Mata Yura membulat sempurna ketika ia memasuki rumah. Semua perabotan berserakan di atas lantai. Terlihat muka Pak Budi merah padam dengan dada kembang kempis dan mata yang melotot marah. Pak Budi adalah Kakek Yura. Dia adalah seorang pengusaha yang memiliki bisnis meuble dengan pasar yang menjamah seluruh Indonesia dan beberapa Negara Asia yang lainnya. Kekayaannya bahkan cukup untuk menghidupi 7 keturunan tanpa keturunannya harus repot-repot bekerja.
"Ma, ini ada apa sih, Ma?" Yura mengoyak pelan lengan Bu Bita.
"Kakekmu sedang marah besar, Yura." Tangan Bu Bita masih terlihat gemetaran.
"Kalian masih tidak mau menikahkan Yura dengan cucu sahabat Ayah?" nada tinggi Pak Budi terdengar jelas dan tegas.
"Tidak bisa, Yah. Yura itu masih SMA. Bahkan, usianya belum menginjak 17 tahun," bantah Pak Subroto, Papa Yura.
"Ayah dulu menikah dengan ibumu saat ayah masih umur 15 tahun. Buktinya, ayah bisa sukses."
"Tapi, Yah. Ini jaman modern. Pernikahan anak usia dini terlihat tabu di mata masyarakat."
"Kalau kamu tidak mau menikahkan Yura dengan cucu sahabat ayah, maka ayah akan memberikan seluruh harta ayah ke dinas sosial."
"Terserah ayah mau melakukan apa. Tapi aku nggak akan tega memaksa Yura menikah dengan cucu sahabat ayah itu."
"Tunggu dulu!" tegur Yura. "Apa maksud pembicaraan kalian? Aku masih nggak ngerti."
"Yura, pokoknya kamu harus menikah!" suruh Pak Budi.
"Apa? Nikah?" alis Yura terangkat tinggi-tinggi.
"Pokoknya minggu depan, kamu harus nikah. Titik!"
"Aku nggak mau nikah, Kek. Daripada aku harus nikah muda, lebih baik aku pergi dari rumah ini," bantah Yura.
Napas Pak Budi tiba-tiba sesak dan tersengal. Ia memegangi dadanya sendiri dan ia pun terjerembab di atas lantai. Semua orang mendadak panik. Pak Subroto dan Bu Bita bergegas membawa Pak Budi ke rumah sakit terdekat.
"Dok, bagaimana keadaan ayah saya, Dok?" tanya Pak Subroto cemas.
"Ayah anda masih bisa diselamatkan. Untung saja anda membawanya tepat waktu. Lain kali, saya harap anda tidak membuatnya marah atau kaget karena akan sangat berakibat fatal untuk jantungnya," jelas Dr.Henry.
"Iya, Dok. Apa saya boleh melihat kondisi Ayah saya?" tanya Pak Subroto.
"Tentu saja. Silahkan."
Pak Subroto, Bu Bita, dan Yura langsung memasuki kamar tempat Pak Budi dirawat. Mata Yura berkaca-kaca melihat kondisi Pak Budi yang tengah terkapar di atas ranjang rumah sakit dengan napas yang masih terengah-engah.
"Kakek?" Yura memegang lembut tangan renta Kakeknya.
"Yura?" Pak Budi membalas genggaman tangan Yura.
"Kakek jangan sakit lagi, Kek."
"Maafin Kakek, Yura. Kakek hanya ingin mewujudkan keinginan terakhir Kakek sebelum Kakek pergi."
"Kakek jangan bilang begitu, Kek."
"Kakek hanya ingin melunasi nadzar Kakek untuk menikahkan keturunan Kakek dengan keturunan teman Kakek. Sejujurnya, Kakek takut ditagih di akhirat apabila Kakek tidak melunasi nadzar Kakek."
"Baik, Kek. Yura akan menuruti keinginan Kakek, asalkan Kakek kembali sehat."
"Terima kasih, Yura."
***
Pak Gunawan menyeruput secangkir kopinya dengan tenang, tak mempedulikan anak, menantu, dan cucunya yang sedari tadi dibuat panik oleh ancamannya. Ia tersenyum senang melihat tiga orang bodoh yang ada di hadapannya kelabakan. Pak Jodi, anak Pak Gunawan adalah seorang pengangguran sejak ia lulus kuliah. Dia tak memiliki niatan untuk bekerja dan tak mau bekerja. Dia hanya mau berfoya-foya dan membeli mobil-mobil mewah. Sementara Bu Lisa, menantu Pak Gunawan adalah seorang ibu-ibu sosialita yang tidak memiliki keahlian dan hanya bisa menghabiskan uang. Dan Kido, cucu Pak Gunawan adalah seorang selebgram yang tak memiliki penghasilan tetap.
"Kakek nggak bisa gitu dong, Kek. Apa Kakek tega menikahkan aku sama cewek yang nggak aku kenal?" Kido mencoba merayu kakeknya. Barangkali kakeknya mau berubah pikiran.
"Tidak usah merayu Kakek, Kido. Kakek tidak memaksa kamu untuk menikah dengan cucunya sahabat Kakek," ucap Pak Gunawan santai.
"Kakek kok gitu?"
"Kalau kamu tidak mau menikah, Kakek akan memblokir kartu ATM dan kartu kredit kamu beserta kedua orangtuamu."
"Kido, kamu cepetan bilang iya!" suruh Bu Lisa panik.
"Iya, Kido. Cepetan kamu bilang iya!" Pak Jodi menambahi.
"Nggak bisa gitu dong, Ma, Pa." Kido mendelik ke arah Mamanya lalu ke arah Papanya.
"Kalau kamu tidak bilang iya hari ini, Kakek akan memblokir kartu ATM dan kartu kredit kalian semua. Selain itu, kendaraan dan segala fasilitas rumah akan Kakek cabut sampai kamu bilang iya." Pak Gunawan kembali mengancam.
Pak Jodi, Bu Lisa, dan Kido mendelik kaget. Pak Jodi tak bisa hidup tanpa mobil sport kesayangannya. Bu Lisa tak bisa hidup tanpa belanja dan pembantunya. Sedangkan Kido tak bisa hidup tanpa motor kerennya. Mereka semua tak bisa hidup tanpa harta Pak Gunawan.
>>>>
Kido menggelengkan kepala ketika melihat seikat bunga mawar yang tampak segar, terpampang di toko bunga yang tak jauh dari sekolahnya. Ia menunduk lesu. Di saku seragamnya hanya tinggal uang 50 ribu. Akhir-akhir ini, instagramnya sepi endorsan. Sementara uang tabungannya dari endorsan instagram sudah dihabiskan Mamanya untuk membeli sepatu mahal dua hari yang lalu. Kido berjalan lesu menuju sekolahnya. Bagaimana pun, ia harus berhemat sampai ia bisa mendapat endorsan lagi. Oleh karena itu, ia mengurungkan niat untuk membelikan Alea bunga mawar.
"Kok muka kamu kusut gitu sih?" tanya Alea.
"Jalan-jalan beli lukisan. Jangan lupa belilah kutang. Udah lama sepi endorsan. Akhir-akhir ini tinggallah utang ," jawab Kido jujur.
"Sepi endorsan?" Alea terkekeh. "Kalau kamu kekurangan uang, kamu kan bisa minta orang tua kamu atau kakek kamu kan?"
"Aku lagi krisis keuangan, Beb. Jadi aku minta maaf kalau untuk sementara, aku nggak bisa sering-sering traktir kamu makan atau beli bunga buat kamu."
"I am okay, Baby. Don't worry, please!"
Kido berdecak kesal. "Kamu jangan pakek bahasa Inggris! Aku kan kagak paham maknanya."
Alea terkikik,rupanya tingkah laku Kido mampu membuatnya selalu tertawa. Selain tampan, Kidoadalah orang yang sangat humoris. Ia mampu mencairkan suasana di mana pun ia berada.
****
Vote dan komen yuk
Jangan lupa follow akun Zaeemaazzahra
KAMU SEDANG MEMBACA
KIDO VS YURA [TERSEDIA DI GRAMEDIA]
Teen FictionJUDUL LAMA = ILFEEL TAPI CINTA TERSEDIA DI GRAMEDIA DAN TOGAMAS SELURUH INDONESIA "Kidoooo balikin ciuman pertama gue!" tagih Yura kesal. "Mana bisa dibalikin? Lo mau gue cium lagi?" tantang Kido. "Gue jijik! Gue bakal cuci bibir gue tujuh kali ba...