Chapter 26

341K 16.4K 295
                                    

Yura, Kido, Reon, Alea dan yang lainnya duduk melingkar. Di tengah-tengah mereka ada sebuah botol bekas kecap. Setelah melakukan hompimpa, Hilda memutar botol tersebut dan menunggunya berhenti. Semua mata tertuju pada Yura saat ujung botol tersebut mengarah pada Yura.

"Yura, Truth or Dare. Kenapa elo suka sama Reon?" tanya Hilda.

"Truth. Karena Reon itu baik, pintar, dan perhatian. Gue illfeel sama cowok bego soalnya," sindir Yura lalu menyenggol sikut Kido.

"Berarti elo illfeel sama Kolel dong!" Hayati terkikik. Secara tidak langsung, ia menghina pacarnya sendiri.

"Iya." Yura tertawa renyah lalu memutar botol.

Tawa pun berhamburan memenuhi ruangan. Kolel tak merasa tersinggung dengan cibiran teman-temannya, dan malah tersenyum senang seolah mengakui bahwa dirinya memang bodoh. Dan tidak ada yang bisa memungkiri itu.

"Ha? Gue?" Raffi menunjuk dirinya sendiri ketika ujung botol itu berhenti dan menunjuk ke arahnya.

"Truth or Dare. Menurut elo, apa yang menarik dari cewek IPA?"

"Cewek IPA itu rajin. Gue suka."

Hilda menggeliat senang lalu menyenggol pundak Raffi. "Ah kamu mah bisa aja."

Raffi memutar botolnya. Spontan tatapan semua orang tertuju pada Kido yang tengah asyik mengupil. Raffi tersenyum miring. Ia sudah menyiapkan sebuah pertanyaan yang sudah ia rancang untuk menghancurkan hubungan antara Kido dan Alea. Sebenarnya, sudah sejak lama ia menyukai Alea. Itulah sebabnya dia memanfaatkan Hilda agar dia mempunyai kesempatan bertemu dengan Alea.

"Truth or Dare. Apakah elo pernah meniduri seorang cewek?" Raffi melipat tangan.

Kido tiba-tiba teringat bahwa ia pernah tidur bersama Yura walaupun tidak terjadi apa-apa. "Truth. Iya. Gue pernah tidur sama cewek. Dua kali malah."

Semua mata terbelalak mendengar pengakuan Kido. Alea meneguk ludah. Tak ia sangka bahwa Kido pernah meniduri gadis lain. Lalu siapa yang pernah Kido tiduri? Yura mengipasi dirinya sendiri. Dia tiba-tiba merasa kepanasan. Ia tahu betul siapa gadis yang pernah tidur bersama Kido dalam satu ranjang meskipun tak terjadi apa-apa di antara mereka. Gadis itu adalah dirinya sendiri.

"Siapa, Sayang? Siapa yang pernah tidur sama elo?" tanya Alea marah.

"Jangan panik gitu dong! Aku tuh bukan cowok bejat. Walaupun aku pernah tidur sama cewek, tapi nggak terjadi apa-apa," jelas Kido sambil menatap satu per satu temannya.

"Tidur sama cewek, tapi nggak terjadi apa-apa? Lo pikir, kita bakal percaya?" Kolel menyeringai nakal.

"Gue berani bersumpah nggak terjadi apa-apa. Gue dan cewek tersebut cuma tidur biasa," papar Kido santai.

"Apa benar cuma tidur biasa? Apa nggak terjadi sesuatu yang lebih dari itu?" Raffi menaik turunkan alisnya. "Apa elo yakin?"

"Gue yakin kok! Gue cuma meluk dia sampai pagi." Kido tak merasa perbuatannya adalah sebuah dosa. Bagaimana pun juga, Yura adalah istrinya. Bukankah wajar kalau suami istri tidur bersama?

"Gue nggak nyangka kalau lo itu cowok bejat, Do." Hilda menggeleng tak percaya.

Alea menangis sedih. Ia berlari menuju kamar lalu menguncinya. Kido adalah pacarnya. Kido bahkan menolak menyentuh tubuhnya. Tapi bagaimana mungkin Kido mau tidur dengan gadis lain selain dirinya?

"Al, lo nggak apa-apa kan?" Hilda terus mengetuk pintu kamar.

"Udahlah biarin aja. Entar dia pasti berhenti ngambek," kata Kido dengan santainya.

"Lo gimana sih, Do? Elo disuruh nyentuh Alea, nggak mau. Tapi ternyata elo sudah pernah tidur dengan cewek lain," ujar Hilda marah-marah.

'Gue tidur sama istri gue, bego.' Kido mengacak rambutnya lalu memasuki kamar. Di sana sudah ada Kolel yang asyik bermain ponsel sambil memeluk guling. Kido duduk di samping Kolel lalu melirik sebentar game yang dimainkan Kolel.

"Lo nggak takut diputusin Alea?" Kolel menghentikan game yang dimainkannya.

"Enggak takut. Lagian, gue udah suka sama cewek lain." Kido mulai mengendus bebauan yang entah berasal dari mana.

"Jangan-jangan elo suka sama cewek yang pernah elo tiduri itu!"

Kido mengangguk membenarkan. Gadis yang pernah tidur satu ranjang dengannya adalah Yura istrinya sendiri. Kolel meletakkan ponselnya di atas meja lalu bertepuk tangan. Ia tak menyangka kalau Kido tak se-lugu yang ia pikirkan.

"Lo hebat, Do! Gue aja belum pernah tidur sama cewek. Menurut elo, bagaimana rasanya tidur sama cewek? Enak nggak?" tanya Kolel penasaran.

Kido mengingat kembali malam di mana ia tidur bersama Yura. Ia membayangkan wangi shampoo yang samar-samar dapat ia cium dari rambut Yura. Tak hanya itu, ia juga membayangkan perut langsing Yura yang ia peluk.

"Enak." Kido mengangguk.

"Waaaah elo ngapain aja sama cewek itu?" imbuh Kolel.

"Gue kan udah bilang kalau gue nggak ngapa-ngapain. Kita cuma tidur bareng dalam satu kasur. Nggak seperti yang kalian semua bayangkan."

"Lo pikir gue bego ya, Do? Pasti elo mempraktekkan adegan-adegan wow dengan cewek itu."

Kido mendengus kesal lalu mendorong kepala Kolel. "Pikiran elo jorok banget!"

"Sekarang rasionalnya, mana mungkin elo bisa menahan nafsu saat ada seonggok tubuh seorang wanita yang tidur di samping elo."

"Buktinya, gue bisa nahan. Gue nggak mau kalau dia sampai marah ke gue. Jadi gue nggak mungkin keluar dari batasan. Makanya gue hanya peluk dia sampai pagi."

"Gue jadi tambah penasaran sama cewek yang elo maksud itu."

***

KIDO VS YURA [TERSEDIA DI GRAMEDIA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang