Kunjungi @zaeemaazzahra
Banyak cerita seru di akun tsb.🐈🐈🐈🐈🐈
Kido menulis jawaban ala kadarnya saat mengerjakan soal. Ia tidak mencari dalam buku bacaan dan lebih suka bermalas-malasan. Yura menggeleng melihat tingkah laku suaminya yang begitu kekanak-kanakan. Ia menghela napas lalu menyita ponsel Kido yang sedari tadi dipergunakan Kido untuk memainkan game."Kenapa disita sih?" Kido mengerucutkan bibirnya.
"Kido, sebentar lagi penilaian akhir semester. Kamu nggak boleh malas-malasan gini dong!" omel Yura mendelik marah.
"Ra, kita kan masih kelas 2 SMA. Jadi nggak perlu terlalu ngotot belajar. Nanti pas kita udah kelas 3 SMA, baru kita wajib ngotot belajar."
Yura memutar malas kedua bola matanya. "Kido, masa depanmu benar-benar suram."
"Siapa bilang kalau masa depanku suram? Aku kan udah pintar cari duit. Akhir-akhir ini banyak banget endorsan."
"Apa endorsan itu datang tiap hari? Enggak kan? Do, kita sebagai pelajar harus memikirkan hal-hal ke depan."
"Yura, tanpa belajar pun, aku bisa jadi orang sukses dan mempunyai banyak duit. Lagian, kalau aku mau, aku bisa jadi foto model atau artis."
Yura mengemasi buku-bukunya. "Aku nggak mau punya suami yang berprofesi sebagai model apalagi artis! Kamu jadi selebgram aja, aku udah illfeel."
"Eh eh. Kamu mau ke mana?" Kido memegang pergelangan tangan Yura saat Yura hendak beranjak pergi.
"Aku mau belajar di ruang tamu aja. Daripada nungguin kamu yang nggak niat belajar. Entar habis belajar, aku mau nginep di rumah Hilda."
"Ke rumah Hilda lagi? Nggak boleh. Pokoknya, kamu nggak boleh ke rumah Hilda. Terus, aku tidur sama siapa?"
"Tidur aja sama bantal guling!"
"Iya deh iya. Aku bakal serius belajar. Tapi kamu jangan tinggalin aku di rumah sendirian."
Mata Yura melirik Kido tajam. Wajah Kido tampak memelas, membuat Yura tak tega meninggalkannya sendirian di rumah. Terakhir kali, Kido sempat memakan mie instan gosong karena tak ada Yura di rumah. Saat itu, ponsel Kido sedang error. Jadi dia tidak bisa memesan makanan.
"Baiklah. Sekarang, buka bukunya! Aku akan kasih kamu sepuluh soal," kata Yura judes.
Kido dengan berat hati membuka bukunya kembali. Yura mengeluarkan bulpoin dari kotak pensil lalu menuliskan sepuluh soal untuk Kido. Sebisa mungkin Kido mencari jawaban soal-soal yang diberikan Yura di dalam buku bacaan. Ia takut Yura marah lagi padanya.
"Ra, ngomong-ngomong ... kita udah lama nggak ciuman lho." Kido mengingatkan Yura saat ia baru saja menyelesaikan tiga soal.
"Terus?" tanya Yura jutek.
"Gimana kalau sekarang kita ciuman?" Kido mencondongkan mukanya ke arah Yura.
"Enggak!" tolak Yura tegas. Ia mendorong kepala Kido kuat-kuat.
"Kenapa? Kita kan udah halal. Menolak keinginan suami itu dosa lho."
Yura terdiam sejenak. Ia mengingat ceramah agama yang ia tonton dari youtube kemarin malam. Dalam ceramah agama tersebut, wajib hukumnya seorang istri melayani seorang suami. Yura meneguk ludah. Bukannya ia tidak mau menuruti keinginan Kido. Hanya saja ia masih malu.
"Tapi kalau aku turutin keinginan kamu, nanti kamu malah nggak fokus belajar. Malah pikiran kamu ke situ terus," tolak Yura.
"Yaaaah," kata Kido kecewa lalu menghempaskan bukunya dari atas meja.
Kido sudah hampir satu tahun menikah dengan Yura dan sudah hampir empat bulan mereka tidur dalam ranjang yang sama. Setiap malam, Kido selalu menahan nafsunya karena ia tidak mau Yura marah padanya. Selama ini, ia hanya bisa memeluk punggung Yura dan tidak bisa lebih dari itu.
"Gini aja, kalau kamu menjawab 7 soal dengan benar, aku akan cium kening kamu. Gimana?" tanya Yura menawarkan.
"Kalau aku bisa jawab 8 soal?" Kido mulai tertarik.
"Aku bakal cium pipi kiri kamu."
"Kalau 9 soal benar, gimana?"
"Em... cium pipi kanan dan kiri."
"Berarti kalau semuanya benar, maka... " Kido terkikik senang.
"Iya deh iya. Kalau semuanya benar, aku bakal cium bibir kamu," ucap Yura enggan. Pipinya memerah malu.
"Oke. Yes! Deal kalau begitu." Kido kembali bersemangat. Ia membuka bukunya lagi dan menjawab soal-soal yang diberikan Yura padanya.
Kido tampak sangat fokus mengerjakan soal. Sedangkan Yura asyik mengerjakan PR Fisika dan Kimia. Yura tidak takut dengan reward yang akan ia berikan pada Kido jika Kido berhasil menjawab soal-soal yang ia berikan. Yura tahu betul seberapa kemampuan Kido. Suaminya itu selalu tidak mampu menjawab dengan benar lebih dari 6 soal. Itu berarti, Yura tidak perlu mencium Kido.
Yura terkikik setelah melirik Kido yang masih fokus mengerjakan soal. Kido menggaruk rambutnya, ia harus berusaha keras mencari jawaban yang benar karena ia begitu menginginkan ciuman dari Yura. Ia tak henti-hentinya mencari jawaban dalam buku bacaan hingga tak terasa satu jam pun berlalu dengan cepat. Ia mampu merampungkan soal-soal tersebut.
"Nih, coba cek jawabanku!" Kido memberikan bukunya pada Yura. Ia memasang muka bangga karena ia begitu yakin dengan jawabannya.
Yura menelaah jawaban Kido satu per satu. Ia meneguk ludah, takut jika jawaban Kido benar lebih dari 6 soal. Hati Yura dag dig dug saat mengoreksi jawaban nomor tujuh. Untungnya, jawaban Kido salah. Yura bernapas lega, itu berarti ia tidak memiliki kewajiban untuk mencium bibir Kido. Namun ia juga masih takut bila Kido mampu menjawab dengan benar lebih dari 6 soal. Itu berarti ia masih memiliki kewajiban yang lainnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KIDO VS YURA [TERSEDIA DI GRAMEDIA]
Teen FictionJUDUL LAMA = ILFEEL TAPI CINTA TERSEDIA DI GRAMEDIA DAN TOGAMAS SELURUH INDONESIA "Kidoooo balikin ciuman pertama gue!" tagih Yura kesal. "Mana bisa dibalikin? Lo mau gue cium lagi?" tantang Kido. "Gue jijik! Gue bakal cuci bibir gue tujuh kali ba...