Pak Jodi dan Bu Lisa menunduk lesu. Listrik di rumah mereka padam dan mereka tidak bisa membayar listrik karena tak mempunyai uang sepeser pun. Kido celingukan ke kanan dan ke kiri. Biasanya, lampu rumahnya sudah menyala saat hari sudah mulai sore seperti ini. Namun kali ini lampu rumahnya terlihat tak menyala.
"Ma, Pa, kenapa nggak nyalain lampunya?" tanya Kido memasuki rumah.
"Kita belum bayar tagihan listrik, Kido. Seandainya saja kamu mau nikah dengan gadis pilihan Kakekmu, kita tak mungkin kebingungan seperti ini." Bu Lisa menghela napas kecewa.
"Papa juga lapar, Kido. Papa belum makan dari tadi pagi. Di kulkas tidak ada makanan lagi," ungkap Pak Jodi.
Kido mengeluarkan sisa uang dari sakunya. Hanya tinggal 40 ribu setelah ia gunakan naik bis dan membeli air mineral. Kido tersenyum miris. Kakek, Mama, dan Papanya memaksa dia untuk menikah dengan gadis yang bahkan ia tidak tahu namanya.
"Ya udah. Aku mau membeli makanan buat Mama dan Papa dulu kalau gitu." Kido berjalan lesu menuju warung nasi Mang Ujang.
Hidup tanpa uang itu tidak enak. Ia harus memutar otak untuk mengalokasikan uang 40 ribu yang ia miliki dengan baik. Kido melihat warung nasi Mang Ujang di seberang jalan. Warung tersebut tampak sepi tak seperti biasanya.
"Mang, nasi pakek dada ayam, ada kagak?" Kido melongok, melihat lauk yang di pajang di etalase.
"Eh Kido. Dada ayam mah masih ada." Mang Ujang menyingkap tirai etalasenya, bersiap mengambil dada ayam.
"Kalau dada ayam gitu, berapaan?"
"Kalau pakek nasi ya dua puluh rebu."
Kido melihat kembali uang 40 ribu yang ia punya. Lalu ia tersenyum miris. Lauk paling murah di warung Mang Ujang adalah tahu dan tempe. Sedangkan telur juga cukup terjangkau. Tapi orangtua Kido tidak menyukai menu yang murahan di warung Mang Ujang, minimal dada ayam panggang atau krengsengan daging. Kido menelan ludah. Perutnya mulai meronta. Tapi ia juga tidak bisa mengabaikan kedua orangtuanya.
"Ya udah, Mang. Saya pesen 2 bungkus." Kido mengusap perutnya, berharap ia bisa menahan rasa laparnya sampai besok.
Kido kembali ke rumahnya. Dia memberikan 2 bungkus nasi itu pada Mama dan Papanya. Kemudian ia berjalan pergi menuju kamarnya. Ia menyalakan banyak lilin untuk penerangan. Ia takut gelap. Belum satu minggu ia hidup tanpa uang Kakeknya, ia sudah merasa menjadi orang yang paling miskin di dunia.
Kido terus menatap jam dinding yang tergantung di tembok kamarnya. Terdengar bebunyian aneh dari dalam perutnya. Ia mencoba mengabaikan bebunyian itu dengan bermain game, namun tak sampai 5 menit bermain, ponselnya mati karena lowbat. Saat ia hendak mencari charger, ia teringat bahwa tidak ada listrik di rumahnya. Kido mengacak rambutnya, berlari menuju rumah Kakeknya yang berada di kompleks sebelah, dan mengetuk pintu rumah itu kuat-kuat. Seorang pembantu membukakan pintu untuknya. Kido memasuki rumah. Ia langsung menuju ruang kerja Kakeknya.
"Kakek aku mau menikah dengan siapa pun gadis yang kakek mau jodohkan dengan ku." Kido berdiri tepat di depan meja kerja Pak Gunawan.
"Empat hari, enam jam, sembilan belas detik." Pak Gunawan mengamati jam tangannya. "Daya tahan hidupmu cukup bagus. Kakek pikir, kamu akan menyerah di hari pertama kamu melawan kakek."
"Terserah kakek aja. Yang penting, kembalikan semua fasilitas yang kakek berikan."
Pak Gunawan mengambil sebuh map berwarna hijau lalu membukanya dan menyodorkannya pada Kido. Ia tertawa kecil melihat ekspresi Kido yang tampak penasaran dengan kertas tersebut.
"Apa itu, Kek?" tanya Kido.
"Ini adalah surat perjanjian yang tidak boleh kamu langgar," jawab Pak Gunawan.
SURAT PERJANJIAN
Dengan ini menyatakan Gunawan Suryasalim sebagai pihak pertama dan Roykido Suryasalim sebagai pihak kedua.
1. Pihak kedua harus menikahi gadis yang telah dipilihkan oleh pihak kedua.
2. Pihak pertama akan mengembalikan semua fasilitas yang telah disita pada pihak kedua setelah pihak kedua melakukan ijab qabul.
3. Pihak kedua tidak boleh mengatakan kata "cerai" atau menjatuhkan talak pada mempelai wanita yang telah di nikahinya. Apabila suatu hari terjadi kelalaian dari pihak kedua, maka pihak pertama akan mencabut semua fasilitas untuk selama-lamanya.
4. Pihak kedua tidak boleh satu kamar dengan mempelai wanita yang dinikahinya sampai usia pihak kedua menginjak 17 tahun.
5. Pihak pertama akan membiayai semua kebutuhan rumah tangga pihak kedua. Apabila pihak kedua mampu menjalankan semua peraturan yang telah ditanda tangani dengan baik.
6. Pihak pertama berwenang mengubah isi surat perjanjian ini apabila sewaktu-waktu diperlukan.
Kido menggeleng tak peduli setelah membaca surat perjanjian itu. Ia mengambil bulpoin dan menandatanganinya tanpa berpikir panjang. Kido langsung berlari menuju dapur, membuka kulkas, dan mengambil sebungkus roti kemudian memakannya cepat.
"Belum ramadan, ngapain gue harus repot-repot puasa? Ya kan?" Kido berkata pada dirinya sendiri.
🌷🌷🌷🌷🌷
Vote dan komen ya guys
KAMU SEDANG MEMBACA
KIDO VS YURA [TERSEDIA DI GRAMEDIA]
Teen FictionJUDUL LAMA = ILFEEL TAPI CINTA TERSEDIA DI GRAMEDIA DAN TOGAMAS SELURUH INDONESIA "Kidoooo balikin ciuman pertama gue!" tagih Yura kesal. "Mana bisa dibalikin? Lo mau gue cium lagi?" tantang Kido. "Gue jijik! Gue bakal cuci bibir gue tujuh kali ba...