• dingin —/———————————————
Dingin. Bukan cuaca atau suhu tapi sifat, Yukhei orangnya. Bagi Alexandria, dinginnya Yukhei itu beda. Dinginnya Yukhei bisa bikin adem hati Alexandria.
Awalnya Alexandria tidak menyukai lelaki dingin, kaku dan irit bicara seperti Yukhei. Menurutnya, menyukai lelaki dingin seperti Yukhei sama sekali tidak ada tantanganya, datar begitu-begitu saja.
Dari awal, Alexandria memang tidak memiliki kriteria khusus untuk menyukai seorang laki-laki, menurutnya asal bisa membuatnya nyaman itu sudah cukup, tampan dan kaya itu bonus.
Pertama kali bertemu dengan Yukhei, Alexandria sempat terkejut, Yukhei punya tatapan datar dan dingin, terkadang membuat Alexandria seram sendiri melihatnya.
Alexandria tidak berniat menyapa waktu itu, dia hanya melemparkan senyum, tanda sopan santun. Karna setaunya pria dingin dengan tatapan datar itu akan menjadi teman sebangkunya selama enam bulan kedepan.
"Hi Alexandria, gue Yukhei."
Alexandria sempat tertegun sebentar, dia pikir Yukhei tidak akan pernah menyapanya terlebih dahulu tapi Yukhei justru datang menghampirnya, memberikan beberapa kalimat padanya kemudian pergi begitu saja.
Yukhei memang sedingin itu, apalagi dengan orang yang baru dia kenal. Alexandria pikir dia dan Yukhei tidak akan pernah bisa berteman lebih jauh. Walupun tampan, sifat dingin Yukhei benar-benar bukan sifat yang Alexandria sukai.
Tapi karna hampir setiap hari terus berada di dekat Yukhei membuat Alexandria tersadar, kalo ternyata Yukhei tidak hanya memiliki sifat yang dingin, dia juga hangat.
Hangat untuk kondisi tertentu dan pada orang-orang tertentu.
Kepada Alexandria contohnya.
"Lagi hujan. Mau pulang bareng gue ?"
"Dingin ya, dibelakang ada jaket gue. Pake aja."
"Laper ? Mau makan ?"
"Capek ? Yaudah tidur aja."
Sesederhana itu Alexandria bisa merasakan kalau Yukhei sebenarnya adalah pria yang hangat dan penuh perhatian. Hanya saja dia punya cara tersendiri untuk menunjukkannya.
Satu tahun setengah menjalin kasih bersama Yukhei, membuat Alexandria benar-benar sudah terbiasa dengan sifat dingin dan irit bicaranya seorang Yukhei.
Diawal hubunganya, Alexandria sempat tidak tahan, karna dia terpaksa harus terus-terusan menahan kesal. Karna setiap kali diajak bicara, respon yang diberikan Yukhei hanya itu-itu saja.
"Iya. Oke."
"Hem."
"Yaudah."
"Terserah kamu."
"Oh gitu."
Alexandria yang notabenenya adalah cewek berisik yang bawelnya minta ampun, merasa kesal sendiri, karna semua bacotan panjangnya hanya dibalas kalimat-kalimat pendek yang biasa dia gunakan ketika sedang marah atau ngambek pada seseorang.
Kalau bicara tahan atau tidak tahan, sebenarnya Alexandria tahan-tahan saja dengan sifat dingin Yukhei. Tapi terkadang, Alexandria juga butuh teman cerita, gak cuma mendengarkan tapi sama-sama bercerita.
Alexandria kadang bingung, kenapa orang yang dingin pasti selalu irit bicara, emang apa ruginya kalo banyak bicara. Berpuluh-puluh kali sudah Alexandria selalu memaksa Yukhei untuk berbicara banyak. Tidak perlu dengan orang lain, sama Alexandria saja. Cukup.