Dari sekian banyak rasa ada salah satu rasa yang paling tidak Yukhei suka. Jika menurut kebanyakan orang, rasa sakitlah yang paling sangat tidak mengenakan hati, bagi Yukhei khawatir adalah rasa yang paling dia benci.Tidak ada perasaan yang begitu serba salah selain khawatir. Apalagi jika khawatirnya sudah berhubungan dengan seorang gadis bernama Alexandria.
Akhir-akhir ini Yukhei sering mengkhawatirkan gadis itu, tingkah Alexandria sangat aneh di mata Yukhei. Ale yang biasanya suka merengek dan bermanja-manja kepada Yukhei, sekarang terlihat lebih banyak diam dan selalu menuruti apa yang Yukhei katakan.
Benar-benar bukan seorang Alexandria.
Jika biasanya Alexandria akan merengek mengajak Yukhei pergi keluar untuk sekedar berjalan-jalan sekaligus mencari tempat foto yang bagus untuk mengisi feed instagramnya, kali ini Alexandria sama sekali tidak melakukan hal itu. Padahal hari ini adalah hari sabtu yang berarti malamnya adalah malam minggu. Hal wajib bagi Alexandria dan Yukhei untuk pergi berdua.
"Nanti masih harus bimbingan buat olimpiade ?"
"Iya."
Sekarang Yukhei dan Alexandria sedang berada di kantin sekolah, makan siang berdua di sela-sela kesibukan Yukhei dalam mempersiapkan olimpiade. Sesibuk apapun Yukhei dia selalu berusaha menyisihkan waktu untuk Ale, sudah cukup kejadian-kajadian beberapa hari yang lalu yang membuat hubungan mereka menjadi tidak nyaman. Yukhei tidak mau lagi itu terulang.
"Berarti, gak bisa jalan doang."
Ale yang biasanya sangat lahap menyantap soto ibu kantin, kini terlihat ogah-ogahan, sotonya hanya dia aduk-aduk tanpa ada niatan untuk memakannya.
Yukhei yang menyadari perubahan mood Ale, langsung menggenggam sebelah tangan gadis itu.
"Bisa kok, selesai bimbingan aku jemput."
"Jangan bohong."
"Gak bohong, tunggu aja."
"Yaudah ok."
Walau terlihat masih kesal, Yukhei masih bisa melihat pacarnya sedikit menahan senyum, walaupun ada yang berbeda dari Alexandria tapi Yukhei tidak pernah bisa memungkiri, bahwa ngambek semacam apapun Alexandria tetap sangat menggemaskan di mata Yukhei.
"Makannya dihabisin, jangan diaduk-aduk."
"Udah kenyang."
Kenyang apa, sedari tadi gadis itu hanya mengaduk makanannya, hanya sesekali memasukkannya kedalam mulut, itupun sangat lama mengunyahnya.
"Buka mulut kamu."
Kalau biasanya Alexandria yang merengek minta disuapi oleh Yukhei, sekarang justru Yukhei sendiri yang berinisiatif menyuapi pacarnya itu. Awalnya Alexandria sedikit menolak karena gadis itu memang sedang dalam masa kurang napsu makan, tapi karena terus dipaksa oleh Yukhei akhirnya gadis itu menurut dan mampu menghabiskan sotonya.
"Pinter."
Yukhei memang selalu suka memuji Ale ketika gadis itu bersikap manis dan menurut kepadanya, seperti sekarang tangan Yukhei yang sedari tadi menyuapi Ale sudah berpindah ke kepala Ale, mengelus rambut Ale sayang.
Tidak peduli dengan semua mata yang ada di kantin, Yukhei tetap melakukan hal itu. Lagi pula, seisi sekolah sudah tau bagaimana manis nya hubungan kedua pasangan tersebut, melihat Yukhei memanjakan Ale seperti itu bukan hal baru untuk mereka.
Meskipun terkadang Yukhei terlihat dingin dan ogah-ogahan menanggapi segala ocehan Alexandria, tapi mereka tau Yukhei memang sesayang itu kepada Alexandria.