Sepertinya sudah hampir 10 menit lebih Ale menunggu Yukhei yang katanya ingin berbicara dengan Ale ketika waktu jam istirahat tiba, tapi sampai sekarang lelaki tampan itu sama sekali belum memberikan tanda-tanda kemunculannya.
Ale menebak pasti Yukhei sedang sibuk atau apalah itu yang sudah pasti berkaitan dengan tugasnya sebagai ketua kelas atau anak OSIS kesayangan para guru.
Malas menunggu hal yang tidak pasti, Ale memutuskan menyusul Kinan dan Mala yang semenjak bel berbunyi sudah memaksa Ale untuk ikut ke kantin bersama mereka.
Koridor sedang sepi-sepinya, pasti semua murid sudah memenuhi isi kantin. Istirahat jam pertama memang waktunya untuk mengisi perut. Jadi tidak heran jika sekarang hanya ada beberapa murid yang berlalu lalang di koridor termasuk lelaki tinggi pujaan hati Ale.
Yukhei sedang berada di depan sana, berjalan menuju Ale dengan tubuh tegap dan langkah lebar yang tidak mungkin bisa Ale lewatkan begitu saja.
Selalu tampan seperti biasanya.
"Al, maaf tadi masih ada urusan."
Ale bilang juga apa, sibuk sibuk sibuk sibuk. Bosan Ale mendengarnya.
"Oh gakpapa kok, jadi mau ngobrol ?"
Anggukan dari Yukhei membawa langkah Ale pergi bersama Yukhei, seperti biasa tangan Ale akan selalu digenggam oleh Yukhei. Tidak ada penolakan dari Ale. Ale pikir biarkan semuanya seperti biasa, karena Ale gak akan pernah tau apa yang akan terjadi setelah ini, jadi biarkan Ale menikmati masa-masa manis seperti ini dulu bersama dengan Yukhei.
Tempat duduk di belakang gedung sekolah menjadi pilihan Yukehi berbicara dengan Ale, Yukhei butuh tempat yang sunyi, jika biasanya atap sekolah menjadi pilihan kali ini Yukhei sudah tidak mau, karena akhir-akhir ini Yuhkei sering sekali melihat adik-adik kelasnya yang mulai menjadikan atap sekolah sebagai tempat nongkrong ala-ala.
"Mau minta putus ya ?"
Mendengarnya Yukhei hanya diam sambil memandng lekat ke arah Ale dan melihat bagaimana tampang Yukhei yang biasa-biasa saja membuat Ale jadi gusar sendiri, biasanya kan mata Yukhei akan membola tidak terima walaupun tidak ada penolakan dari mulutnya, tapi setidaknya Ale bisa agak lega melihatnya.
"Kok diem, jadi bener ya mau putus ?"
Suka menuduh dan sok tau memang benar-benar sangat lengket dengan jiwa Ale.
"Oh jadi repot-repot ngebawa gue kesini cuma buat diputusin ya ?"
Tuduh aja terus. Menghela nafas lelah akhirnya Yukhei beranjak mendekat ke arah Ale.
"Sudah nuduhnya ?"
Tampang jutek dan sok ngambek ala Ale menjadi pemandangan utama yang dilihat Yukhei saat ini. Jika biasanya Yukhei akan terkekeh pelan karena merasa gemas tapi tidak untuk sekarang. Yukhei sedang serius, melihat bagaimana Ale menatapnya dengan tatapan sebenci itu benar-benar tidak baik untuk kesehatan jiwa Yukhei.
"Al, kamu tau. Dituduh yang tidak-tidak sama kamu itu bikin aku sakit."
Ale cukup terkejut dengan kalimat panjang yang keluar dari mulut Yukhei, sebuah pengakuan yang sangat amat jarang dilontarkan lelaki tinggi tersebut. Melihat bagaimana raut serius yang ditunjukkan oleh Yukhei membuat Ale yang sedaritadi terlihat tidak bersahabat sedikit mencairkan egonya.
"Terus mau lo apa ?"
Meski sudah mencoba mengenyampingkan egonya yang setinggi angkasa, tetap saja Ale terlihat tidak mau beramah-tamah ria dengan Yukhei. Kekesalannya yang dibangun Yukhei selama berhari-hati seperti sudah menggrogoti jiwa Alexndria.