Lazy Nara

1K 99 20
                                    

Ada saat dimana kau akan merasa sangat malas bahkan saat kau sudah terbangun dari mimpi indahmu. Dan saat seperti itu, kini dilanda oleh gadis kecil yang masih bergumul di balik selimutnya.

Ini hari sabtu jadi ia memiliki waktu setengah jam sebelum jam tayang kartun kesukaannya. Dan ia yakin sebentar lagi ibunya akan datang untuk membangunkannya.

"Baby" ia mendengar suara ibunya yang berjalan mendekatinya. Namun ia masih enggan untuk membuka matanya.

"Kau tak akan bangun?" Tanya ibunya pada gadis yang bahkan masih memeluk boneka besar pemberian ayahnya.

"Masih enggan untuk beranjak dari tempat tidurnya?" Tanya Jiyong. Dara melirik suaminya sebelum mengangguk. "Baby" panggil pria dewasa yang kini duduk disamping istrinya.

"Aku akan melanjutkan masakanku" ucap Dara menepuk pundak suaminya. Jiyong melirik ibu satu anak itu sebelum mengangguk.

Dara beranjak dari tempatnya untuk melanjutkan tugasnya di dapur. Jiyong mengikuti langkah Dara dengan pandangannya sebelum wanita itu menghilang dibalik pintu masuk kamar anak gadisnya.

Jiyong kembali pada gadis yang mendengkur lembut. Senyumnya merekah melihat wajah cantik khas ibunya. Ia tak pernah merasa menyesal telah bertemu gadis ini. Dan haruskah ia mengganti atau menghapus peraturan tentang membawa anak kecil ke perusahaan?

"Appa" panggil gadis itu membuka matanya yang cukup berat. Jika ia tak salah ingat, ia tadi mendengar suara ibunya, bukan ayahnya. "Dimana Eomma?" Tanya gadis itu bergumam.

Jiyong menarik lengan gadis itu lalu memeluknya. Nara, menjadi 'Daddy's Princess' tentu saja langsung memeluk leher pria itu dan bermanjaan dipangkuan ayahnya. "Eomma sedang menyiapkan sarapan. Cepatlah mandi dan bersiap, bukankah kita akan pergi ke rumah Grandma?" Tanya Jiyong mengusap rambut anak gadisnya lembut.

"Tapi aku masih mengantuk" gumam gadis itu di leher ayahnya.

Dara berjalan masuk ke dalam kamar Nara dengan senyum hangat di wajahnya. Ia hanya merasa bersyukur, meskipun Nara bukan anak kandung dari pria yang ia nikahi beberapa waktu lalu, tapi perhatian dan kasih saying pria itu sama seperti perhatian yang mungkin diberikan kepada anak kandungnya kelak.

"Kau sudah bangun?" Tanya Dara, Nara mengangkat kepalanya untuk melirik ibunya sebelum kembali menjatuhkan kepalanya di lekukan leher ayahnya. "Waktunya mandi, Baby. Bukankah kau merindukan Grandma?" Tanya Dara mengusap rambut anak gadisnya.

"Maukah kau menggendongku, Appa?" Tanya Nara menatap pria yang memegang pinggangnya. Jiyong dengan senyum hangatnya mengangguk, "Aku tak ingin mandi" ucap gadis itu dengan senyum jenakanya.

Jiyong melirik istrinya lalu tertawa pelan, "Kau harus mandi, Baby"

"Grandma tak akan menerimamu dan bahkan tak ingin memelukmu jika kau tak mandi" ucap Dara menambahkan.

"Tapi aku tidak bau" ucap gadis itu dengan bibir mengerut. Jiyong mencubit hidung gadisnya itu gemas sebelum menggendong tubuh mungil itu dan membawanya ke dalam kamar mandi.

"Setidaknya gosok gigimu dan cuci mukamu" ucap Dara mengikuti keduanya dengan pandangannya. Dara menghela nafas panjang sebelum beranjak dari duduknya dan pergi ke ruangan dimana baju-baju Nara berada.

Setelah beberapa saat, keduanya keluar dari kamar mandi dengan Nara yang basah kuyup dari atas kepala hingga kaki. Handuk tebal dan panjang miliknya melilit sempurna hingga pundak, membungkus tubuh mungil gadis itu. Dan jangan lupakan wajah kesal gadis itu.

Ia melirik pria yang keluar bersama anak gadisnya. Meskipun tak sebasah Nara, tapi pakaian pria itu cukup basah di beberapa tempat. Jiyong melirik istrinya dengan senyum bangga di bibirnya, sebelum kembali pada anaknya, "Aku akan berganti pakaian terlebih dahulu" ucap pria itu sebelum berlalu pergi.

After Story : 5 Years AgoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang