MINHYUK'S STORY 2

180 24 0
                                    

....

Sesampainya di parkiran, tepatnya di mobil Minhyuk, Rin Ai hendak keluar dari mobil Minhyuk, tapi terlambat karena Minhyuk telah mengunci pintu mobilnya.

“Ya!!! Manusia aneh! Buka pintunya, aku akan pulang sendiri!” pinta Rin Ai.

“Dengan apa kau pulang? Bukankah sepedamu rusak saat jatuh tadi pagi?” Tanya Minhyuk.

“Ah, iya juga.aku melupakan itu. Tunggu dulu...” Rin Ai menghentikan ucapannya.

“Wae wae waeyo?” Minhyuk merasa risih ditatap oleh Rin Ai dengan tatapan penuh selidik.

“Darimana kau tahu kalau sepedaku rusak? Apakah kau tahu aku jatuh? Kau pasti pelakunya! Benarkan? Ayolah mengaku saja!” kata Rin Ai yang langsung menuduh Minhyuk.

“Aku tidak melakukannya! Bahkan walau aku tahu saat itu kau sampai mencuci bajumu karena kotor (akibat jatuh), aku tetap tidak akan memberitahukanmu!” Minhyuk tiba-tiba membungkam mulutnya sendiri.

“Ah, haruskah aku melemparmu sekarang juga? Berhubung aku tidak tahu harus pulang dengan apa, jadi kau akan aku maafkan!” kata Rin Ai penuh pertimbangan.

Perjalanan mereka hanya butuh waktu 30 menit untuk sampai di kompleks perumahan tempat tinggal Rin Ai. Tidak banyak hal yang dibicarakan dalam waktu selama itu.

“Hmmm.” Minhyuk berdehem karena tidak tahu harus berbuat apa. Begitu juga Rin Ai, yang hanya sibuk menyelipkan rambutnya ke belakang kuping dan memilih melihat pemanadangan luar jendela.

“Hmmm, apakah kau benar-benar dari Busan?” Minhyuk memulai pembicaraan setelah beberapa saat membeku.

“Ya tentu saja. Apakah kau pernah kesana?” Rin Ai bertanya balik.

“Ah, aku tidak yakin.” Jawab Minhyuk agak ragu.

“Berhenti disini! Itu dia!” pinta Rin Ai sambil menunjuk tempat yang dimaksud.

“Apakah ini daerah tempat tinggalmu?” Tanya Minhyuk.

“Ya untuk sementara. Aku tinggal dengan keluarga teman lama ayahku.” Jawab Rin Ai.

“Apakah kau pernah kesini sebelumnya?” Rin Ai bertanya balik.

“Ya, ada seseorang yang aku kenal disini dan aku benci.” Jawab Minhyuk.

“Hidupmu akan terasa pahit dan sesak jika kau terus menanam kebencian di hatimu. Cobalah untuk memafaafkannya. Baiklah, terima kasih atas tumpanganmu, chingu!” Rin Ai hendak keluar dari mobil Minhyuk.  Akan tetapi Minhyuk segera mencegahnya.

“Wae?” tanya Rin Ai bingung.

Minhyuk menarik tangan Rin Ai dan memeriksa pergelangan tangan kanan Rin Ai. Kemudian ia mengambil plester dan menempelkannya di bagian yang terluka.

“Selesai!” kata Minhyuk.

“Omo, bagaimana kau tahu?” Tanya Rin Ai kagum dan heran.

“Karena kau mudah sekali ditebak.” Jawab Minhyuk.

“Oh baiklah, terima kasih sekali lagi.” Rin Ai hendak keluar dari mobil.

“Jika kau ingin bertahan disini, jangan pernah memperlihatkan kelemahanmu kepada orang lain!” saran minhyuk dari balik jendela mobil.

“Hmm araseo!” Rin Ai mengangguk. Rin Ai pun turun dari mobil itu dan berjalan perlahan hilang dari pandangan Minhyuk.

Dalam perjalanan pulang ke rumahnya, Minhyuk nampak menambah kecepatan mobilnya. Ia tak peduli dengan resiko kecelakaan yang diterimanya kelak. Ia hanya fokus ke jalan dengan pikiran menuju pada gadis yang ia tabrak tadi pagi yaitu Rin Ai.

Flashback

07 juni 2008

Seorang bocah laki-laki berumur sembilan tahun sedang asyik bermain bola dengan beberapa anak di daerah busan. Ia tampak mahir dalam menggiring bola kesana dan kemari.

“Ayo berikan bolanya padaku! Aku akan merobek jaring itu!” Pinta bocah itu sambil menunjuk gawang di depannya.

Bocah itu berlari dan menerima bola dari temannya. Ketika bola didepannya dia bersiap menendang. Namun karena dia kehilangan keseimbangan, maka tendangannya pun meleset keluar lapangan.

“Eh, tolong aku! Ah, ttttolong!” Seorang bocah perempuan mencoba menyeimbangkan antara dirinya dengan sepedanya agar tidak jatuh. Tubuhnya mendadak jadi tidak seimbang saat tadi melintasi pinggir lapangan dan tak sengaja terkena bola yang di tendang bocah laki-laki tadi.

Bocah laki-laki dan teman-temannya pun melihat ke sumber suara. Mereka melihat ada bocah perempuan sedang kesakitan karena terjatuh dari sepeda akibat menabrak pohon.

“Ya! Kau harus bertanggung jawab!” Saran temannya.

“Iya, aku akan melakukannya!” Bocah laki laki yang menendang bola tadi berjalan menuju luar lapangan tepat ke arah bocah perempuan itu berada.

“Huuuuuu huuu huuuu” Bocah perempuan itu sedang menagis.

“Apakah kau baik-baik saja?” Tanya bocah laki laki itu.

“Kau tidak lihaat lututku terluka seperti ini?” Bocah perempuan itu balik bertanya.

“Oh aku akan memapahmu! Teman teman....” Bocah laki-laki itu berhenti bicara saat mengetahui teman-temannya sudah tidak ada di lapangan.

“Aish yang benar saja!” Kata bocah laki-laki itu pelan.

“Omo, mengapa menjadi banyak seperti ini?” Kata bocah laki-laki itu yang terkejut melihat banyak darah keluar dari lutut bocah perempuan itu.

“Apa maksudmu?” Tanya bocah perempuan itu.

Aaaaaaaa!!!!!” Teriak bocah perempuan itu.

“Wae wae wae? Apakah terasa sakit?” Tanya bocah laki-laki.

“Aaapakah kau punya sapu tangan atau sesuatu untuk menutupi luka ini? Aku sangat benci daarah.” Kata bocah perempuan itu. Bocah perempuan itu terlihat memalingkan wajahnya dari lukanya.

Bocah laki-laki tersebut hendak memberikan sapu tangannya, namun ia urungkan saat melihat sapu tangannya kotor.

“Ah aku tidak membawanya. Mianhe.” Kata bocah laki-laki tersebut.

“Aku tak bisa pulang dalam keadaan seperti ini. Eottoke?” Kata bocah perempuan itu mulai menangis lagi.

“Gwaenchanha.” Bocah laki-laki itu berdiri di belakang bocah perempuan tersebut dan berjongkok.

“Aku akan menutup matamu. Kau beri tahu saja dimana rumahmu. Paham?” Tawar bocah laki-laki itu.

Mereka pun akhirnya berjalan bersama di hari yang mulai menjelang senja itu.

Flashback off


*Note : read vote dan jangan lupa dong komentarnya see you

BTOB'S ROMANCE STORY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang