Nara Noona

714 94 7
                                    

Dara kembali merasakan kepalanya berdenyut. Ia mengusap perutnya yang cukup menonjol kini. Ia tersenyum kecil saat suaminya ikut mengusap perutnya. 

Usia kandungannya baru empat minggu saat itu dan kini, usia kandungannya hampir 19 minggu. Dan mereka bisa melihat jenis kelamin dari bayi yang dikandungnya.

Nara, gadis itu masih sering kali melamun saat mendengar berita tersebut. Meskipun gadis itu mengatakan bahwa ia senang, tapi ia bisa melihat bahwa gadis itu sedikit berubah.

Mereka kembali memeriksakan kandungan Dara setelah makan siang bersama anak gadis mereka. Nara berada di gendongan ayahnya dan memeluk leher itu erat saat suara detak jantung adik bayinya terdengar lewat USG.

Ia menatap layar hitam yang menunjukkan keberadaan adik bayinya. Dan senyum tercetak jelas diwajah gadis itu saat ia membayangkan ia bermain bersama adik bayi. “Apakah itu Adik bayi ku Appa?” tanya gadis itu kini melirik ayahnya

Yes baby, itu adik bayimu” ucap Jiyong dengan senyum diwajahnya.

“Kalian ingin tahu apa yang kalian miliki?” tanya Ahn Liu, melirik keluarga kecil disebelahnya.

“Kau ingin tahu jenis kelamin adik bayimu, baby?” tanya Jiyong pada anak gadisnya, Nara melirik ayahnya sekilas lalu melirik ibunya yang tersenyum hangat kearahnya. Gadis itu mengangguk kecil sebagai jawabannya.

“Dia lelaki, kau akan memiliki seorang adik laki-laki Nara-ya” ucap dokter kandungan ibunya. Nara tersenyum kecil, adik laki-laki? Itu artinya ia tetap akan menjadi princess di rumahnya. Dan ayahnya akan tetap menganggapnya princess bukan?

---

Dara keluar dari ruangannya dengan jari memijat ringan pelipisnya. Sejak ia dinyatakan hamil 5 bulan lalu, ia sering mengalami pusing. Meskipun ia tak mengalami morning sickness hingga mual dan muntah, ia tetap merasa pusing dan pening.

Tangannya mengusap pelan perut yang sedikit menonjol. “Behave baby” gumam Dara, ia menatap ke depan dan membuang nafas pelan.

Hari ini ia harus menghadiri rapat bulanan bersama beberapa petinggi di perusahaan suaminya. Ia hanya berharap Jiyong tak menyadari keadaannya saat ini.

Jiyong tersenyum saat mereka bertemu di depan ruang rapat. Dara memberikan senyum terbaiknya dan memasuki ruang rapat saat prianya mempersilahkan dirinya untuk masuk lebih dulu.

Ia tak begitu memperhatikan rapat hari itu, kepalanya benar-benar pusing dan ia tak yakin akan bertahan hingga waktu makan siang. Ia melirik jam tangannya, ia cukup gelisah karena yang ia inginkan saat ini hanyalah berbaring dan menutup matanya erat.

Rapat selesai 30 menit sebelum waktu makan siang. Ia bernafas lega karena akhirnya ia bisa kembali ke ruangannya dan sedikit beristirahat disana hingga Jiyong menjemputnya. Namun saat ia beranjak dari duduknya, ia merasa pening di kepalanya semakin menjadi.

Pandangannya menjadi buram. Ia menghela nafas dan menutup matanya erat, memaksakan diri untuk bisa segera keluar dari ruang rapat.

Jiyong memperhatikan istrinya yang bersikap aneh sejak mereka berada di rumah tadi pagi. Gadis itu terlihat lebih diam, ia hanya memperhatikan istrinya yang kini menutup matanya erat dan berjalan keluar dari ruang rapat.

Matanya melebar saat istrinya hampir terjatuh setelah gadis itu sampai di pintu keluar ruang rapat. Hampir seluruh kepala direksi yang mengikuti rapat hari itu ikut terkejut saat nyonya besar mereka ambruk di depan mata mereka.

“Hanbin siapkan mobil! Katakan pada Liu bahwa kita akan ke ruangannya. Hayi batalkan jadwalku hari ini dan pindahkan semuanya pada hari esok” Hayi dan Hanbin segera melakukan apa yang diminta Jiyong tanpa sepatah kata.

Jiyong mengangkat tubuh Dara dan segera membawa tubuh istrinya ke mobil yang telah siap. Ia mengusap pelan pipi istrinya, bibirnya begitu pucat dan ia cukup khawatir. Ia tak tahu apa yang harus ia lakukan saat ini.

Setelah keluar dari rumah sakit. Jiyong hanya dapat menatap ruang kosong di depannya. Dara menyentuh tangan suaminya merasa sedikit khawatir.

“Jangan terlalu difikirkan, aku baik-baik saja sekarang” ucap gadis itu. Jiyong menghela nafas berat sebelum mencium kening istrinya.

---

Nara menatap ayahnya yang terlihat enggan meninggalkan sisi ibunya. Ia mengerutkan keningnya dan perasaannya kembali khawatir. Haruskah ia bertanya sekarang? Bagaimana jika jawaban yang ayahnya berikan membuatnya kecewa?

Appa” panggil Nara yang kini duduk disamping ayahnya. Ibunya yang tadi berbaring dengan paha Jiyong sebagai bantal kini duduk bersandar di pundak Jiyong.

“Ada apa, baby?” tanya Jiyong kini memusatkan perhatiannya pada Nara, “Kau ingin mengganti channel TV?” tanya Jiyong

Nara melirik TV yang menayangkan berita terkini Negara mereka. Ia kembali pada ayahnya lalu menggeleng. “Apakah Appa akan melupakanku saat baby boy terlahir?” tanya Nara dengan alis berkerut.

Kedua orang tuanya saling berpandangan sebelum perhatian pria yang ia sebut Appa kembali padanya, “Tentu saja tidak, baby. Apa yang membuatmu berfikir seperti itu, hum?” tanya Jiyong mengusap rambut anak gadisnya.

Apakah ini yang mengganggu fikiran anak gadisnya selama ini? Sungguh ia tak pernah berfikiran hal semacam itu hingga saat ini.

“Aku hanya merasa, aku bukan anak kandungmu. Aku hanya anak pura-puramu sebelum kau menikah dengan Eomma” ucap Nara memainkan kaos yang digunakan Jiyong.

Jiyong tersenyum hangat mendengar jawaban anak gadisnya, “Kau tak perlu khawatir Nara-ya. Meskipun kau bukan anak kandungku, aku akan tetap mencintaimu karena kau bagai pengganti anak gadisku yang pertama. Kau akan tetap menjadi yang pertama sebelum baby boy” jelas pria itu.

“Lalu bagaimana denganku?” tanya Dara, keduanya melirik ibu hamil yang kini menatap Jiyong dengan senyum diwajahnya.

“Kau adalah prioritas yang paling utama, jika pada angka kau adalah nilai nol, bukan berarti taka da tapi karena semua bilangan dimulai dari nol. Semuanya dimulai dari nilai nol atau jika sebuah huruf kau adalah A+ karena sebelum huruf A ada huruf A+ terlebih dahulu” ucap Jiyong memberi kedipan genit pada istrinya.

“Kau dan mulut besarmu, Kwon” ucap Dara mencubit pinggang Jiyong. Pria itu tertawa kecil sebagai responnya.

Nara menatap keduanya dengan senyum diwajahnya namun saat ia ingat apa yang terjadi pada ibunya sesuai apa yang dikatakan ayahnya tadi siang, ia menjadi khawatir. “Apakah Eomma baik-baik saja?” tanya gadis.

“Aku baik-baik saja, baby” ucap Dara dengan senyum lembut diwajahnya.

“Maafkan aku jika aku pernah membuatmu sakit saat berada dalam perutmu” ucap Nara bergumam. Ia bahkan memautkan bibirnya.

Dara tertawa kecil sebelum mencium rambut anak gadisnya, “Kau tak pernah membuatku seperti ini baby, kau adalah anak gadisku yang sangat pengertian akan kondisiku. Aku bahkan masih bekerja pada masa kehamilanku yang ke 8 bulan” ucap Dara dengan senyum diwajahnya.

“Tapi aku tak akan membiarkan itu terjadi padamu sekarang” ucap Jiyong menatap Dara, gadis itu tertawa sebelum meringis, “Kau baik-baik saja?” tanya Jiyong khawatir.

Dara tertawa kecil meskipun masih terlihat menahan rasa sakit, “Baby boy sepertinya marah karena aku membanggakan Kakaknya” ucap Dara kembali tertawa. Jiyong tertawa kecil sebelum mengusap perut istrinya yang cukup menonjol.

---

After Story : 5 Years AgoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang