———————————————Kalau kemaren-kemaren biasanya Ale yang selalu nyamperin Yukhei ketika jam istirahat tiba, sekarang semuanya terbalik, Yukhei lah yang menghampiri Ale ke kelasanya. Yukhei yang memang merasa ada yang aneh dari pacarnya itu berusaha sebisa mungkin untuk tidak memperkeruh keadaan.
Yukhei sadar, beberapa hari yang lalu dia sudah banyak melukai hati gadis pujaannya itu. Kalau ada yang bilang Yukhei tidak peka, sebanarnya dia tidak seperti itu.
Yukhei tau dia mungkin sudah sedikit keterlaluan memgenai insiden tumpahnya kuah bakso yang menyebabkan tangan Ale melepuh, buruknya pada saat itu dia justru tidak menyangka kalau luka melepuh di tangan Ale akan menjadi separah itu.
Ale adalah gadis yang kuat, Yukhei sangat yakin. Makanya waktu kejadian itu berlangsung. Yukhei hanya terlihat sangat peduli pada keadaan Laluna. Sebenarnya tidak ada alasan khusus seperti yang orang-orang pikirkan, yang ada dipikiran Yukhei saat itu adalah dia tidak mau Laluna kenapa-kenapa. Karna jika Laluna kenapa-kenapa, maka Ale lah pihak yang akan paling disalahkan, Yukhei tidak mau itu terjadi.
Ale sudah cukup banyak dibenci, Yukhei tidak ingin kebencian orang-orang kepada Ale semakin bertambah. Tapi dibalik itu semua Yukhei benar-benar tidak menyangka jika keputusan yang dia ambil waktu itu akan membuat keadaan antara dia dan Ale menjadi seperti sekarang ini.
Pacarnya itu banyak diam, sedikit berubah dan Yukhei khawatir.
"Ale, ayo ke kantin."
Ale yang awalnya terlihat enggan beranjak dari tempat duduknya langsung mendongak ketika suara lelaki yang sangat dia hapal memasuki indera pendengarannya.
Cukup kaget karna sepertinya tidak mungkin jika lelaki itu akan datang ke kelasnya untuk mengajaknya pergi ke kantin.
Merasa jika yang dilihat dan di dengarnya adalah halusinasi, Ale kembali menjatuhkan kepalanya ke atas meja, tidur dengan tangan sebagai bantalannya.
Hari ini Ale memang masih kedatangan tamu bulanan, moodnya tidak baik, badannya juga cukup tidak enak dirasa. Kepalanya berat dan sedikit pusing. Makanya dia terlihat seperti sangat bermalas-malasan.
"Al, kamu sakit ?"
Yukhei beranjak dari tempatnya dan duduk di samping Ale. Memandang wajah Ale yang tertutupi rambutnya sendiri.
"Sayang."
Biasanya semarah apapun Ale kalau sudah dipanggil sayang oleh Yukhei gadis itu pasti akan menjadi lebih jinak. Tapi kali ini tidak, Ale tetap diam membuat ke khwatiran di dalam diri Yukhei semakin menjadi-jadi.
"Ale, kenapa ?"
Tangan Yukhei menyingkirkan rambut Ale yang menutupi wajahnya, dilihatnya kekasihnya itu sedang memejamkan mata. Wajahnya kelihatan pucat, Ale yang memang sangat suka memakai liptint, kali ini tidak berpengaruh sama sekali pada bibir pucatnya.
"Al."
"Ngapain kesini ? Gak bimbingan olimpiade emang ?"
Suara Ale yang biasanya riang sekarang justru terdengar seperti orang yang sedang putus asa, kalau ada Mala dan Kinan disana sudah pasti Ale dikatai mendrama lagi.
"Nanti, sekarang aku mau makan siang sama kamu dulu."
"Gak usah, aku gak laper. Kamu makan aja."
"Jangan gak makan, magh kamu Al."
Yukhei tidak mau mengambil resiko, Ale dan lambungnya memang sangat susuah berdamai. Gadis itu punya masalah lambung yang bisa dibilang cukup serius, kebisaan Ale yang suka makan pedas adalah salah satu pemicunya. Belum lagi hobi Ale yang suka minum kopi di cafe-cafe.