Usia kandungannya sudah mencapai 9 bulan. Dan dalam waktu dekat ini ia mungkin akan melahirkan. Perkiraaan dr. Ahn Liu, baby Yongji akan lahir minggu depan.
Tapi sejak tadi malam perutnya terus kontraksi, ia juga kesulitan untuk tidur yang terkadang diakibatkan oleh perasaan gelisahnya. Tak jarang ia akan mengganggu Jiyong dengan mengatakan ingin ditemani atau minta dipijat bagian punggungnya oleh pria itu.
Jiyong, sebagai suami idaman tentu tak akan menolak, pria itu memang terkadang masih pergi ke kantor untuk menghadiri beberapa rapat besar namun selebihnya ia memberikan Bajowoo-Asisten Pribadi utamanya untuk melakukan pekerjaannya.
Dara berjalan perlahan menuju kamar mandi, merasa bahwa kandung kemihnya kembali penuh bahkan setelah sejam yang lalu ia pergi ke kamar mandi untuk mengeluarkan seluruh isinya.
Nara tengah menonton TV sedangkan Jiyong berada di dapur, menyiapkan makanan ringan mereka. Hari sabtu ini mereka memang tak berniat untuk pergi keluar rumah. Mungkin setelah usia kandungan Dara menginjak umur 8 bulan lebih, mereka lebih sering menghabiskan waktu di rumah pada hari Sabtu dan Minggu.
Baru saja Dara membuka pintu kamar mandi, kontraksi di perutnya kembali menyerang bersamaan dengan cairan bening yang keluar dari selangkangannya. "Arghh" Dara menggeram tertahan.
Nara yang berada tak jauh dari kamar mandi terdekat segera mendekati ibunya dan berteriak memanggil ayahnya saat melihat ibunya kesakitan dengan tangan mencengkram perutnya. "Astaga Baby, apakah kau baik-baik saja?" tanya Jiyong segera mendekati istrinya.
Dara mencengkram lengan atas Jiyong dengan nafas yang ia coba atur. Ia ingat pertama kali ia merasakan diposisi ini sekitar 6 tahun yang lalu. Dan ia sendirian!
"Ini sa-sakit" ucap Dara tergagap, ia kembali mengerang dengan tangan mencengkram kuat tangan Jiyong.
Pria itu mulai kalap. Ia kembali panik dan hampir histeris, "Apa yang harus aku lakukan? Astaga bukankah harusnya Yongji lahir dua minggu lagi?" tanya Jiyong histeris, "Nara katakan padaku apa yang harus aku lakukan?" tanya Jiyong
Nara yang melihat ayahnya histeris ikut menangis, Dara mengatur nafasnya, ia harus bisa lebih tenang. "Jiyong tenanglah, yang perlu kau lakukan saat ini adalah tenang dan jangan panik!" ucap Dara sebelum kembali menjerit akibat kontraksi hebat.
Jiyong dan Nara ikut menjerit, Nara bahkan memeluk tubuh Dara erat, "Eomma jangan tinggalkan aku, aku akan menjadi anak yang baik mulai sekarang. Eommaaaa" rengek Nara
Jiyong menganggukkan kepalanya, "Aku juga, aku berjanji akan melakukan apapun yang kau minta, baby. Katakan padaku apa yang harus aku lakukan?" tanya Jiyong
"Bawa aku ke rumah sakit-" kontraksi di perutnya menghentikan wanita itu untuk menyumpahi otak terlampau cerdas Jiyong.
Jiyong segera menggendong Dara di tangannya dan hendak pergi, "Tas Yongji" ucap Dara mengingatkan dengan nafas tersengal, Jiyong berhenti dan menyimpan Dara di bawah, ia akan berlari ke kamar saat Dara menariknya, "Jangan pergi" ucap Dara.
Guratan di keningnya dan fokus pada mata tajam itu masih menandakan bahwa pria itu masih belum sadar, "Aku akan mengambil tas baby Yongji" ucap gadis kecil yang bahkan masih menangis terisak. Jiyong menatapnya lalu mengangguk.
Nara segera berlari ke kamar Yongji di samping kamarnya. Jiyong mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi supir pribadinya. "Jiyong!" Teriak Dara mencengkram kuat lengan Jiyong.
"Kau masih bisa menahannya?" tanya Jiyong kembali panik saat mendengar jeritan Dara di tangannya.
Dara menggeleng kepalanya, "Kita harus segera pergi ke Rumah Sakit! Air ketubanku pecah, Kwon!" ucap Dara dengan gigi terkatup dan nafas yang mulai tersengal.
Jiyong mulai panik, ia melepaskan cengkraman Dara untuk mengambil kunci mobilnya. "Nara" panggil Jiyong.
"Aku siap" ucap Nara menggendong tas yang cukup besar, Jiyong meliriknya lalu mengangguk. Jiyong mengangkat Dara dan membawa wanita itu hingga mobilnya. Tanpa pikir panjang, pria itu segera melaju setelah Nara duduk di kursi belakang.
Dara mencengkram tangan suaminya, "Tenangkan dirimu, aku membutuhkanmu untuk tenang dan membawa kita ke rumah sakit dengan selamat" ucap Dara, wanita itu kembali mengatur nafasnya yang mulai teratur. Dengan dada yang masih bergemuruh, pria itu membawa keluarga kecilnya ke rumah sakit dimana Dara akan melahirkan.
Mereka memasuki rumah sakit dengan Dara yang Jiyong gendong, "Blangkar Jiyong" ucap Dara, pria itu menatapnya sebelum menggeleng, otaknya benar-benar tertinggal di rumah. Apakah ia mematikan kompor sebelum ia kemari? Apakah ia mengunci pintu rumah?
"JIYONG FOKUS!!" Teriak Dara mencengkram tangan Jiyong, Jiyong menghela nafasnya dan mencoba untuk fokus.
15 menit sejak Dara dimasukkan ke dalam ruang bersalin. Dan kedua orang tuanya dalam perjalanan menuju rumah sakit. Nara berada di pelukannya menangis sambil memanggil ibunya.
"Jiyong" panggil kedua orang tuanya, pria itu berbalik dan melihat kedua orang tuanya bersama Dami dan Sanghyun yang berjalan di belakangnya.
"Apakah noona belum selesai?" tanya Sanghyun, Jiyong menggeleng bersamaan dengan seorang suster yang keluar dari ruangan.
"Mr. Kwon" panggil suster itu, "Bisa kau ikut kami? Istri anda ingin anda menemaninya saat melahirkan" ucap suster itu melanjutkan.
"Apakah aku boleh ikut suster?" tanya Nara yang berada di gendongan ayahnya
"Maaf adik kecil, tapi anak kecil tidak diperbolehkan masuk ke ruang operasi" ucap suster itu,
Nara memberenggut mendengar ucapan suster itu, Dami dan Sanghyun mendekati keponakan mereka, "Ayo kita bermain bersama uncle, kita lihat bunga di taman" ucap Sanghyun
Nara menatapnya sebelum mengangguk, ia memeluk leher pamannya dan pergi meninggalkan mereka. Jiyong bergegas pergi ke dalam ruangan bersama suster.
Didalam Dara sudah memakai gaun rumah sakitnya, kakinya terbuka lebar dengan peluh membanjiri wajah cantik yang terlihat sangat lelah. Pria itu segera mendekati istrinya dan mencium pelipis wanita itu.
"Kau pasti bisa baby, aku disini" ucap Jiyong memberi semangat pada istrinya. Dan seperti sebuah isyarat, perutnya kembali berkontraksi hebat.
Dara kembali menarik nafasnya dan mendorong bayi di dalam perutnya sekuat tenaga. Jiyong yang berada disampingnya, mencengkram kuat tangannya dengan kalimat manis tak henti keluar dari mulut pria itu agar ia bisa bertarung untuk mengeluarkan anak lelakinya.
Setelah kurang lebih 15 menit wanita itu bertarung mengeluarkan anak keduanya, suara tangis bayi terdengar cukup kencang, bersamaan dengan perasaan lega di perutnya. Wanita itu menangis di pelukan suaminya yang masih mengucapkan kalimat "You are amazing mommy, baby"
Jiyong bahkan menangis saat mendengar suara tangis bayi lelakinya. Ia tak bisa percaya ia bisa melewati itu semua. Dan mendengar suara anak lelakinya bagaikan suara dari surga. Ia jatuh cinta pada lelaki kecil yang terlihat sangat mirip dengannya.
"Ingin memotong tali pusarnya Daddy?" tanya dr. Ahn dengan senyum yang terlihat di matanya.
"Apakah tidak apa-apa?" tanya Jiyong, dr. Ahn mengangguk. Pria itu mendekati dr. Ahn dan memotong tali pusar bayi lelakinya.
Jiyong kembali ke samping istrinya dan kembali mencium kening basah istrinya, "You are Wonderfull baby" ucap Jiyong kembali mengulang salah satu kalimat yang pria itu ucapkan tadi.
---

KAMU SEDANG MEMBACA
After Story : 5 Years Ago
FanfictionApa yang terjadi setelah dua orang manusia menikah? Tentu memiliki keturunan dan hidup bahagia selamanya. Itu merupakan pemikiran setiap orang setelah selesai membaca sebuah cerita dengan akhir yang bahagia. Apakah kisah mereka selanjutnya tak menar...