Another Baby?

908 101 6
                                    

Dara menatap penanda waktu ditangannya. Ia mengerutkan keningnya, mencoba untuk kembali mengingat kapan terakhir kali ia datang bulan. Mungkin ini salahnya yang tak menandai kapan terakhir kali ia datang bulan, tapi ia tak mengingat kapan terakhir kali ia datang bulan.

Jiyong yang baru saja keluar kamar mandi menatap istrinya yang masih sibuk dengan kalendar di tangannya. Ia mendekati istrinya itu dan memeluk pinggangnya, ia tak tahu jika itu membuat gadisnya terkejut.

"Kau mengejutkanku," gumam Dara pelan, ia mengembalikan benda ditangannya dan berbalik. "Cepat pakai bajumu. Aku akan menyiapkan sarapan untuk kita bertiga, kau bangunkan Nara," perintah Dara dengan senyum diwajahnya.

"Apakah semuanya baik-baik saja?" tanya pria itu kini melirik benda yang membuat istrinya melamun.

Dara mengangguk menandakan ia baik-baik saja. "Aku hanya memeriksa tanggal," ucap gadis itu.

"Kau terlambat?" tanya Jiyong, Dara menatapnya sebentar sebelum mengangguk. Dan raut wajah cerah terpancar jelas diwajah pria itu. "Setelah menjemput Nara kita ke dokter," ucap pria itu.

Dara menganggukkan kepalanya menurut. Tadi pagi ia merasa tak enak badan, ia merasa mual dan pusing. Dan otak cerdasnya kembali mengingat makanan yang masuk semalam. Ia tak merasa ada yang aneh pada pola makannya. Tapi saat ia membuka kabinet dan melihat pembalut disana, ia kembali mengingat kapan terakhir kali ia datang bulan.

Apakah dirinya benar-benar hamil atau hanya masuk angin saja?

Dara memasak omurice untuk sarapan mereka dan kimbap untuk bekal anaknya. Jiyong turun dengan dasi ditangannya. Dara menggeleng pelan melihat wajah bahagia suaminya. Ia mencuci tangannya setelah mematikan kompornya.

Pria itu berjalan mendekati istrinya, memberikan dasi berwarna senada dengan jasnya untuk dipakaikan oleh istrinya dengan tangan di pinggang gadis itu. Dara memakaikan dasi pria itu dengan teliti.

"Nara berada di dalam kamar mandi saat aku memasuki kamarnya," lapor Jiyong.

Mereka saling bertatapan cukup lama sebelum Dara memecahkan keheningan, "Haruskah kita memberitahu Nara?"

"Boleh, kita harus memberitahunya terlebih dahulu sebelum ia mendengar penjelasan dari dokter. Setidaknya kita lihat apa reaksinya jika ia memiliki seorang adik bayi," ucap Jiyong dengan senyum diwajahnya.

Matanya beralih pada perut Dara yang masih terlihat rata. "Aku harap kau benar-benar ada di dalam sana, baby." Jiyong mencium kening Dara lama sebelum suara langkah kaki gadis kecilnya menginterupsi.

"Selamat pagi!!" serunya ceria seperti biasa. Kedua orang tuanya membalas sapaan gadis kecil itu, Jiyong mendekati gadis itu dan membawa gadis itu untuk duduk disamping kanannya. "Omurice?" tanya gadis itu merujuk pada sarapan mereka hari ini.

Dara mengangguk, "Dan kimbap sebagai bekalmu di sekolah." Nara berteriak senang. Tak ada yang bisa menandingi rasa nikmatnya kimbap buatan ibunya.

Mereka makan dengan suasana hangat seperti biasa, Jiyong sesekali melirik anak gadisnya yang memakan nasi yang digulung dengan telur dadar itu. Anak gadisnya terus berceloteh tentang prediksinya hari ini.

"Baby," panggil Jiyong saat gadis itu menyelesaikan sarapannya.

"Ne?" anak gadis itu mendekati ayahnya yang mengulurkan tangan.

"Tunggu aku di depan, aku akan mengambil tas tanganku terlebih dahulu," ucap Dara. Jiyong melirik istrinya sebelum mengangguk.

Nara menatap ayahnya yang terlihat gugup. Ia mendekati pria itu dan menyentuh tangannya. "Wae Appa?" tanya gadis kecil itu.

After Story : 5 Years AgoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang