Eps 8

156 17 0
                                    

"........ Tidak ada reaksi ?. Oh ! Atau karna kalian siap ?"

"........ " Alpa menatap kosong pada kakek. Besok malam itu waktu yang terlalu mepet baginya. Terlebih hubungannya dengan si majikan sedang sedikit terganggu saat ini. Jadi, Kerja sama tim mereka pasti akan terasa sangat sulit.

"..... Kita punya bala bantuan ?" Tanya Mily.

"Tentu. Seluruh siluman baik --dari seluruh distrik--. Dan ku pastikan mereka rela melakukan apapun demi dirimu. Kau kan ketua pelindung mereka yang baru." hibur kakek.

Tapi itu tidak menghiburnya sama sekali. Mily menghela nafas pasrah. Mau di bantah sekalipun juga tidak akan mengubah kenyataan kalau sekarang dia lah ketuanya. Berarti sekarang hanya tinggal masalah si partner.

'Mood Alpa harus segera di perbaiki.'

Secara. Dia kan habis Di tolak.

"Oh ya." semua menoleh pada kakek.

"Masing masing perwakilan klan penjaga siluman dari seluruh bagian distrik --termasuk aku-- akan ke rumah mu besok pagi."

"Ngapain ?" itu juga masih rumah kakek lho.

"Untuk membahas strategi penyerangan. Kau bisa atasi itu kan Mily ?" kakek memandangnya penuh harap.

".....bisa. Aku dan Alpa ahlinya strategi. Ya kan Al ?" balas Mily sambil tersenyum-- wajib jawab 'ya' --pada Alpa.

"......Ya. Kami bisa." balasnya santai.

"Oke. Sampai jumpa besok."







22.08

"Oh ya."

Suara itu mengacaukan konsentrasi Mily saat bermain game.

"Aku lupa soal bola mata ularnya !"

"Terus ?" Mily mulai menghentikan game nya. Dan turun dari sofa. Lalu duduk di bawah. samping Alpa.

"Entahlah. Aku tidak tau harus kuapakan mata ular itu."

"Kau taruh di mana ?"

"Masih di saku celana ku yang tadi."

"Oh......"

Alpa menoleh padanya. Menatapnya bingung. Baru kali ini majikannya mau duduk di bawah--padahal masih ada sofa--.

"Kau....... Tumben duduk bawah."

Tidak ada respon. Mily hanya menyandarkan kepalanya ke bahu Alpa.
"Jawab jujur ya al."

Tanda tanya mulai mengelilingi kepala Alpa. "Ya ?"

"Apa aku selama ini jahat padamu ?"

Sekarang giliran Alpa yang diam. Dia bingung harus menjawab apa. Kalau boleh jujur mah, jawabannya bisa 'ya' bisa 'nggak'. Tapi kan gak enak juga kalau langsung bilang ya.

Sambil mengelus rambut pendek Mily yang berwarna pirang pudar, dia hanya menggelengkan kepalnya. "tidak. Kalau pun kau jadi jahat pasti aku lah alasannya."

Mily tersenyum "ya. Kurasa kau benar".

Kau tau, ada kalanya Alpa juga bisa gemas pada majiknnya yang imut, kurus, ditambah dengan tinggi badannya yang tidak lebih dari 147cm.
(Sudah sejak smp. 'Tingginya gk naik') Jadi dia pun reflek memeluk Mily yang ada di sampingnya. Mendekapnya erat sambil terus mengusap-usap rambut pendeknya.

" Hey ! Lepas. Kau pikir aku boneka ?"

"Ups. Maaf. Ku kira ada boneka panda yang bisa bicara tadi. Jadi aku reflek" balas Alpa yang mulai melepas pelukannya.

"He ? Panda ?"

"Ya, terkadang pinggiran matamu berwarna hitam kan ?"

"Cih. Biarin. Toh gak sering juga kok."

"Iya deh iya."

TOK TOK TOK !

Suara ketukan pintu dari luar barusan, berhasil mengacau moment spesial mereka. Lagian siapa sih yang bertamu malam malam gini. Pikir Mily kesal.

Alpa menepuk bahunya dan mulai berdiri. "Tunggu di sini"

"Aku ikut."

"Tidak mily. Tetap di sini. Paham ?"

"Pokoknya nggak."

"Ta--"

"Aku majikanmu. Ingat ?"

"........"

"Aku ikut buka pintu. Titik ."

"Oke. Terserah."

~

~

"Maaf mengganggu malam malam."

Seketika Mily merasa jijik setelah pintu rumah sudah di buka. Yang bertamu di Rumah mereka itu adalah wanita paruh baya yang make upnya sudah luntur. Dan kedua matanya hilang. Hanya menyisakan 2 lubang yang penuh darah juga beberapa sulur kecil urat mata yang tergantung di lubang itu.

Reflek Alpa menarik Mily ke belakangnya.
"Siapa kau ? Dan mau apa ?"

Wanita itu hanya tersenyum lebar. Lebar dalam arti yang sebenarnya. Mungkin ada orang yang sengaja memberi robekan pada pagian pipi orang ini. Mengerikan adalah ungkapan yang tepat untuknya.

"Tenang. Tidak perlu takut. Aku cuman mau memgambil hak ku saja."

Mily mengerutkan kening bingung. "Hak apa ?"

".......mataku. Kembalikan."

Alpa tidak suka ini. Hidungnya baru saja mencium aroma siluman ular raksasa yang kemarin. "Kau si ular itu ya ?"

"Kembalikan mataku !"

"Telfone Diandra. Bilang kalau kita kedatangan tamu."bisik Alpa pada Mily

Dia memgangguk dan pergi minggalkan mereka berdua.

"Ku rasa kau punya mainan yang manis. Tapi sayangnya aku tidak bisa melihat. Bisa berikan mataku sekarang, Tuan serigala putih ?"

".....cih. Maaf tapi kau salah rumah nyonya. Dan lagi, sebaiknya kau pergi ke dokter. 2 lubang pada matamu (?) itu membutuhkan perawatan medis."

"........" tidak ada jawaban. Tapi di detik berikutnya tamu tadi langsung ambruk ke depan. Dan Alpa menghindarinya. Membiarkan dagu wanita itu terantuk lantai yang keras. Ada darah yang keluar dari tubuhnya.

"Apa aku terlambat ?" ~
Reflek Alpa menoleh ke sosok yang ada di tengah pekarangannya. Lampu yang tidak memadahi, memaksa Alpa untuk menggunakan penglihatan malamnya.

'Dia...'

Sosok itu semakin terlihat jelas saat berjalan mendekat.

'Andyn ?.....'

"Yo ! Alpa. Lama gak ketemu ya." sapanya hangat.

"Ada urusan apa ?"
















Holla yo minna san....
Be like and coment ya....

See you next eps...

My Alpa [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang