Eps 27

137 13 0
                                    

"Dan mereka juga teman temanmu BODOH !" sergah Mily kesal. Kalau tau segini banyaknya, mereka ke menara radio langsung aja tadi.
__________________ ______________

Dengan cepat Mily memasangkan kalung segel baru pada Alpa. Begitu dia berubah menjadi manusia, tangannya di tarik dan berlari menjauh dari sana. Mengabaikan serangan beruntun dari para siluman yang masih mengepung hanya dengan menghindarinya.

"Ini gila ! Kita tidak bisa sampai di menara radio hanya dengan menghindar dan berlari seperti ini Mily !"

"DIAM ! ini demi menghemat Fhu !"

"Tapi kita hanya bisa menghindari serangan siluman yang ada di darat. Bagaimana dengan yang terbang di langit !"

"KU BILANG DIAM !"

Bersamaan dengan hal itu, puluhan bayangan para siluman yang menutupi sinar bulan dari langit mulai nampak di jalur lari keduanya. Mereka tidak berhenti  walau sadar ada sesuatu yang pasti akan terjadi sebentar lagi. Dan benar saja, Ular ular api berjatuhan dari langit, dengan beberapa semut beracun yang juga bagai hujan. Mily berhenti sejenak untuk mengaktifkan mantra pelindung bagi mereka berdua. Lalu lanjut berlari lagi menuju menara radio.

Semut semut dan ular, yang berjatuhan tak bisa menyentuh mereka berdua berkat mantra pelindung dari Mily. Terdengar juga bunyi aneh saat objek serangan dari langit itu jatuh tepat di atas pelindung mereka. Bunyinya seperti serangga yang terkena sengatan listrik alat pengusir nyamuk.

Alpa tak berani berkomentar soal hal ini. Apalagi melihat raut wajah majikannya yang benar benar serius agar tidak melukai siluman manapun. Rencana Alpa untuk tetap mengabisi nyawanya sendiri di depan Diandra juga sudah tetap bulat. Bahkan Mily sendiri pun juga jangan sampai menghalanginya nanti. Ini demi kemenangan dalam sebuah perang antar klan. Pengorbanan dari sosok yang paling berpengaruh pada musuh seperti dirinyalah yang harus berkorban.

Dan sesungguhnya ini juga demi Mily agar dia bisa di pandang sebagai ketua klan penjaga yang baik karna sudah memenangkan peperangan. Gadis itu pasti marah besar dengan tindakan konyol itu. Tapi mau bagaimanapun caranya, tetap saja Alpa adalah kunci dari kemenangan perang ini.

Menara radio sudah mulai terlihat dari balik kabut. Aura pengepungan yang sama juga terasa si sekitar sana. Bahkan mungkin ada jauh lebih banyak lagi siluman yang siap melawannya. Tapi ada kabar baik tentang hal itu. Seperti kata pepatah. Dimana ada semut pasti ada gula. Dimana ada banyak siluman, pasti ada Diandra juga.

Dan mereka telah sampai.

Di samping Fhu Yang terus berkurang,  Mily tetap bertahan dengan pelindungnya. Serangan serangan mengerikan itu tetap ditujukan padanya. Entah apa yang terjadi kalau pelindung ini sampai hilang karna kehabisan Fhu.

Di sana. Di depan pintu besar menara radio yang dirantai, ada hal yang membuatnya cukup  kesal. Sang kakek kesayangannya dibaringkan di meja pengorbanan dengan berbagai coretan coretan mantra pada lantainya. yang bahkan Mily sendiri tak tau cara membacanya. Dan banyak lilin hitam yang membentuk simbol bintang besar mengelilingi meja itu.

'Kakek akan dikorbankan ?!!' padahal tadinya Mily pikir Diandra menggunakan orang tua itu untuk dapat berjalan kembali di atas bumi. Dan kali ini dia tidak bisa menebak rencana Diandra.

"Mily ! Fhu mu ! Tinggal 10%"

"Aku tau. Pergilah cari Diandra. Aku akan melepaskan kakek dulu."

"Tapi pelindungmu..."

"Pergilah." tegas Mily.

"Tapi kalau sampai kau kalah bagaima--"

"INI PERINTAH !"

"..........Cih. Jaga dirimu baik baik."

Alpa pun pergi meninggalkan majikannya yang masih berada di dalam mantra pelindung. Karna dia tak lagi mejadi incaran musuh di langit, jadi dia tak memerlukan mantra pelindung lagi. Kini giliran Mily yang harus maju.

Dia memperkuat pelindungnya untuk berjaga jaga. Dan berlari sebisa mungkin menuju meja pengorbanan itu. Mengabaikan Fhu nya yang hanya tinggal 6%. Mungkin kalau terpaksa, Mily akan gunakan cara terlarang untuk mengembalikan persentase Fhu nya. Ya, cara kanibal.

Begitu sampai di dalam wilayah lilin Hitam, para siluman menghentikan serangannya. Menunggu di balik barisan lilin hitam. 'Ada apa ? Apa mereka tidak berani masuk ke sini ?' tapi ya sudahlah. Yang terpenting saat ini adalah kebebasan kakek.

Di sisi lain, Alpa terus panik mencari Diandra. Terlalu banyak siluman yang terhipnotis saat ini sehingga jarak pandangnya terhadap sekitar pun juga berkurang. Kalau bukan karna yang menyerangnya adalah Andyn dan kawan kawan, mungkin mereka sudah dia makan dari tadi. Rasa lapar juga menjadi faktor pengganggu paling berat baginya. Pengen makan, tapi masa makan temen sendiri.

Sekelabat bayangan hitam tiba tiba mengalihkan pandangannya. Itu tidak terlihat ataupun tercium seperti bau siluman. Itu manusia. Alpa tidak bisa menjamin apakah itu sosok Diandra, Tapi dia tidak punya banyak pilihan selain mengikuti bayangan itu daripada harus terancam untuk membunuh teman temannya sendiri.

Alpa melesat melawati para siluman dengan gesitnya. Berusaha tak tertinggal jauh dengan apa yang dia kejar dan juga berusaha agar tidak terdeteksi oleh targetnya. Tubuhnya yang masih berwujud manusia juga berdampak positif negatif untuknya. Dampak positif, memudahkannya untuk bergerak cepat diantara mereka yang berebutan untuk menyerangnya. Dampak negatif, tubuhnya yang berukuran kecil akan sangat mudah terinjak oleh siluman yang sangat beda jauh ukuran dengannya saat ini. Dan mereka yang berpotensi untuk hal itu jumlahnya juga tak terhingga. Jadi, beberapa kali saat melewati celah kaki besar mereka, untuk alasan tertentu, Alpa merasa seperti bermain kejar kejaran di terowongan yang siap menelannya dalam kematian kapanpun. Ya, itu lah yang pernah dia lakukan dengan Mily saat di kelas 2 SD.

Dan sejujurnya Alpa merasa aneh masih bisa bernostalgia seperti itu di saat seperti ini.

Bayangan itu akhirnya berhenti tepat di tengah tengah lapangan. Atau bisa di sebut juga tempat yang dulunya lapangan. Saat ini tak ada tempat yang sesuai dengan bentuk dan namanya. Semua sudah jadi reruntuhan. Tak terkecuali distrik lain.
Alpa baru menyadari bahwa yang sedari tadi dia kejar ternyata bukan bayangan melainkan hanya asap hitam yang melesat. Dan asap itu perlahan menggumpal. Membentuk sebuah wujud Kaki, tubuh, tangan, kepala, dan terakhir, untuk bagian yang paling atas, kepala beserta wajahnya.

Diandra.










































Author : lega lhoooo udah mau nyelesaiin cerita "My Alpa"  😄😄😄

Mily : oh

Alpa : bentar lagi kita berpisah thor ?

Author : gitu deh. Aku mau lanjutin cerita ku yang lain. Yang judulnya ********* sama yang judulnya ***************.

Mily : kayaknya seneng nih mau pisah _-

Author : nggak kok...

Alpa : cerita "my alpa" emang cerita yang paling bikin author pusing. Maklum kalau dia lega

Mily : dih. Serah deh awas aja kalau endingnya gak enak !!

Alpa : sabar sabar.....

Author : see you next eps ya.....

My Alpa [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang