Eps 18

141 14 1
                                    

Dan besarnya pun berbeda beda. Bahkan ada yang seukuran anak sd.

'Aelah.... Kalau gini mah mana tega mau nyerang.'

----------------- -----

Seolah tau tengah di remehkan, bayangan kecil itu langsung mengeluarkan pedang besar yang ukurannya terlihat kontras dengan tinggi badannya. Dan Kesan pertama yang di dapatkan Alpa dari salah satu musuhnya ini adalah 'lucu'.

"..... Aku tau kalian ini brutal. Tapi mengikut sertakan anak kecil dalam perang itu bukan pilihan yang bijak."

Tak peduli dengan ucapan lawannya barusan, mereka yang memegang laras panjang seperti halnya Mily, tiba tiba  meluncurkan ratusan peluru pada Alpa.

Keget ? Iya lah !

Untung masih sempat lompat ke atap untuk menghindar.

"Oke. Kalian yang minta."

Kini perang yang di tunggu insting berburunya pun di mulai. Semua langsung menyerang Alpa begitu dia turun dari atap. Peluru, pisau, tombak, anak panah, bahkan senjata laser seolah hanya di tujukan padanya. Sedangkan serigala itu hanya mengandalkan hindaran dan cakar. Sebab aura hitamnya tidak berfungsi kalau berurusan dengan bayangan.

3 orang mati dalam keadaan utuh dan langsung dia makan sekaligus. Hanya dengan cara ini dia bisa tau selisih jumlah antara musuh yang perempuan dan laki laki. Dan hasil yang dia dapatkan adalah lebih banyak laki laki. Merasa sudah cukup kenyang, Alpa memutuskan untuk tidak makan lagi, toh sekarang juga dia sudah tau jumlah musuhnya. Yaitu = tak bisa di jabarkan. Intinya, banyak.

Tak lama kemudian 13 musuhnya mati dengan tubuh terbelah. Itu adalah mereka yang membawa senjata laser. Yang berbahaya lebih baik di singkirkan dulu kan. Sisanya baru bagian klimaks. Mereka yang membawa senjata berbahaya lain  adalah target kedua setelah target utamanya si nyonya pembawa bola mata. Tau dia perempuan juga dari dadanya yang terlihat menonjol akibat jubah yang dikenakan sedikit sempit.

Alpa mulai berlari keluar lingkaran arena tempurnya alih alih menghindari segala serangan maut yang mengincar kepalanya, Dan dengan sigap langsung mengaktifkan kemampuan mengambil alih grafitasi. Bukan tanpa alasan semua musuhnya jatuh berlutut di tempatnya masing masing sekarang. Mereka tidak bisa berkutik. Bergerak sedikit saja, maka organ dalam milik mereka akan rontok dengan sendirinya. Yang berarti, tak boleh bergerak sama sekali.

Alpa sudah terbilang 99% menang. Satu persennya masih belum karna si nyonya target utama masih berdiri manis di dekat pintu rumah.

"Letakkan bola mata itu atau kau akan berakhir seperti teman temanmu."

Bukannya menurut, dia malah berlari menjauh. Menuju ke kerumunan temannya yang saat ini menjadi lawan perang Andyn. Dan Alpa mengejar tanpa ampun. Keduanya dengan lihai berkejar kejaran di antara mereka yang sedang fokus dengan arena perangnya masing masing. Sampai pada saat dia berhenti di wilayah perang  Mily.

Gadis itu sadar ada Alpa di sekitarnya dan langsung reflek menjeda serangan  sendiri dengan berlari ke arah pertnernya.

"Mau apa kau ke sini !"

"Target ku ada di wilayahmu. Dan dia membawa bola mata ular itu." jelas Alpa

"Kenapa kau biarkan !"

Alpa menatapnya geram. 'Kan salahmu sendiri yang lupa dengan inti misinya !'

"Aku mengejarnya sampai sini karna aku tak membiarkannya lari !  Cukup ya. Kalau kau memang tidak mau bertarung bersamaku, aku akan urus musuh ku sendiri. Jadi, permisi."

Kali ini Alpa yang pergi meninggalkannya. Mily hanya diam sambil memegangi lengannya yang terluka akibat tergores aura hitam Alpa yang masih aktif. Tak masalah soal luka kecil itu. Yang jadi maslah adalah Fhu miliknya makin berkurang. Sejak tadi sejujurnya dia menantikan kedatangan Alpa. Dia masih belum terbiasa bertarung dengan mata tertutup dan al hasil setelah penantiannya terhadap sang partner yang akhirnya datang malah membuatnya tak bisa mengakui kalau dia sendiri butuh bantuan.

Satu serangan dari anak panah musuh mengenai luka goresnya barusan. Mily mulai kehabisan tenaga. Tapi dalam perang tak boleh ada kelemahan yang terlihat. Jadi dengan nekatnya dia langsung mencabut anak panah itu dan kembali memberi perlawan yang tak kalah kejam. Bodo amat soal seberapa banyak darah yang mengucur keluar. Kelamahan tetap tak boleh di perlihatkan. 40 musuhnya langsung terkapar mati kena peluru. Masih sisa banyak bagi dia yang kehabisan tenaga. Tapi karna musuh menyerang tanpa jeda, senjata Mily pun jadi multifungsi. Dia juga butuh prisai kan.

'Andai Alpa bersamaku sekarang'

Di sisi Alpa, dia berhasil memojokkan si  nyonya target utama. Kini musuhnya tak bisa lari lagi karna kemampuan pengambil alih grafitasi miliknya sudah mengenai kedua kaki wanita ini.

"Serahkan benda itu padaku nyonya. Kau akan membuat banyak kerusakan dengan itu."

Tapi secara tak terduga dia malah memberi reaksi yang membuat Alpa mengerutkan keningnya bingung.
"Meminta ijin menyerang..."

'Suara ini..... Diandra ?'

Wanita itu mulai melepas jubahnya. Memperkecil ukuran bula mata itu dan memasukkannya ke saku. Sekarang Alpa  bisa membuka matanya yang sedari tadi terpaksa menutup karna si lawan adalah bayangan. Tapi sekarang tidak lagi. Ini adalah diandra. Wanita kotor yang sudah berani menghianati anggota klannya sendiri.

"Kembalikan benda yang kau curi sekarang. Aku tak suka melukai wanita" ucap Alpa.

Ya, mungkin dia lupa kalau tadi dia sudah  melukai bahkan memakan wanita. Dan jumlahnya lebih dari 1.

"Sistem aktif."

Alpa mulai melangkah mundur saat merasa ada yang salah dengan lawan bicaranya.
"Diandra ?"

"Menunggu sinkronasi"

"KAU ROBOT ?!!!!"

"Sinkronisasi selesai. Memulai pemusnahan."

'GAWAT Mily !!'
Dengan cepat dia kembali berlari kembali ke arah Mily. Menggigit kerah bajunya, dan melemparkannya ke punggung. Gadis itu tak protes sama sekali sebagaimana biasanya. Dia hanya terduduk lemas di punggung Alpa. Kondisinya makin melemah. Tapi Biarlah. Asalkan Mily sudah bersamanya.

Alpa memberi sinyal pada teman temannya untuk segera meninggalkan wilayah tempur mereka dan  menjauh dari jarak serang Diandra. Sejauh mungkin. 'Rumah Mily pasti bisa jadi tempat berlindung yang sesuai' pikir Alpa.
Para siluman baik lain, mengikuti arah lari leadernya menuju rumah sang ketua klan penjaga. Namun sayang Sesampainya di sana, mereka malah di sambut kejutan yang meriah. Rumah itu tiba tiba hancur dengan sendirinya bagai remahan biskuit yang tertiup angin.

"A.. apa lagi ini ?"
















































Maaf kalau selama ini gak pernah update. Sebenernya stock episode udah banyak. Tapi berhubung saya sendiri tau pembacanya gak banyak, maka dari itu updatenya nunggu tamat cerita sekalian.
(Udah ada niatan gitu)

Tapi mulai sekarang aku update lagi kok.

Kalau ada kekurangan di cerita ini. Saya mohon maaf.

Terimakasih banyak untuk dukungan kalian.


















See tou to next eps...

My Alpa [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang