Chapter 44

317K 14.5K 521
                                    

Alea tersenyum senang setelah melihat video yang didapatkannya. Ia tak sabar menyebarkan video tersebut pada seluruh teman-temannya di sekolah. Tanpa berpikir panjang, ia mengirim video tersebut pada Hayati, grup WA kelas, dan ke beberapa temannya dari anak Bahasa dan IPA. Ia sangat yakin video tersebut akan segera tersebar dengan sangat cepat.

"Kido, Yura, tamat riwayat kalian," gumam Alea lirih.

Alea kembali tertawa senang lalu segera memejamkan matanya. Ia tak ingin terlambat ke sekolah karena ia ingin melihat bagaimana hebohnya suasana sekolah besok.

***

Yura melepas helmnya setelah ia turun dari motor Kido. Ia melihat ke sekeliling. Entah mengapa ia merasa semua mata tertuju padanya. Kido pun merasa demikian. Ia menggaruk rambut karena keheranan dengan tatapan orang-orang di sekelilingnya. Beberapa di antara mereka bahkan saling berbisik satu sama lain.

"Mau buka pakek es kelapa. Mereka kenapa?" tanya Kido yang masih keheranan.

Yura mengedikkan bahu. Sepanjang jalan mereka masih melihat ke sekeliling. Semua pasang mata masih tertuju pada mereka. Yura menelan ludah. Ada semacam perasaan tak enak yang mengganjal hatinya.

"YURAAAAAA!" teriak Hilda dari kejauhan. Ia berlari menuju tempat Yura berdiri.

"Hilda?" dahi Yura berkernyit.

"Gawat gawat gawat!" ucap Hilda ngotot sembari mengoyak-ngoyak lengan Yura.

"Ada kawat ada harpa. Gawat kenapa?" tanya Kido.

"Rahasia pernikahan kalian sudah terbongkar!" jelas Hilda penuh penekanan.

"Apa?" Kido dan Yura sontak terperanjat kaget.

"Kalian nggak lihat grup WA?" tanya Hilda.

Kido dan Yura hanya menggeleng. Hilda langsung mengeluarkan ponsel dari dalam saku bajunya, membuka grup WA, lalu memperlihatkan video wawancara antara Alea dan Bu Lisa yang terekam dengan jelas. Kido dan Yura melihat dengan seksama. Mereka benar-benar tak tahu harus melakukan apa.

"Sekarang, apa rencana kalian?" tanya Hilda cemas.

Yura menghela napas. Ia sangat mencintai Kido. Namun pernikahannya yang dinilai terlalu dini, pasti akan menjadi gunjingan orang. Jujur saja, ia merasa sangat malu karena ia adalah satu-satunya siswi yang sudah menikah saat masih duduk di bangku SMA.

"Terus kenapa kalau kita sudah menikah? Apa menikah itu perbuatan yang salah?" tanya Kido tegas.

Hilda menggaruk rambutnya sembari berpikir. "Ya nggak salah sih."

"Gue heran kenapa semua orang heboh karena berita ini. Gue dan Yura sudah menikah setahun lebih. Nggak ada yang perlu dihebohkan," kata Kido.

"Terus, bagaimana cara kalian menghadapi teman-teman yang lain?"

"Ya biarin aja. Malah gue tambah senang kalau rahasia ini terbongkar. Jadi gue dan Yura nggak perlu backstreet lagi."

Yura masih menunduk malu. Apa yang dikatakan Kido, tidak salah. Namun ia masih takut menghadapi kenyataan bahwa rahasianya telah terbongkar. Ia takut dibully oleh teman-teman satu kelas. Ia juga takut dipandang rendah oleh siswa dari kelas lain atau bahkan adik kelas.

Kido menyambar tangan Yura dan menggandengnya erat. Ia malah mengantarkan Yura menuju kelas XII-IPA-A. Yura masih menunduk malu. Ia memasuki kelas tanpa melihat ke kanan dan ke kiri. Semua mata masih tertuju padanya.

"Ra, gimana rasanya nikah?" tanya Daren, salah seorang teman sekelas Yura.

"Ra, elo sama Kido udah enaena berapa kali?" tanya Yeni, the most wanted girl di kelas IPA-A.

Pertanyaan Yeni barusan sontak mengundang gelak tawa seluruh siswa di kelas. Yura menaruh tasnya di atas bangku lalu duduk dengan kepala yang masih menunduk. Ia mencoba mengabaikan semua ucapan yang ia dengar. Tangannya mengepal marah, tapi ia tak bisa berkata apa-apa.

"Eh ternyata di kelas kita sudah ada yang nggak perawan. Gue dengar, dia udah menikah dengan Kido sejak kelas sebelas. Berarti udah ratusan hari, dia nikah sama Kido. It's mean Yura udah enaena ratusan kali dong." Yeni tertawa puas. Sejak lama, ia tak menyukai Yura karena Yura adalah saingannya.

Suara gelak tawa kembali riuh terdengar. Sekarang Yura benar-benar menjadi bahan olokan. Mata Yura sudah berkaca-kaca. Ia masih menahan air matanya agar tak tumpah.

"Berarti onderdil lo udah longgar dong!" imbuh Yeni.

Braaaak

Yura menggebrak bangku dengan sekuat tenaganya. Ia menghampiri Yeni lalu menamparnya hingga membuat pipi mulus Yeni mempunyai bekas merah. Yeni mendelik marah. Ia mencoba membalas tamparan Yura. Namun Yura dengan sigap menangkap tangan Yeni sebelum tangan Yeni mendarat di pipinya. Kemudian Yura menghempaskan tangan Yeni.

"Apa nikah itu salah? Apa pacaran itu benar? Sekarang gue tanya, mana yang salah menurut kalian semua, nikah yang salah atau pacaran yang salah?" Yura mengedarkan pandangan ke sekeliling.

Semua orang terdiam. Apa yang dikatakan Yura adalah sebuah kebenaran. Menikah bukanlah suatu hal yang salah. Namun menikah di usia muda masih terdengar aneh di mata mereka.

"Dan buat elo, Yen. Apa hak elo menjudge gue seperti itu? Emangnya lo masih perawan? Gue nggak yakin kalau lo masih perawan," kata Yura.

"Lo itu-" Yeni kehabisan kata-kata. Semua orang tahu bahwa ia bukan cewek baik-baik. Ia berulang kali berpacaran dengan bad boy dari beberapa sekolah. Tak ada yang percaya jika dia masih perawan.

"Ngaca dulu sebelum menghina orang. Ngerti?" Yura mendorong sinis bahu Yeni.

KIDO VS YURA [TERSEDIA DI GRAMEDIA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang