Chapter 33

342K 15.6K 275
                                    

Yura sesekali melihat dada Kido lagi. Ia masih penasaran mengapa dada itu bisa berbentuk seperti itu. Padahal seingatnya, Kido awalnya bertubuh biasa dan cenderung agak kurus. Sejak kapan Kido memiliki tubuh sebagus itu?

"Do, kamu rajin nge-gym ya?" tanya Yura dengan suara yang mendesis karena kepedasan setelah memakan seblak level lima.

"Iya," jawab Kido sembari mengunyah pizzanya. "Aku juga ikut kursus karate lho."

"Sejak kapan kamu suka olahraga?"

"Sejak kamu digodain sama Ringgo dan Yogi."

"Apa hubungannya?" Yura meneguk segelas air putih, mencoba meredam rasa pedas yang terasa membakar rongga mulutnya.

"Saat itu, aku hanya bisa mengajakmu lari seperti pengecut. Dan aku nggak suka terlihat seperti pengecut di hadapanmu."

Pipi Yura berdesir malu mendengar pengakuan Kido. "Sebenarnya, sejak kapan kamu suka sama aku? Aku jadi penasaran."

"Rahasia dong!"

"Suami istri mana boleh ada rahasia-rahasiaan!" tegur Yura marah.

Kido meletakkan kembali pizzanya di dalam kardus. "Oke. Aku bakal ceritain semuanya asalkan kamu juga ceritain semuanya ke aku. Deal?"

"Oke. Sekarang jawab pertanyaanku. Sejak kapan kamu suka sama aku?"

"Sejak aku sering lihat kamu bantuin orang lain. Lalu sejak kapan kamu suka sama aku?"

"Em ... sejak kamu ciuman sama Alea pas di Villa. Sejak saat itu aku sadar kalau aku suka sama kamu."

Kido terkekeh lalu mengacak gemas rambut Yura. "Aku suka kalau kamu cemburu."

Yura menghempaskan tangan Kido dari rambutnya. "Sampai kapan kamu nggak mau pakek baju? Aku illfeel lihatnya. Jangan bikin aku illfeel terus, Do."

"Kalau AC-nya nyala, baru aku mau pakek baju." Kido kembali melahap makanan yang ia pesan.

Yura berdecak kesal. Ia berjalan ke kamar, mengambil kaos milik Kido, beserta celana olahraga. Kemudian ia kembali ke ruang tamu dan melempar pakaian tersebut ke arah Kido. Yura berkacak pinggang dengan mata mendelik. Ia menunjuk pakaian tersebut dengan dagunya. Kido menggeleng tak mau.

"Cepat pakai, Kido!" bentak Yura.

"Nggak mau!" bantah Kido.

Yura mengambil pakaian tersebut dari atas sofa lalu mencoba memakaikannya pada Kido. "Ayo pakai! Cepat!"

"Iiiih aku udah bilang nggak mau, Ra." Kido menjauhkan tangan Yura lalu berdiri untuk menghindar.

Yura dengan sigap meraih kolor Kido untuk menghentikannya kabur. "Kalau kamu nggak mau pakai baju, aku bakal turunin nih kolor."

"Turunin aja!" tantang Kido setengah takut. Ia tak pernah menunjukkan harta bendanya pada siapa pun kecuali pas dia masih bayi.

'Kalau aku nyerah dan takut, dia bakal berlaku seenaknya sendiri sebagai seorang suami. Kido, kamu mau mencoba menguji mentalku rupanya," pikir Yura beberapa saat.

"Kenapa nggak kamu turunin? Turunin aja! Lagian, kita sudah suami istri," tantang Kido lagi.

Yura semakin kesal dan tangannya spontan bergerak turun. Kido langsung menarik boxer ke atas sebelum Yura melihat harta karun yang ia simpan di balik kolor bergambar spongebob itu. Napas Kido ngos-ngosan. Tak ia sangka kalau Yura akan melakukan ancamannya.

"Kenapa? Takut?" Yura kembali menarik kolor yang dikenakan Kido.

"Eh iya iya. Aku nyerah." Kido kelabakan menarik kolornya ke atas.

"Makanya cepat pakai baju!" Yura melempar kaos berwarna abu-abu ke muka Kido.

"Pakaikan ya? Kalau kamu nggak mau pakaikan, aku bakal nggak mau pakai baju semalaman."

"Ya udah deh. Aku pakaikan." Yura mengambil kaos tersebut lalu mencoba memakaikannya pada Kido.

"Kido say-" Bu Lisa terhenti dengan mata mendelik dan tercekat di ambang pintu.

Mulut Bu Lisa menganga lebar melihat Kido tak berpakaian. Sementara rambut Yura tampak acak-acakan karena sebelumnya, Kido sempat mengacak gemas rambut Yura. Bu Lisa meneguk ludah. Ia tak menyangka kalau Kido dan Yura akan melakukan hal-hal yang biasa dilakukan suami istri. Terlebih lagi, mereka akan melakukannya di ruang tamu, pikir Bu Lisa.

"Apa yang kalian lakukan?" tanya Bu Lisa yang masih tampak shock.

"Ma, ini nggak seperti yang Mama pikirkan." Kido cepat-cepat memakai pakaiannya.

"Iya. Sepertinya Mama salah paham." Yura bergegas merapikan rambutnya.

"Kalian boleh melakukan hal itu. Tapi kalian harus pakek pengaman biar nggak hamil. Kalian kan masih SMA," kata Bu Lisa memasuki rumah Kido. Matanya terus menyisir meja dan sofa, mencari alat pengaman yang ia maksud.

"Ma, Mama jangan salah paham dulu!" Kido kini memakai celana olahraganya.

"Kalian nggak pakek pengaman?" tanya Bu Lisa kaget setelah memastikan tidak ada benda yang ia cari di meja atau pun di sofa.

"Ma, aku sudah bilang kalau ini salah paham, Ma," jelas Kido ngotot.

Bu Lisa duduk di atas sofa sembari mengangguk-angguk. "Iya iya. Anggap saja Mama salah paham. Mama ngerti kalau kalian malu karena kepergok enaena."

"Kejadian yang sebenarnya itu-"

"Tapi tadi Mama perhatikan tadi, Yura itu tipikal wanita agresif ya? Buktinya, dia bukain baju kamu."

"MAMA!" bentak Kido dan Yura bebarengan.

Bu Lisa malah terkekeh geli melihat pipi anak dan menantunya yang sudah memerah malu. Meskipun Kido dan Yura sudah menjelaskan padanya panjang lebar, tetap saja presepsi yang ada di pikirannya masih sama. Ia hanya mempercayai apa yang ia lihat dengan mata kepalanya sendiri. Bu Lisa percaya kalau Yura sudah tidak perawan yang mungkin sejak Yura menikah dengan anaknya.    

KIDO VS YURA [TERSEDIA DI GRAMEDIA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang