Chapter 9

400K 17.8K 243
                                    

Kido duduk di kursi koridor sekolah depan kelasnya bersama Alea. Kido menikmati telur gulung spesial buatan Alea, gadis yang sangat ia sukai. Tiba-tiba Yura dan Reon berjalan melewati mereka sambil membawa setumpuk buku yang tampak sangat berat.

"Mereka cocok banget ya?" ucap Alea.

Kido hanya mengangguk mengiyakan. Ia terus mengamati cara berpakaian Yura dan Reon yang sangat rapi, dengan kancing baju yang tertutup lengkap, dasi yang tidak longgar, ikat pinggang berwarna hitam, dan tali sepatu yang diikat cantik. Tampilan mereka terlihat lebih seperti couple jika melihat kacamata besar yang mereka pakai.

"Kamu tau nggak, apa julukan mereka?" imbuh Alea lagi.

"Danau beku naik perahu. Aku tak tahu." Kido menggeleng.

"Julukan mereka itu, pasangan cupu sedunia." Alea tertawa geli.

Kido ikut tertawa bersama Alea. Ia tak habis pikir, bagaimana mungkin ia bisa menikah dengan cewek cupu yang bahkan sudah memiliki pacar. Mengingat hal itu, Kido bergidik ngeri.

"Mereka punya julukan. Masak kita nggak punya julukan sih?" keluh Kido heran.

"Iya juga ya?" Alea menggaruk rambutnya yang tak terasa gatal.

"Bagaimana kalau kita bikin julukan kita sendiri?"

"Apa?"

"Gimana kalau julukan kita itu...." Kido berpikir sejenak dan memberi jeda pada kalimatnya. "Pasangan paling fenomenal di dunia."

"Ih apaan sih? Norak tau nggak?" Alea terkikik lalu memukul ringan lengan Kido.

"Norak tapi lucu kan?" Kido menaik turunkan alisnya.

Alea masih terkikik. Ia tak bisa berhenti memukuli Kido. Mereka tertawa bersama. Dari kejauhan, Yura dan Reon mengamati keakraban Kido dan Alea.

"Kenapa kamu mengamati mereka?" tanya Reon.

"Nggak apa-apa. Mereka norak aja. Aku tuh selalu jijik lihat pasangan alay kayak mereka," jelas Yura.

"Aku perhatikan sejak kelas 1 SMA, kamu kok kayak illfeel banget sama Kido."

"Siapa yang illfeel sama cowok aneh kayak gitu? Udah bego, nggak taat aturan, sok lucu pula!"

Reon terkekeh. "Sok lucu?"

"Iya. Dia itu nggak lucu. Tapi sok dilucu-lucuin gitu. Kan jadi illfeel."

"Eh Reon, Yura, minta tolong bantuin bawa buku ini ke kelas ya," kata Bu Tutik yang terlihat kewalahan membawa setumpuk buku.

"Iya, Buk," sahut Yura dan Reon bebarengan. Mereka langsung mengambil buku-buku tersebut dari tangan Bu Tutik.

"Waaah kalian ini pasangan serasi lho. Udah sama-sama pinter, sama-sama baik, sama-sama sopan pula," puji Bu Tutik memasang senyum bangga.

"Ah Bu Tutik bisa-bisa aja," kata Yura malu sambil berjalan bersama Bu Tutik menuju kelas XI IPS-F.

"Jujur saja ya, selama ini saya tidak setuju ada murid yang pacaran kecuali kalian."

"Kok gitu, Buk?"

"Iya. Kalau murid yang lain sih pacarannya pada niru budaya barat. Nah kalian pacaran kayak jamannya Si Doel."

Reon terkekeh. "Waaah Ibuk tambah lucu aja."

Alis Kido dan Alea terangkat melihat Bu Tutik berjalan ke arah mereka bersama Yura dan Reon. Saking asyiknya berbincang-bincang, Kido dan Alea tak mendengar bel masuk kelas. Alea bergegas pergi kembali ke kelasnya. Sedangkan Kido langsung berlari duduk ke bangkunya.

"Reon, Yura, kalian taruh saja bukunya di situ." Bu Tutik menunjuk meja guru.

Reon dan Yura mengangguk sopan lalu meletakkan buku-buku tersebut di atas meja.

"Makasih ya," kata Bu Tutik.

"Iya, Buk. Permisi," pamit Reon sopan.

"Iya iya," sahut Bu Tutik lembut.

Setelah Reon dan Yura keluar dari kelas IPS-F, semua siswa satu kelas saling berbisik satu sama lain melihat perlakuan Bu Tutik yang menurut mereka terlalu lembut.

"Waaaah Ibuk kok ngomongnya bisa lembut gitu sih, Buk?" tanya Kolel iseng.

Semua mata spontan tertuju pada Kolel, anak laki-laki yang berperawakan kecil, hitam, dan berjerawat.

"Mampus lo!" kata Hayati hanya dengan gerakan mulut.

"Menghadapi anak-anak yang baik, sopan, dan berprestasi, pasti saya akan menjadi sosok yang selembut sutra. Tapi menghadapi anak-anak seperti kalian, saya akan menjadi sosok-"

"Gentayangan," celetuk Kido lalu tertawa terbahak-bahak sendiri. Tawanya terhenti ketika sadar bahwa semua mata tertuju padanya.

"Mampus lo!" ujar Hayati yang lagi-lagi tanpa suara, hanya dengan gerakan mulut.

"Kidoooooo!" geram Bu Tutik.

"Buk, please jangan toilet lagi, Buk. Saya sudah kapok, Buk."

"Kido, bersihkan toilet sepulang sekolah. Ngerti? Itu hukuman karena kamu nggak sopan sama saya. Masak ada murid yang ngatain gurunya sebagai sosok gentayangan? Memangnya kamu pikir, saya itu setan? Murid kok nggak sopan."

"Maap deh, Buk."

"Pokoknya sepulang sekolah, kamu harus bersihin toilet. Itu hukuman biar kamu lebih sopan ke guru."

"Kacian deh lo," kata Hayati tanpa suara.

Kido menjulurkan lidahnya sambil melotot kesal pada Hayati. Ia menghela napas jengah mengingat bahwa ia harus membersihkan toilet lagi.

KIDO VS YURA [TERSEDIA DI GRAMEDIA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang