———————————————Pagi-pagi sekali Ale sudah bangun dari ranjangnya, bersiap mandi untuk berangkat ke sekolah, sejak tadi malam sebenarnya Ale tidak karuan tidur, kalau dia ingat-ingat mungkin dia hanya tertidur sekitar dua sampai tiga jaman selebihnya dia hanya berguling-guling dikasur.
Mandi dan keramas adalah ritual wajib yang harus dilakukan Ale ketika mandi pagi, kalau tidak begitu Ale akan merasa tidak segar dan merasa mengantuk ketika di dalam kelas.
Makanya Ale punya jadwal bangun tidur yang sangat pagi, alasannya ya itu, Ale harus punya waktu yang banyak untuk mengeringkan rambut panjangnya yang super tebal.
Kalau pagi Ale harus sarapan, dia gak sama dengan kebanyakan orang yang bisa menahan makan pagi hinggal pukul sepuluh atau bahkan digabung dengan jam makan siang. Ale punya perut yang suka menusuk-nusuk kalau dia telat makan.
Jadilah dia sekarang turun dari lantai dua kamarnya menunuju dapur, bisanya Mama Ale sudah menyiapkan sarapan untuk Ale dan Papanya. Jangan tanya kemana Mas Kafka, dia masih tidur sampai jam sudah hampir mepet dengan jam kuliahnya.
Tapi pagi ini kursi yang biasanya hanya diisi oleh Mama dan Papa Ale bertambah menjadi satu lagi. Di samping Papa Ale duduk seorang pria tinggi yang sedang sibuk mengoleskan selai coklat ke atas rotinya.
"Ngapain ni orang numpang sarapan disini ?"
Kalau gak nyolot bukan Ale namanya.
"Ale jangan gitu ih sama Yukhei. Dia udah dari tadi loh nungguin kamu."
Mamanya Ale memang tipe-tipe calon mertua yang sayang calon mantu. Terlebih calon mantunya seperti Yukhei, jadi mau kaya apapaun bentukkan Yukhei pasti akan dibela oleh sang mama mertua. Eh calon mama mertua maksudnya.
"Gak ada yang nyuruh dia nunggu."
Muka judes dan jutek Ale sudah menghiasi pagi Yukhei yang sebenarnya sangat amat disukai oleh laki-laki berambut hitam pekat itu.
"Kamu kalo makan ya yang seneng gitu loh Al, jangan cemberut gitu. Nasinya nanti takut sama kamu."
Papa Ale memang terkadang terlihat humoris, tapi dimata Ale Papanya itu sama sekali gak ada lucu-lucunya, selalu garing.
"Ale udah selesai nih Pah Mah. Berangkat dulu ya."
Ale langsung bergegas bersalaman dengan Papa dan Mamanya, diikuti dengan Yukhei yang langsung berdiri dan mengikuti apa yang dilakukan Ale.
Sampai diluar Ale sudah mengeluarkan handphonenya dari saku, bersiap untuk memesan ojek online.
"Berangkat sama aku."
Ale cuma diam, masih sibuk mengetik alamatnya.
"Al ayok."
Ibarat makhluk halus kasat mata begitulah keadaan Yukhei sekarang. Tidak terlihat dimata Ale.
Seolah habis kesabaran Yukhei langsung menarik tangan Ale menuju mobilnya.
"Apaan sih Kew, maksa gini."
"Masuk."
"Engga."
"Al masuk."
"Aku bilang engga ya engga, aku kesel ya sama kamu."
"Masuk."
Ale tetap menolak tapi cengkraman kuat ditangan Ale mau gak mau memaksa Ale untuk tetap masuk ke dalam mobil.
"Kasar banget sih."
"Nurut makanya."
Ale cuma bisa mendengus sambil mengusap-ngusap pergelang tangannya yang kelihatan memerah. Yukhei yang melihat itu, menjadi merasa bersalah.