Eps 19

138 11 0
                                    

Rumah itu tiba tiba hancur dengan sendirinya bagai remahan biskuit yang tertiup angin.

"A.. apa lagi ini ?"

------------- ---------

Dan lagi lagi tak ada komentar dari Mily walau dia tau . Fhu gadis itu tinggal 5%. Terkena satu serangan lagi, maka dia akan lenyap. Alpa takkan membiarkan hal itu sampai terjadi.

Mereka pun lanjut berlari menjauh saat robot diandra mulai terbang  menyusul. Membrondong mereka dengan peluru cahaya merah yang tiap butirnya bisa terbelah menjadi beberapa bagian. Terus mengelak dengan cepat, berharap serangannya berjeda walau hanya sedetik saja.

Sungguh. Alpa tak habis pikir kenapa klan ghaib mengirim rongsokan (robot) macam ini hanya untuk mengambil bola mata ular yang tak kalah rongsokannya.

Kehadirannya dengan memporak porandakan jumlah siluman baik itu makin tidak masuk akal.
'Lagi pula mau apa sih dia dengan bola menjijikan itu. Arrghhh sial kenapa pula aku peduli !'

Banyak siluman yang lenyap--tak bersisa--hanya karna tersentuh peluru. Tapi di balik itu semua mereka sengaja mengorbankan dirinya untuk memberi kesempatan pada Alpa dan Mily berlari.

Satu persatu dari mereka mati. Kini hanya tersisa separuh dari jumlah awal. Gadis itu hanya bisa menatap nanar keadaan sekitarnya. Perasaan tidak berguna dan putus asa mulai menyapanya. Para siluman sudah banyak berkorban detik detik ini. Dan peraturan Awal Mily yang  jangan biarkan siapapun mati sekarang sudah tidak ada artinya lagi.
'Andai cadangan Fhu ku masih banyak' Pikirnya. '.... Ah ! sepertinya aku punya ide'

Kepanikan mengikat saat mereka sudah  kehabisan jalan untuk lari. Kini semua berada di tepi perbatasan distrik yang terbuat dari dinding beton berlapis mantra pelindung. Jalan buntu. Diandra juga mulai mendekat dengan tatapan kosongnya. Dia tak lagi terbang mengerikan seperti tadi. Tapi kedua tangannya yang masih dalam kondisi aktif--dan sepertinya juga belum kehabisan peluru-- itu membuat siapa saja enggan untuk melawan. Ya, apapun itu setidaknya sekarang tidak ada serangan lagi.

"Alpa..." lirih Mily

"Ya ? " balas Alpa. Bahkan di saat seperti ini dia masih sempat melembutkan nada bicaranya. //hebat_-

"Beri tau mereka untuk memberikan sedikit fhu nya padaku."

"Tapi milik mereka juga rata rata tinggal 10% (mungkin)."

"Sedrastis itu kah penurunannya ?" balas Mily sok kaget. Padahal tangannya mulai menyerap Fhu Alpa perlahan. 'Lagian kalau cuman dikit juga nggak masalah kan' batinnya membenarkan.

"Beberapa dari mereka sudah berusaha melawan tapi ku rasa badai mantra yang membuat anggota kita melemah. Bahkan aku tidak yakin ada yang masih hidup di distrik lain."

Satu lagi siluman mati saat keduanya tengah sibuk berbicara. Dan Mily yang menyaksikan hal itu sudah tak bisa tinggal diam. Persetan soal Fhu nya yang makin menipis gara gara pemulihan luka lengan tadi. 'Tak boleh ada yang mati lagi'

Mily turun dari punggung Alpa setelah--sengaja--menyerap separuh dari Fhu serigala itu diam diam.

"Mily ?"

"Diam. Seharusnya ku lakukan ini dari tadi." maksudku mencuri fhu mu.

"Apa rencanamu ?" tanya Andyn yang memasang muka sebal.

Ketahuilah. Sejak tadi dia menahan rasa cemburunya pada ketua klan penjaga ini yang dengan beruntungnya dapat berlama lama santai di punggung Alpa.

"Bantu aku alihakan perhatiannya. Dan jangan lindungi aku lagi. Cukup lindungi diri kalian sendiri paham ?" Mily tak mau lagi ada korban. Dia muak melihat mayat. Entah sejak kapan.

Satu siluman lagi lagi mati terkena peluru saat melindungi Mily dari Diandra yang makin mendekat. Dan seketika emosinya melunjak.

"TAK ADAKAH YANG MENDENGARKAN !? LINDUNGI DIRI KALIAN SENDIRI ! . TAK PERLU KHAWATIRKAN AKU YANG SUDAH MEMAKAI PELINDUNG TRANSPARAN INI PAHAM !"

Semua mengangguk. 'Telat ngangguknya Anjir !!!' Gerutunya.

"Alihkan perhatiannya. Sekarang."

Untuk yang kedua kalinya mereka mengangguk dan langsung bergerak untuk menarik perhatian si robot Diandra. Dan itu berhasil. Kini dia sibuk menyerang, mengikuti arah jarak pandangnya pada para siluman yang berlarian di sekitarnya. Menyerangnya secara beruntun.

Sedangkan Mily memulai Ritual yang ada di buku tebal milik kakeknya. Ritual yang dapat membunuh apapun, siapapun, dan di manapun musuh berada. Rencana ini akan 100% berhasil jika Fhu yang ada juga 100%. Tapi karna sekarang tinggal 20%, dan di sisi lain dia juga masih membutuhkan Fhu untuk tetap hidup, jadi klan Ghaib yang akan musnah nanti hanya sekitar 15%. Sisa fhu 5% untuk mengisi tubuh ini agar tetap terlihat hidup.

Trus klan ghaib yang lain ? 'Pikir nanti.'

Baru juga Mily duduk di tengah lingkaran cahaya mantra putih, konsentrasinya langsung berkurang saat melihat daya serang Diandra yang tanpa jeda itu. Dia berhasil membunuh lebih dari 50 siluman  hanya dalam hitungan menit. Sisa abunya bertebaran di udara. Dia gagal memimpin klan ini. Pandangan berair Mily beralih ke Diandra yang ternyata di sambut dengan seringai licik robot yang jelas jelas sedang mengarah padanya.

'Ah... Ku rasa tingkat putus asaku sudah di titik yang mengkhawatirkan. Ku harap cara ini berhasil' pikirnya.

Ketua klan penjaga itu mulai duduk tepat di tengah cahaya putih bersama laras panjangnya. Membaca bacaan mantra rumit yang masih diingat. Terus membaca. Mengabaikan segala gangguan suara dari luar lingkaran putihnya. Dan berharap perang ini akan berakhir dengan indah.

Hanya ada hening selama 2 menit. Setelahnya, lingkaran putih itu menghilang. Mantranya selesai. Mily beranjak dari posisi duduk. Berlari ke arah  Alpa yang nafasnya sudah tak beraturan.

"Alpa !"

"Mily ? Sudah selesai ?"

"Sudah. Aku hanya butuh sample rambutmu."

"Buat ?"

"Nurut aja napa sih."







































Udah lama gak update. Soalnya aku gak yakin bakal ada yang baca he he he..... Tapi biarlah.

Ada orang pernah bilang ke aku kalau pembaca akan datang dengan sendirinya jika cerita yang kita buat itu menarik.

Jadi positif tingking aja.
"Ceritaku belum menarik"

Masih belum. Berarti suatu saat pasti jadi menarik. Itu menurutku sih.
























See you next eps

My Alpa [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang