Setelah hari dimana Ale dan Yukhei berbaikan, gadis itu kembali ke mode asalnya yang berisik dan banyak mau, membuat perasaan Yukhei menjadi lega sendiri melihatnya, tapi kalau dipikir-pikir sebenarnya mereka belum bisa dibilang berbaikan juga sih.Ale yang terlihat mulai bermanja-manja kepada Yukhei terus-terusan mengatakan kalau dia masih marah dan kesal kepada Yukhei, ketimbang memikirkan rasa kesal dan ngambeknya Ale, Yukhei justru berpikir kalau Ale hanya terlalu gengsi mengatakan kalau sebenarnya mereka sudah berbaikan.
Yukhei memang akan sangat selalu sulit untuk langsung peka terhadap apa yang dikatakan Ale, sebenarnya gadis itu hanya berpura-pura, di dalam hatinya masih ada ke khawatiran jika Yukhei akan kembali mengacuhkan dan menghabiskan waktunya lebih banyak dengan Laluna, itulah yang sebenarnya ingin disampaikan Ale ketika dia mengatakan kalau dia masih kesal dan marah.
Tapi sekesal-kesalnya Ale, gadis itu juga tidak bodoh, hampir semalaman dia menimbang-nimbang apakah yang dia lakukan saat ini adalah hal yang terbaik. Nyatanya semakin Ale pikir-pikir lagi, tidak seharunya dia seperti ini. Menjauh dari Yukhei sama saja memberi akses lebih untuk Yukhei dan Laluna berdekatan lebih lama lagi. Ale tidak mau itu.
Makanya saat ini yang dilakukan Ale adalah bersikap seperti biasa walaupun hatinya masih dilanda kekhawatiran kedekatan Yukhei dan Laluna.
Pagi di hari senin, biasanya Yukhei akan datang lebih pagi untuk menjemput Ale di rumahnya, upacara adalah penyebab utamanya. Yukhei yang memang menjabat sebagai timdis OSIS SMA Garuda Sakti, mau tidak mau harus datang lebih awal dibanding anak-anak lainnya.
Ale sudah sering kali menolak dijemput Yukhei jika hari senin, tapi namanya juga Yukhei, dia memang suka sekali mengatur apapun itu yang berhubungan dengan Ale, jadi gadis itu terpaksa mengiyakan saja. Lagian berangkat sekolah bersama dengan Yukhei adalah hal favorite untuk seorang Alexandria. Sehari melewatkan kebersamaan dengan Yukhei adalah hal yang merugi.
"Pagi sayanggggggg."
Sesemangat itu hari senin Ale kali ini, gadis itu terlihat sangat siap menyambut hari baru yang sudah dia pikirkan semalam tadi, niatnya sudah bulat dia harus terlihat kuat, jangan mau terlihat lemah lagi. Kalau ada yang berani deketin Yukhei, libas aja langsung. Termasuk Laluna.
"Pagi Al."
"Berangkat sekarang ? Atau mau sarapan dulu ?"
"Berangkat sekarang, kamu sarapan di mobil aja. Aku sudah bawain bekal."
Gimana Ale gak tergila-gila coba sama Yukhei, pacaranya itu selalu penuh dengan kejutan, biar dikata suka diam dan irit bicara, tapi Yukhei gak pernah diam kalau soal memperhatikan semua tentang Ale. Kalau umur mereka tidak semuda sekarang ini, mungkin Ale sudah minta dinikahin.
"Baik banget ih Kew, mau pelukkkkk. Bentar aja boleh ya ?"
"Boleh."
Tumben sih sebenarnya Yukhei tidak menolak, karena biasanya lelaki itu tidak mau membiarkan Ale memeluknya disembarang tempat. Tapi mengingat bagaimana keadaan hubungannya beberap hari ini membuat Yukhei sama sekali tidak mau melewatkan manja-manjanya seorang Alexandria.
Dicueki Ale itu siksaan.
Yukhei, biarpun dia selalu terlihat diam dan seolah-olah tidak peduli, nyatanya dia sangat menyukai jika sudah berdekatan dengan Ale, apalagi jika pacarnya itu sedang bermanja-manja padanya, padahal kadang untuk sebagain lelaki menganggap manja-manja seperti yang dilakukan Ale itu sangat menggangu, tapi bagi Yukhei itu adalah sebuah kebahagian tersendiri.
Manjanya Ale itu menggemaskan, asal manjanya hanya kepada Yukhei.
Ale dengan semua sifat bawel dan cerewatnya terkadang suka lupa daratan, dia sering sekali bersikap manis pada semua orang, apalagi pada lelaki tampan. Yukhei sering melihatnya, mau marah tapi selalu Yukhei tahan. Lagipula Ale melakukan itu tidak lebih hanya untuk hal-hal tertentu. Meminta bantuan misalnya.
