Eps 29

104 12 0
                                    

"O vasiliás ton Anaconda, o Kýrios tou Amazoníou, sas kaló na timorísete aftón ton ánthropo !"
_____________________________



Seketika bola mata ular yang di bawa pergi Diandra pun mengeluarkan kabut hitam yang memuakkan. Samar samar terlihat dari kejauhan tepatnya di sela sela kabut, ada ular yang amat besar tengah melilit tubuh Diandra. Anaconda. Kabutnya semakin hitam dan tebal di tiap detiknya. Hampir mirip dengan keadaan sekitar ketika Alpa marah. Wanita itu berteriak begitu kesal pada Mily sampai membuat merinding. Apalagi karena efek kabut hitam yang terlalu tebal, suara lengkingannya seolah tumpang tindih dengan tekanan udara yang ada di sekitar. Suara suara yang dihasilkan pun semakin samar, namun terasa tetap berdengung di telinga Mily.

Sangat di sayangkan bahwa faktanya itu hanya tipuan. Perubahan wujud benda yang menjadi makhluk hidup hanya mampu bertahan selama 10 menit saja. Setelah itu kembali ke bentuk awal. Biarkan saja Diandra bergelut dengan makhluk itu dulu sampai puas. Lagi pula Mily tak sebodoh itu membiarkan Diandra mendapatkan bola mata ular dengan mudahnya. Beberapa menit yang akan datang nanti, ular itu akan kembali ke wujud asalnya yaitu kelereng. Hanya kelereng biasa. Bola mata ular yang asli masih ada padanya.

"Mily." Panggil Alpa

Astaga dia melupakannya. Mily merogoh kubus besi kecil pada sakunya. Dia menyadari benar kalau akhir akhir ini dia semakin jarang menggunakan benda tersebut karna naik turunnya Fhu yang sangat drastis di Medan perang. Rindu dengan senjata terbaru yang menjadi favoritnya M16A2 American Gun. Tapi kali ini senjata itu tidak berguna untuk menyelamatkan Alpa jadi dia mengubahnya menjadi benda lain.

"Vicious Liquid "

Kubus besi tadi berubah menjadi cairan bening yang melayang di udara. Itu adalah cairan kimia yang orang orang sering sebut sebagai racun setan. Seringnya, cairan ini di gunakan oleh pencuri untuk melelehkan penutup rumah kunci pada motor agar mudah untuk di bobol. Tapi kali ini Mily sedikit memperkuat efeknya untuk melelehkan jeruji besi.

Mengendalikannya agar tetap melayang dan menyebar ke beberapa jeruji agar meleleh dengan baik itu yang sulit. Kalau pengendalian grafitasi di sekitarnya tidak begitu bagus, maka bisa ada yang menetes ke tangan. Fhu sudah setipis ini sebaiknya jangan melakukan kecerobohan sekecil apapun.

Tak lama kemudian Mily berhasil membuat celah untuk menarik Alpa keluar. Tak lupa juga dia menyingkirkan kawat yang mengikat tangan dan kaki laki laki itu. Setelah berada agak jauh dari penjara itu, Mily menyadari kesamaan yang miris dengan partnernya itu. Fhu mereka berdua sama sama tinggal 2%.

"Astaga Mily... Aku sangat khawatir dengan keadaanmu. Kau tak terluka kan."

"Apa maksudmu ? Kau lebih terluka dariku"

"Ini tidak sakit sama sekali" dalihnya.

"Terserah. Mari pergi dari sini sampai Fhu kita kembali normal."

"Bagaimana dengan kakek ?"

Mily di buat kesal dengan pertanyaan itu. Alpa bukannya memikirkan soal tangan dan kakinya yang terus mengeluarkan darah, malah memikirkan orang tua yang sudah sangat jelas lebih baik baik saja darinya.
"Kakek masih jauh lebih hebat darimu soal jaga diri. Jadi berhenti bertanya tentangnya !" Tegas Mily

Mereka berdua berjalan tertatih tatih menuju tempat yang sekiranya sedikit bebas debu dari tempatnya berada saat ini. Berharap Diandra juga bisa jadi lebih bodoh agar mereka bisa merasa tenang walau sedikit. Hanya wanita itu yang mampu membuat keadaan jadi separah ini. Hilang komunikasi dengan anggota lain, Fhu yang menipis drastis, luka luka parah, seluruh distrik hancur tinggal nama, dan berbagai kekacauan lain yang hampir semua adalah ulahnya.

Keduanya sampai di tempat yang cukup bersih. Reruntuhan studio dance terbilang layak untuk beristirahat sejenak walah banyak serpihan kaca, tidak masalah selama bisa berhati hati. Mily menyandarkan tubuh Alpa pada dinding yang tak lagi utuh. Dia juga ikut bersandar di sana. Menunggu kembali terisinya Fhu masing masing. Luka luka Alpa perlahan kembali menutup. Dia cukup lega melihat hal itu. Sepertinya pengisian Fhu Mily kalah cepat dengannya

"Mily.."

"Ya ?"

"Kau tau ? Kelemahan Diandra ada 2. Bola mata ular dan aku. Jadi.."

"Jangan mulai Alpa. Kau harus tetap hidup sampai aku sendiri yang menyuruhmu mati. Lagi pula yang asli masih ada padaku. Yang tadi itu hanya kelerereng biasa." sergahnya kesal.

"Tapi aku serius"

"Aku juga serius !"

"Tapi--"

"Suaramu seperti orang sekarat alpa. Sungguh. Diamlah dan biarkan Fhu mu terisi."

Alpa berusaha bersandar lebih baik ke tembok.
"Mily..." Panggilnya.

"Apa lagi ?"

"M..... Bagaimana caranya merubah sebuah beda mati menjadi makhluk hidup."

"Kau berasal dari klan penjaga siluman kan. Kau hanya harus membayangkannya saja. Maka benda itu akan menurut padamu dan berubah sesuai keinginanmu. Tapi jika jaraknya jauh seperti tadi, maka kau harus menggunakan mantra"

Kemampuan seperti ini pada dasarnya tak bisa di gunakan lebih dari sekali dalam sehari. Kakeknya lah yang mengatur hal itu. Dia khawatir kalau kemampuan sepesial ini sampai di salah gunakan--bahkan--oleh klan penjaga itu  sendiri.

"Oh. Terimakasih. Akan ku coba."

"Kenapa kau tiba tiba menanyakan itu"

"Aku hanya sedang merencanakan sesuatu" gumamnya

"Rencana apa ?"

"Rahasia. Hanya saja rencana ini mungkin akan menguras air mata "

"Apa maksudmu ?"

"He he. Sudahlah."

Tak lama kemudian, deru angin kencang datang. Itu pasti Diandra. Fhu keduanya memang belum pulih benar. Tapi keadaan fisik saat ini lebih baik dari yang tadi. Debu dan pasir berputar ke segala arah. Menutup semua jalur penglihatan mata. Mily saja tak lagi bisa melihat Alpa yang mungkin masih ada di sampingnya.

Angin bertambah kencang saat sosok hitam mulai muncul di kejauhan. Membuatnya bertanya tanya apakah wanita itu memang sehebat ini dalam hal mengendalikan angin. Wajahnya terlihat sangat murka. Diandra yang jaraknya masih terbilang jauh itu langsung melancarkan kekuatan magisnya pada Mily. Membuatnya melayang ke arahnya. Setelah itu mencengkram lehernya seraya berkata kasar padanya.

"Baru pertama kali aku dipermainkan gadis sependek dirimu" ucapnya geram.

Mily berusaha untuk menyingkirkan tangan berkuku tajam itu dari lehernya. Menyakitkan. Dia nyaris tak bisa bernafas. Hanya sekelebat ide kecil yang muncul untuk memberinya semangat. Di saat matanya pura pura menutup, tangannya beralih pada kubus besi kecil yang ada di sakunya dan mulai merapal sebuah mantra singkat menggunakan bahasa Yunani. Karna hanya dengan bahasa itu semuanya menjadi lebih kuat dan mudah.

"vómva kapnoú !" (Bom asap)





























































































Stock episode nya ku update semua aja deh kayaknya. :')
Biar cepet tamat gitu... He he (/- ∆-)/

Jangan lupa ninggalin jejak komen dan like ya ^o^

Kalo gak minat, gak usah aja gpp. Itu hak kalian kan [°__°]

See you next eps...

My Alpa [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang