih dengan pakaian sekolahnya sedangkan kedua orang tuanya dengan pakaian kerja mereka.

Dara menoleh dengan mulut berisi sandwich yang dibuat olehnya. "Apakah aku bisa mengundang beberapa anak kecil yang pernah bermain denganku?" tanya Nara, Dara mengerutkan keningnya. Ia tak begitu mengetahui bahwa anaknya memiliki teman sebelum ia masuk sekolah.

"Appa?" gadis itu kini beralih pada pria yang kini menatapnya.

"Eum, sure. Mengapa tidak? Kau boleh mengundang siapapun. Ini adalah pestamu, baby." ucap pria itu kini melirik istrinya.

Dara menatap pria itu sebelum tersenyum tipis. Sepertinya ia akan berbicara empat mata dalam perjalanan menuju kantor.

Suasana makan pagi hari itu selesai dengan Nara yang tersenyum bahagia. Kening Dara berkerut tidak mengerti. Apakah sesuatu yang tak ia ketahui telah terjadi? Apakah ia harus menghubungi Sanghyun atau Bom, atau mungkin Hyoni?

"Kau baik-baik saja?" Dara melirik suaminya yang menyentuh pundaknya. Ia memberikan senyuman singkat sebelum mengangguk.

Nara kembali dengan tas ransel di punggungnya. Gadis itu berlari kearah depan, menunggu kedua orang tuanya mengambil barang bawaan mereka. Hari ini, setelah pulang sekolah, kedua orang tuanya mengatakan padanya bahwa mereka akan pergi ke toko perlengkapan pesta.

Ini merupakah salah satu keinginan Nara, merayakan pesta ulang tahun yang ke enam tahun bersama kedua orang tua, keluarga dan juga teman-teman sekolahnya. Ia tak pergi ke taman bermain, jadi menurutnya, ia bisa mengganti pesta ulang tahun di Taman bermain dengan di Sekolah Dasar ini.

Gadis itu berjalan girang hingga masuk ke dalam mobil. Ia bahkan bernyanyi di dalam mobil dengan Mp3 yang memutarkan lagu anak-anak. Semangat gadis itu bagaikan diisi hingga penuh. Bahkan ulang tahunnya masih satu minggu kedepan tapi semangat gadis ini seperti membara.

Setelah mengantarkan Nara ke sekolah, kedua orang tuanya berangkat ke kantor dengan gadget di tangan keduanya. Kepala Dara berada di pundak suaminya dengan lengan Jiyong mengapit lengan Dara.

"Ahh aku baru ingat, berapa banyak anak yang akan Nara undang?" tanya Jiyong pada istrinya. Dara membenarkan letak duduknya sebelum memandang suaminya dengan alis berkerut.

Ia sebenarnya tak begitu tahu, "Yang aku tahu pasti, jumlah siswa yang berada di kelas Nara, aku tak begitu yakin dengan yang berada di luar sekolah. Aku bahkan tak mengetahui bahwa Nara memiliki teman," ucap Dara, ia cukup merasa buruk saat mengatakan kalimat terakhirnya.

Jiyong menatap istrinya sebelum menyentuh pundak itu, "Kau bekerja pada perusahaanku sejak kau mengandung Nara, apakah aku benar?" Dara menganggukkan kepalanya, "Apakah kau sempat cuti?" tanya Jiyong.

Dara menatap manik coklat muda itu sebelum mengangguk ragu, "Aku mengambil cuti beberapa bulan, mungkin tiga bulan termasuk sebelum melahirkan," ucap Dara kembali mengingat masa dimana ia masih harus menghidupi anaknya di dalam kandungan dan adiknya yang akan pergi kuliah.

"Kau telah bekerja sangat keras. Berapa umur Sanghyun saat itu?" tanya Jiyong

"Mungkin 18, ia baru selesai sekolah menengah atas saat aku melahirkan Nara. Kami bahkan beradu argumen karena Sanghyun ingin pergi kerja." kepala gadis itu kembali ke pundak suaminya.

"Kau benar-benar bekerja keras" gumam pria itu, ia tak bisa mengatakan hal lain. Ia bahkan tak bisa mengatakan bahwa ia menyesal tak bertemu dengannya lebih cepat.

Ya, ia dalam keadaan berkabung enam tahun yang lalu, apa yang ia bisa lakukan saat yang ia ketahui hanya ia tak bisa hidup tanpa Jinah. Ia bahkan baru dekat dan menerima Kiko setelah satu tahun menetap di Jepang.

---

Saat jam makan siang tiba, Jiyong bergegas pergi dari ruangannya dengan jas di tangannya. "Jika ada yang menghubungiku, katakan pada mereka aku sedang sibuk. Hanya catat pesan mereka dan kirim sebagai e-mail." Hayi menganggukkan kepalanya mengerti.

Jiyong segera pergi ke ruangan Dara untuk menjemput gadis itu. Ia membuka pintu ruangan gadis itu dan melihat istrinya masih sibuk dengan keyboard ditangannya. Jemarinya bergerak sangat lincah diatas keyboard wirelessnya.

Jiyong mengetuk pintu kaca tersebut untuk menarik perhatian gadis itu. Dara mendongak dan tersenyum pada sosok pria yang kini tersenyum kearahnya. "Sudah waktunya?" tanya Dara, Jiyong melirik jam tangannya lalu mengangguk.

"Kita memiliki kencan dengan anak gadis kita ke toko perlengkapan pesta. Aku yakin gadis itu sudah menunggu di depan gerbang," ucap Jiyong dengan tawa ringannya.

Dara tertawa mendengar pernyataan suaminya. Ia bisa memprediksi hal yang sama. Anak gadisnya itu pasti tengah menunggu mereka di gerbang sekolah. Dengan senyum diwajah cantiknya, "Aku siap," ucap gadis itu mengaitkan tangannya di lengan Jiyong.

Hampir seluruh pegawai yang melewati keduanya menyapa pasangan tersebut. Keduanya menjadi salah satu pasangan favorit hampir di seluruh lantai perusahaan itu. Siapa yang tak akan setuju, keduanya selalu tampil mesra dan berwibawa meskipun keduanya jarang menunjukkan sikap yang tak penting seperti saling menggoda misalnya.

Keduanya sampai di depan gerbang sekolah Nara. Dan benar dugaan keduanya, gadis itu telah menunggu mereka dengan seorang guru berada disampingnya. Nara melambaikan tangannya saat manik almond itu menangkap mobil yang familiar baginya.

Dara dan Jiyong keluar dari mobil dan mendekati anak gadis mereka. "Selamat siang Tuan dan Nyonya Kwon." sapa guru yang terlihat masih berada di umur 20 tahunan itu.

Keduanya memberi sapaan balik dengan senyum hangat di bibir keduanya. Jiyong langsung menggendong anak gadisnya saat Nara melompat kearah pria itu. "Aku harap Nara tak melakukan hal yang aneh," ucap Dara dengan senyum diwajahnya.

Guru muda itu menggeleng kepalanya, "Tidak, Nara sangat menurut hari ini. Ia juga banyak bercerita tentang rencana kalian setelah ini," ucap guru tersebut. Nara melirik gurunya dan tersenyum lebar. "Ia sangat bersemangat untuk merayakan pesta ulang tahunnya. Ia bahkan menceritakan rencananya di depan kelas saat pelajaran bercerita." Ucap guru tersebut.

Dara hanya tertawa mendengar cerita guru anak gadisnya. Ia bisa memprediksi hal itu, "Terimakasih telah menunggu Nara di depan gerbang. Kami harus pergi sekarang," ucap ibu muda itu, ia lalu beralih pada Nara yang masih berada di gendongan ayahnya. "Ucapkan salam pada gurumu," ucap Dara.

"Sampai besok Yoo Saem." Nara melambaikan tangannya dengan kedua orang tuanya yang tertawa. Mereka pergi ke toko perlengkapan pesta dan membeli beberapa barang yang diperlukan dan diinginkan oleh Nara. Gadis itu bahkan meminta untuk dibelikan barang sebagai kadonya.

---

After Story : 5 Years AgoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang