Chapter 11

371K 18.8K 552
                                    

Kido menggaruk rambutnya berulang kali. Ia tidak bisa menemukan jawaban PR yang diberikan Bu Lukiani. Kido tidak suka membaca apalagi membaca sejarah. Satu-satunya hal yang ia suka adalah bermain game. Setiap kali dia membaca bacaan yang sedikit berbobot, kepalanya mendadak pusing. Kido kemudian tersenyum lalu membuat kocokan yang di dalamnya berisi abjad A, B, C, D, dan E. Apabila dia mengocok dan keluar huruf A, maka ia akan mencentang A pada buku sejarahnya.

"Gue jenius!" Kido bersiap mencentang huruf yang ditunjukkan kocokannya.

Setelah selesai mencentang, Kido tercenung sebentar melihat jawaban asal-asalan yang ia temukan dari hasil mengocok kertas. Lalu ia menghapus semua jawabannya dan berusaha membaca kembali bacaan yang tadi sudah membuatnya pusing. Kido mengacak kesal rambutnya sambil mendesis. Ia memutuskan pergi ke kamar Yura untuk mencontek.

"Oi cupu, gue mau nyontek-" Kido tercekat setelah membuka pintu kamar Yura. Ia melihat Yura sedang salat dengan begitu khusu'.

Kido berdehem malu. Entah sejak kapan dia berhenti salat. Seingatnya, ia berhenti salat saat kelas 2 SMP karena malas. Melihat Yura yang salat membuat hati Kido terketuk untuk beranjak mengambil air wudlu dan menjalankan salat isya'. Setelah berwudlu, Kido mengambil baju koko, sarung, dan juga peci dari dalam lemari lalu mengenakannya. Ia menggelar sajadah dan bersiap niat.

"Usholli-" Kido terhenti. Sudah 3 tahun lebih, ia tak menjalankan salat. Ia lupa niat salat dan semua bacaan salat kecuali al-Fatihah.

"Bushet dah. Gue lupa semua bacaan salat. Gue tanya google aja deh." Kido mengambil ponselnya lalu browsing bacaan salat.

Setelah menemukan tuntunan salat di dalam internet, Kido membaca niat lalu takbir. Sesekali ia mengintip ponselnya saat kembali lupa bacaan salat terutama bacaan tahiyat. Dengan bersusah payah, Kido akhirnya berhasil menjalankan 4 rakaat salat Isya'.

"Gue pikir ... elo itu nggak salat. Ternyata elo itu bisa salat juga ya? Walaupun salatnya tanya google," cibir Yura yang menyandarkan lengannya di tembok. Dia memergoki Kido melirik ponsel saat tahiyat.

"Eh sejak kapan elo ada di situ?" tanya Kido heran.

"Sejak elo melirik HP yang ada di sebelah lo itu." Yura menunjuk ponsel Kido dengan dagunya.

"Ngapain elo ke sini?" Kido melipat sajadahnya. Lalu mendekati Yura.

"Gue ke sini karena elo yang ke kamar gue duluan."

"Gue tadi mau tanya PR sejarah."

Yura meneguk ludah. Ia mengamati penampilan Kido dari bawah hingga ke atas. Tak bisa dipungkiri kalau Kido benar-benar tampan saat memakai peci hitam dan baju koko lengkap dengan sarung hijau kotak-kotak. Jujur, Yura terpesona.

"Ngapain elo ngeliatin gue kayak gitu?" tegur Kido. "Lo naksir?"

"Anu ... gue ... ngerasa aneh aja lihat elo pakaian kayak gitu," jelas Yura gugup.

"Kenapa? Nggak pantes ya?" Kido mengamati sendiri pakaian yang ia kenakan.

"Pantes kok."

Kido tersenyum senang. "Gue ini emang ganteng. Jadi pakek pakaian apa pun, sudah pasti pantes-pantes aja."

Yura memutar malas kedua bola matanya. "Terserah apa kata elo deh."

"Eh eh!" Kido memegang pergelangan tangan Yura ketika Yura hendak pergi dari kamarnya.

"Apa?"

"Nyontek PR sejarah dong."

"Gue nggak mau nyontekin elo. Entar gue disuruh duduk di ruang BK kayak yang kemarin."

"Yaaaah." Kido menghela napas kecewa.

"Tapi gue mau ngajarin elo. Gimana? Kita belajar di kamar elo atau di kamar gue?"

"Di kamar elo aja."

Kido tersenyum senang. Ia menaruh pecinya, mengambil buku-bukunya, lalu mengikuti Yura dari belakang. Mereka pun belajar sampai larut malam. Mereka belajar sejarah, SBK, dan Matematika sampai-sampai Yura tertidur di meja belajar karena terlalu lelah mengajari Kido yang tak kunjung paham terhadap materi pelajaran.

"Oi, cupu! Jangan tidur di sini!" Kido mencolek lengan Yura dengan bulpoinnya berulang kali.

"Hmmm." Yura menyahut asal.

"Yaelah nih anak nyusahin orang aja." Kido menaruh bulpoinnya lalu menggendong Yura menuju ranjang.

Setelah meletakkan Yura di ranjang, Kido melepaskan kacamata Yura dan menaruhnya di nakas meja. Kido memandangi wajah Yura sebentar. Yura terlihat jauh lebih cantik tanpa kacamata, terlebih lagi bila dilihat dari dekat.

"Cupu, elo ternyata lumayan juga," kata Kido. Lalu ia membenarkan posisi kepala Yura yang terlihat tak nyaman. Tak lupa juga ia menyelimuti Yura.

Kido menyalakan senter dari ponselnya lalu mematikan lampu kamar Yura. Ia tahu bahwa Yura tidak bisa tertidur pulas jika ada cahaya. Kido mengendap-endap keluar agar Yura tidak terbangun.

KIDO VS YURA [TERSEDIA DI GRAMEDIA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang