Nara membuka matanya tiba-tiba. Ia mengerjap beberapa kali sebelum melepaskan paksa pelukan ayahnya. Ia melirik ibunya yang tidur menyamping-membelakanginya. Tangannya meraba bagian celananya dan air matanya mulai tergenang.
Ia mengompol lagi.
Jiyong yang merasa ada yang janggal membuka matanya dan melihat sosok gadis kecilnya yang terduduk ditengah kasur mereka. Ia menyalakan lampu tidur di sampingnya, "Baby" panggil Jiyong
Nara meliriknya sebelum menangis, Jiyong segera memeluknya, "Hey, ada apa?" tanya Jiyong sedikit terkejut, "Apakah kau mimpi buruk?" tanya Jiyong akan mengangkat Nara, gadis itu menggeleng menolak.
"Appa" panggil gadis itu memeluk perut ayahnya dan membenamkan wajahnya di perut ayahnya. "Mianhae" gumamnya tak begitu jelas.
Jiyong yang merasa bingung hanya dapat mengusap punggung anak gadisnya. Tangannya tak sengaja menyentuh bagian basah di selimutnya. Maniknya melebar, anak gadisnya itu mengompol?
"Ya, gwaenchana" ucap Jiyong lembut, ia menarik lembut anak gadisnya dan menyimpan tubuh mungil itu dipangkuannya, "Tak perlu menangis baby, ayo kita ganti celana mu lalu kita tidur lagi, eum" ucap Jiyong meminta persetujuan.
Nara melirik ibunya yang kini berbalik, cahaya lampu tidur disamping Jiyong membuatnya mengerjap lalu membuka mata. "Jam berapa sekarang?" tanya wanita itu beranjak dari tidurnya sampai posisi duduk.
"Ini masih larut, Nara terbangun" ucap Jiyong, seolah mengerti wanita itu tersenyum, lalu merentangkan tangannya meminta anak gadisnya untuk berpindah.
Nara dengan air mata baru yang kembali mengalir memeluk tubuh ibunya dari samping, ia menangis di dada ibunya, "Mianhae eomma" rengek gadis kecil itu,
"Gwaenchana, ayo kita ganti bajumu selagi appa mengganti seprei" Nara menghapus air matanya dibantu oleh ibunya lalu turun.
"Eomma disini saja, aku akan mengambil bajuku" ucap Nara sebelum mencium pipi ibunya dan berlari ke kamarnya. Dara melirik suaminya sebelum menggeleng melihat kelakuan anak gadisnya.
Tak berapa lama gadis itu kembali dengan gaun tidur dan celana dalam baru. Ia memberikan pakaiannya pada Dara dan berlari ke kamar mandi. Dara mengikuti gadis kecil itu ke kamar mandi, meninggalkan Jiyong yang tengah merapikan kasur mereka dengan seprei baru.
Mereka kembali ke kamar dengan Jiyong yang memainkan tabletnya, memeriksa beberapa berkas yang akan ia rapatkan besok pagi. "Kalian sudah selesai?" tanya Jiyong menyimpan tabletnya di meja nakas.
Nara berlari ke arah Jiyong dan berbaring dipelukan ayahnya. Dara membaringkan tubuhnya perlahan di sisi lain tempat tidur dan segera mendekati keduanya. Mereka memeluk tubuh Nara yang berada ditengah keduanya, Jiyong mencium puncak kepala keduanya sebelum kembali terlelap.
---
Mereka tengah berada di dalam mobil, dengan Dara berada di rangkulan Jiyong, "Jiyong" panggil Dara yang hanya di sambut dengan gumaman pria itu, "Bolehkah aku bertanya sesuatu?" tanya Dara,
Jiyong yang tengah memperhatikan chart penjualan mengalihkan perhatiannya pada Dara, "Mengapa kau tak lagi mengendarai mobil?" tanya Dara, manik pria itu melebar, cukup terkejut dengan pertanyaan yang Dara lontarkan.
"Aku-"
"Apakah kau masih trauma?" tanya Dara, "Bukankah saat kau mengenalkan aku pada eomma, kau yang mengendarai mobilmu?" tanya Dara lagi
"Baby" panggil Jiyong, pria itu membenarkan letak duduk keduanya menjadi berhadapan, "Aku tak ingin kejadian 6 tahun lalu kembali terulang. Meskipun aku tau, kecelakaan akan datang kapan saja tapi aku tak ingin menjadi satu-satunya yang memegang kendali saat hari itu datang. Aku tak ingin kembali merasa bersalah dan kehilangan" ucap Jiyong
"Aku tak ingin menanggung keselamatan kau, Yongji dan Nara. Kalian terlalu berharga untukku saat ini. Aku tak lagi ingin kehilangan keluarga kecilku" lanjut pria itu pelan. Ia menundukkan kepalanya saat sebuah scene berputar di otaknya.
Ia tak akan membiarkan hari itu tiba!
"Percayalah, jika memang hari itu harus datang, ia akan datang kapan saja. Kau tak bisa mencegahnya, sekuat apapun kau berusaha" ucap Dara memeluk tubuh prianya, Jiyong menghela nafasnya dalam pelukan Dara.
---
Rapat bulanan baru saja selesai, dan Jiyong kini tengah mengantar Dara ke ruangannya sebelum pria itu kembali keruangannya."Kemarin Sanghyun menghubungiku" ucap Jiyong saat mereka berada di perjalanan menuju ruangan Dara.
"Apa yang ia katakan?" tanya Dara karena ia tak merasa menerima panggilan dari adiknya.
"Ia ingin mengajukan magang di perusahaan ini" ucap Jiyong, Dara menatap wajah tampan itu, "Aku sudah memikirkan ini, aku akan menyimpan Sanghyun sebagai asisten pribadiku. Setelah ia lulus, aku ingin ia yang menggantikanmu" ucap Jiyong
"Apakah itu tidak berlebihan? Maksudku, Sanghyun masih terlalu baru" ucap Dara merasa bahwa ini terlalu berlebihan. Ia hanya tidak ingin Jiyong memberikan jabatan tinggi tanpa persiapan untuk Sanghyun. Dan pria itu tak akan tahu artinya berusaha.
"Aku tidak begitu yakin siapa kandidat yang bisa menggantikanmu di jabatanmu saat ini" ucap Jiyong menduduki Dara di kursinya.
"Kau ingin memecatku tuan?" tanya Dara
"Untuk sementara baby, aku hanya ingin kau menjadi seorang istri sepenuhnya. Kau, menjaga Nara dan Yongji, dan menungguku dirumah. Membuatkan makan malam untukku, mendidik anak-anak kita dan menjaga mereka" ucap Jiyong.
"Mengapa ini terdengar egois di telingaku?" gumam Dara pelan
"Baby" panggil Jiyong lelah, sungguh bukan itu yang dimaksud pria itu.
"Aku mengerti maksudmu, tapi apakah aku boleh kembali bekerja setelah Yongji cukup besar?" tanya Dara
"Maksudmu pada umur 5 tahun?" tanya Jiyong
"Itu terlalu lama Kwon!" ucap Dara memukul lengan atas Jiyong pelan.
Jiyong terkekeh mendengar ucapan Dara, "Baiklah, setelah Yongji berumur 2 tahun kau baru boleh kembali ke kantor" ucap Jiyong
"Benarkah?" tanya Dara
Jiyong menganggukkan kepalanya, "Karena setelah Yongji berumur 2 tahun aku berniat untuk membuatmu hamil kembali dan memintamu untuk istirahat total di kehamilanmu selanjutnya" ucap Jiyong dengan senyum lebarnya.
Dara terperangah mendengar ucapan Jiyong, gadis itu melayangkan pukulan ringan di pundak suaminya yang menyebabkan pria itu tertawa akibat melihat ekspresi wajah Dara.
---
Malamnya, Jiyong memberi tahu Nara akan berita yang dapat membuat gadis itu bahagia. Nara bersorak senang saat mengetahui bahwa ibunya akan berada di rumah selama 2 tahun kedepan. Ia akan mendapatkan perhatian penuh dari ibunya!
"Kau akan menyiapkan sarapan untukku? Lalu akan menemaniku bermain setelah pulang sekolah? Apakah kau akan menemaniku saat aku les menari?" tanya Nara dengan manik berkelip
"Eomma hanya akan menunggu dirumah baby" ucap Jiyong merapikan rambut Nara yang berantakan akibat aksi menari acaknya beberapa waktu lalu.
"Apakah aku boleh bolos les menari? Aku ingin menemani eomma di rumah" ucap Nara kini menatap ayahnya penuh harap.
Jiyong melirik Dara sebelum mengangguk, "Sure, aku akan meminta izin pada pelatihmu" ucap Jiyong
"Bagaimana dengan les bahasa inggris dan matematika?" tanya Nara
"Aku akan meminta izin pada mereka juga, kau bisa mengerjakan tugasmu bersama eomma di rumah" ucap Jiyong, Nara melirik ibunya sebelum memeluk tubuh ibunya.
"Aku sangat senang, akhirnya aku memiliki teman di rumah!!" sorak Nara bahagia. "Noona akan menjagamu, cepatlah keluar, noona ingin bermain denganmu" ucap Nara sebelum mencium perut Dara.
Jiyong dan Dara menatap anak gadis mereka dengan senyum hangat diwajahnya. Mereka dapat merasakan kasih sayang gadis yang diawal merasa tersaingi oleh adanya adik bayi. Meskipun perasaan itu masih kadang hadir tapi mereka bisa menangani itu sekarang.
---

KAMU SEDANG MEMBACA
After Story : 5 Years Ago
FanfictionApa yang terjadi setelah dua orang manusia menikah? Tentu memiliki keturunan dan hidup bahagia selamanya. Itu merupakan pemikiran setiap orang setelah selesai membaca sebuah cerita dengan akhir yang bahagia. Apakah kisah mereka selanjutnya tak menar...