Chapter 13

374K 18.1K 300
                                    

Sepulang sekolah, Kido memutuskan untuk mengikuti Yura dari belakang. Ia penasaran kenapa Yura sering kali pulang sore hari. Padahal sekolah mereka hanya sampai jam 1 siang. Kido hanya ingin tahu apa yang dilakukan Yura hingga Yura sering pulang terlambat.

"Eh, Ibuk. Mari Buk, saya bantu." Yura membantu seorang ibu-ibu paruh baya mendorong gerobak sayur melewati polisi tidur.

"Terima kasih, Dek," kata ibu penjual sayur tersebut.

"Iya, Buk. Sama-sama." Yura tersenyum sopan.

Kepala Kido menggeleng tak percaya. Dari sekian banyak anak SMA yang lalu lalang di jalanan, hanya Yura yang mau menolong ibu penjual sayur tersebut. Semuanya sibuk mengobrol atau bermain ponsel dan tidak menyadari bahwa ada orang yang perlu pertolongan.

"Eh Kakek. Mari, Kek. Saya bantu menyebrang." Yura menuntun seorang Kakek tua berjalan ke seberang jalan.

Kido melihat sebentar arlojinya. Baru 10 menit ia mengikuti Yura. Tapi ia sudah melihat Yura menolong 2 orang. Kido sungguh merasa salut pada sosok Yura. Jarang sekali ada anak SMA sebaik Yura yang tanpa enggan menolong orang lain. Setelah membantu seorang kakek-kakek menyebrang jalan, Yura berjalan menuju ke taman. Ia mengedarkan pandangan ke sekeliling. Lalu ia duduk di atas rerumputan sambil mengeluarkan buku gambar dan alat tulis dari dalam tasnya.

"Ngapain dia duduk di bawah pohon kayak gitu?" Kido menggaruk rambutnya yang tak terasa gatal.

Saat Yura sedang asyik menggambar, tiba-tiba seorang anak kecil yang tengah asyik bermain kejar-kejaran menangis karena terjatuh. Yura langsung menaruh buku gambarnya dan membantu anak kecil itu berdiri. Dilihatnya dengkul anak kecil itu sedikit terluka. Yura mengambil betadin dan plaster dari dalam tasnya.

"Cup cup cup. Anak laki-laki itu nggak boleh cengeng." Yura dengan lembut meniup luka anak kecil tersebut sambil mengobati lukanya. "Nanti kalau besar, kamu kan yang bakal jagain ibu kamu."

Anak kecil itu berhenti menangis sambil mengusapi air matanya. Yura menempelkan plester pada luka anak tersebut lalu tersenyum. Ia mengambil sebuah permen lolipop dari dalam tasnya dan memberikan permen lollipop tersebut pada anak kecil itu.

"Kalau jatuh, jangan nangis lagi ya," kata Yura lembut sembari mengelus rambut anak kecil itu.

Yura kembali menggambar setelah anak kecil itu berlari menuju ibunya. Yura suka menggambar pemandangan. Kali ini ia menggambar pepohonan, rerumputan, dan langit senja yang begitu memukau. Ia tersenyum puas melihat sketsa yang ia buat lalu bergegas mengemasi barang-barangnya.

"Hai cantik, boleh kenalan nggak?" goda Ringgo, siswa kelas XII IPS-D.

"Lo tau nggak, dia itu anak kelas XI IPA-A, pacarnya Reon," jelas Yogi, teman sekelas Ringgo.

"Oooh yang punya julukan pasangan tercupu di dunia?"

"He'em."

"Hai cantik, daripada elo pacaran sama si cupu Reon, lebih baik elo pacaran sama gue." Ringgo menghalangi langkah Yura.

"Maaf, nggak minat," sahut Yura tegas.

"Masa' elo nggak mau kenalan sama kakak kelas kayak gue."

"Enggak." Yura berjalan lancang melewati Ringgo dan Yogi.

Ringgo dan Yogi tersenyum geli mendapati sikap Yura yang menurut mereka sok jual mahal. Mereka kembali menghadang Yura. Tentu saja Kido tak bisa diam saja. Ia menghampiri mereka bertiga.

"Kido, ngapain elo ada di sini?" tanya Yogi.

"Gue mau cari angin, Kak," jawab Kido berbohong. Cengiran khas ia tampakkan di wajah tampannya.

"Pergi sana, Do! Gue mau beri pelajaran sama cewek ini." Ringgo mencengkram dagu Yura dengan kasar.

"Jangan sentuh dia!" Kido menampik tangan Ringgo.

"Lo berani sama gue?" Ringgo melotot marah. Ia mencengkram kerah baju Kido dan mendaratkan sebuah pukulan di pipi Kido hingga membuat Kido terkapar di atas rerumputan.

"Eh ada uang seratus ribu!" Kido menunjuk ke belakang, membuat Ringgo dan Yogi menoleh.

Kido buru-buru menggandeng tangan Yura dan mengajaknya berlari. Ringgo dan Yogi yang merasa tertipu bertambah marah. Mereka berdua mengejar Kido dan Yura. Saat Kido melewati perempatan, Kido memilih mengambil jalan gang sempit dan bersembunyi di balik tiang listrik. Jantung Kido berdegup sangat kencang saat sadar bahwa ia dan Yura kini sangat dekat. Mata mereka saling bertatapan lalu Yura melepaskan diri dari Kido. Namun Kido kembali memeluknya saat melihat Ringgo dan Yogi terlihat masih berkeliaran mencari mereka.

Setelah memastikan semuanya aman, Kido dan Yura pulang ke rumah naik bus kota. Mereka duduk bersebelahan di kursi tengah. Tak lama setelah duduk nyaman, Yura berdiri dan mempersilahkan seorang nenek tua untuk duduk di kursinya. Kido kembali tercengang melihat kebaikan Yura.

"Ra, elo duduk di kursi gue aja. Biar gue yang-" kata Kido terpotong.

"Enggak usah. Jangan sok baik ke gue! Elo bikin gue illfeel," potong Yura ketus.

Yura melihat seorang ibu-ibu hamil yang baru saja menaiki bus. Ia memberikan kode mata pada Kido untuk memberikan tempat duduknya pada ibu-ibu hamil tersebut. Kido pun segera menurut dan mempersilahkan ibu-ibu hamil tersebut menempati kursinya.

"Gue nggak nyangka kalau lo itu baik banget," puji Kido sambil tersenyum malu.

"Pihak pertama dan pihak kedua tidak boleh jatuh cinta. Elo nggak lupa kan?" tegur Yura mengingatkan.

"Idiiiiih siapa juga yang mau jatuh cinta sama lo, cupu? Gue hanya muji elo. Bukan berarti gue jatuh cinta sama elo. Jangan ge-er deh!"

"Jangan sampai elo jatuh cinta sama gue. Ngerti?"

"Kalau gue nanti atau besok, gue jatuh cinta sama lo, gimana?"

"Pokoknya nggak boleh! Soalnya gue illfeel banget sama lo." Yura bergidik ngeri mengingat betapa bodohnya Kido dalam memahami pelajaran. Yura sangat membenci orang bodoh.

"Lo tenang aja, cupu. Lo bukan tipe gue."

"Bagus kalau gue bukan tipe elo."

"Tipe gue itu kayak Alea. Udah cantik, manja, senyumnya manis pula."

Yura memutar malas kedua bola matanya mendegarkan ocehan Kido.    

KIDO VS YURA [TERSEDIA DI GRAMEDIA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang