Muka pucat, tangan berkeringat itulah yang sedang terlihat oleh mata seorang Teta ketika dia dan Ale sudah memasuki mobil, gadis itu terlihat sangat berbeda dari biasanya, dijalan pun Ale masih terlihat diam, pandanganya lurus seperti mengawang-ngawang. Teta sampai heran sendiri, sebegitu kuat kah efek dari seorang Yukhei untuk Ale.
Seingat Teta, Ale adalah salah satu perempuan yang sangat cuek dengan hal-hal seperti itu, mengenal Ale semenjak kecil membuat Teta sangat hapal bagaimana Ale menyikapi permasalahan yang berkaitan dengan pria. Ale dari dulu, sangat jarang dekat dengan lelaki padahal tidak sedikit dari teman-teman pria Ale yang dengan terang-terangan menunjukkan rasa sukanya kepada Ale.
Jadi jika Ale sampai terlihat kacau seperti ini berarti Yukhei memang seistimewa itu.
"Ale, mau makan apa ?"
"Apa aja. "
Singkat dan pandangan tetap lurus kedepan. Tidak fokus seperti kehilangan banyak cairan. Seburuk itu tampilan Ale dimata Teta saat ini.
"Ale gimana kalau kita makan roti telur di depot 88 ?"
Biasanya Ale akan berseru kesenangan, roti telur di depot 88 adalah salah satu makanan favorite Ale, tidak ada yang bisa mengalahkan roti telur dalam mengambalikan mood seorang Alexandria. Tapi sekarang roti telur serasa bukan apa-apa, tidak ada respon berarti dari Ale, gadis itu hanya mengangguk tanpa suara, membuat kebingungan Teta semakin menjadi-jadi.
Sesampainya di depot 88 pun Ale hanya memakan setengah dari roti telurnya, padahal biasanya satu porsi roti telur sama sekali tidak ada artinya untuk Ale, gadis itu biasanya sangat suka merecoki bubur ikan Teta, yang hasilnya akan berujung dengan Teta yang rela hanya memakan setengah dari bubur kesukaannya itu.
"Roti telurnya tumben gak diabisin ?"
"Aku udah kenyang Kak."
"Yaudah kita langsung pulang ya ?"
Menghela nafas pelan akhirnya Yukhei mengalah dan langsung mengajak Ale untuk pilang ke rumah, karena berdasarkan sepengetahuan Teta jika suasana hati Ale sedang buruk gadis itu sangat suka mengurung diri, dan biasanya itu akan membuat suasana hati Alexandria membaik setelahnya.
Dan benar saja, setalah semalam suntuk Ale mengurung diri dan tidak mau keluar kamar, gadis berambut panjang itu akhirnya bisa kembali ke mode awalnya. Dimana kebetulan hari ini adalah hari minggu, dan biasanya Kafka dan kawan-kawannya termasuk Teta sudah berkumpul di rumah dengan agenda yang katanya mau pergi CFD dalam rangka membeli camilan.
"Aku ikut donggggg kakak-kakak ganteng."
Suara cempreng khas Alexandria sudah terdengar kembali, membuat seulas senyum Teta mengembang pada tempatnya.
"Gak bisa, lo kalau dibawa ke CFD banyak maunya. Ya maunya beli celana gemes lah apalah, mana milihnya lama lagi."
Siapa lagi si tukang protes kalau bukan Kafka, Kafka memang paling anti pergi CFD bersama Ale, karena kerap kali gadis itu suka sekali hilang fokus, yang awalnya hanya berniat membeli camilan malah keterusan membeli barang-barang yang menurut Kafka aneh.
"Belum lagi fans-fans alay lo yang heboh minta foto. Males banget gue."
Iya Kafka sering kali menjadi korban fotografer dadakan fans-fans Alexandria, walaupun gak sedikit juga fans-fans hawa Ale yang malah justru kepincut dengan Kafka, ngebuat Kafka kesal sendiri dibuatnya karena harus meladani rengekan minta foto mereka.
"Nyebelin banget sih lo."
Wajah ditekuk khas Alexandria menjadi pemandangan utama Kafka dan teman-temannya. Melihat bagaimana adiknya itu tidak banyak protes dan mengingat bagaimana keadaan Ale kemaren sore setelah diantara pulang Teta, membuat Kafka luluh sendiri dibuatnya. Biar begini-begini, Kafka juga sayang Ale tau.
"Yauda deh, lo boleh ikut. Tapi kita pisah ya. Gue mau fokus beli jajan. Lo bareng Teta aja. Cuma dia doang yang sabar ngadepin lo."
"Yeeeee hore. Makasih mas ku zheyeng."
Pelukan penuh hambur dari Alexandria membuat tubuh Kafka hampir saja terdorong kebelakang, untungnya Kafka kuat. Jadi dia masih mampu menahan beratnya tubuh Alexandria.
"Iyeeee udah gak usah lebay lo maemunah."
Sontak pelukan Alexandria langsung terlepas, kapan sih Kafka tidak menyebalkan.
———————————————
Sesuai dengan apa yang dikatakan Kafka di rumah tadi, Alexandria benar-benar ditinggal bersama Teta. Ale sih tidak masalah, dia justru suka-suka aja. Kapan lagi bisa berduan bersama Kakak pujaan hati. Dan sesuai dengan apa yang dikatakan Kafka tadi, setibanya disana mata Ale memang langsung berlari kesana kemari melihat aneka barang-barang aneh yang dijual, aneh menurut Kafka tapi tidak dengan Ale.
Gadis cantik itu dengan antusias berlari kesana kemari membeli beberapa pouch make up hasil kerajinan tangan anak-anak muda yang kalau Ale lihat sepertinya mereka adalah kakak-kakak mahasiswi seumuran dengan Kafka dan Teta, dan pasti sangat mengenal Ale, selebgram cantik nan aduhay.
Ribut-ribut mereka meminta foto dengan Ale dan diikuti dengan beberapa orang lainnya yang memang sudah mengenal Ale.
"Kakak pacarnya Kak Ale ya ? Kok mukanya agak beda ya ?"
Celetukkan khas remaja putri yang penasaran dengan kehadiran Teta yang selalu menempel bersama Ale, hanya disambut senyuman manis seorang Teta, kan sudah dibilang Teta orangnya irit bicara, lebih tepatnya tidak suka repot meladeni hal yang tidak terlalu penting.
Semenjak tadi banyak yang bertanya-tanya kenapa wajah pacar Ale sepertinya berubah, perkara menduga-duga ini sebenarnya tidak mengherankan karena Ale memang sangat jarang mengepos foto berdua bersama Yukhei, membuat instastory bersama Yukhei pun Ale sangat jarang. Kalau Yukhei jangan ditanya, akun instagram miliknya hanya berisi gambar-gambar pemandangan.
Puas denga kegiatan jumpa fans dadakan, Ale dan Teta melanjutkan acara jalan-jalan di CFD yang sempat tertunda, entah kebetulan atau memang takdri sangat suka menunjukkan sebuah kejutan. Tanpa disengaja Ale melihat sosok jangkung yang sedang berdiri mengantri minuman kekinian masa kini.
Yukhei sedang berdiri menjulang dengan gantengnya disana. Mengantri thai tea.
Senyum Ale merekah, berniat untuk menghampiri Yukhei tapi langsung terhenti mana kala tanpa dia sadari ternyata ada seorang wanita yang berdiri sambil berlindung dari terik matahari di depan Yukhei, Ale tidak mungkin salah mengenali, hanya saja sejak kapan Laluna memotong rambutnya menjadi sependek itu ?
Tapi ada pertanyaan lain yang lebih penting dari itu.
Kalau dipikir-pikir sudah berapa lama ya sejak Yukhei mengajak Ale pergi CFD bersama ? Pokoknya semenjak Yukhei sibuk dengan persiapan olimpiade mereka sudah sangt jarang pergi CFD bersama, malah sudah tidak pernah. Tapi kan sekarang Yukhei sudah tidak sibuk dengan urusan olimpiadenya lagi. Jadi kenapa dia tidak ajak Ale lagi ? Kenapa justru pergi bersama Laluna ?
Aduh lucu sekali, Ale saja sampai tidak sadar jika saat ini dia sedang tertawa renyah, sampai Teta dibuat bingung sendiri.
Ale sedang mentertwai keadaan, oh bukan Ale sedang mentertawai kebodohannya, ya yang benar seperti itu.
Bodoh karna masih percaya jika sebenarnya Yukhei dan Laluna tidak ada hubungan apa-apa, bodoh karna masih percaya jika sebenarnya Yukhei masih mau memperjuangkan hubungan mereka.
Ya, Alexandria memang sebodoh itu.
"Kak Teta, pulang yuk."
"Sebentar, kita tunggu Kafka dulu ya."
Ale hanya mengangguk, selara berburu barang-barang anehnya sudah menguap entah kemana.
"Ale haus gak ? Mau beli minum ?"
"Mau, aku mau thai tea yang disitu kak."
Melihat arah tunjukan Ale membuat Teta jadi sadar, situasi apa yang sedang terjadi saat ini.