Eps 30

112 10 0
                                    

"vómva kapnoú !" (Bom asap)
______________________________


Asap tebal langsung muncul di sekitar mereka. Diandra meregangkan cengkeramannya dan terbatuk batuk. Mily berhasil melepaskan diri dari wanita itu. Sempat terjatuh memang karna tinggi wanita itu yang menurutnya berlebihan. Rasanya seperti jatuh dari kasur bertingkat. Atau dirinya yang memang terlalu pendek ?.
Ahhh sudahlah .... tepisnya.

Istirahat bersama Alpa tadi ternyata membawakan hasil. Kini Fhu bertambah menjadi 15%. Tidak buruk untuk ukuran stock kecil. Tapi di mana Alpa ? Bukankah dia tadi ada di sampingnya ?. Dan tidak biasanya dia diam saja saat Mily tercekik seperti tadi.

"Alpa !" Panggilnya.

Tak ada jawaban tapi langsung ada tepukan hangat di bahu Mily. Itu dia.

"Dari mana saja kau. Aku hampir mati tadi."

"He he"

"Ha ? Malah ketawa lagi."

Di samping itu semua, Diandra melesat dengan cepat ke arah keduanya. Mily berhasil menjauh untuk memberi celah padanya agar tak menabrak. Keadaan masih membingungkan baginya terutama tentang Alpa. Kenapa dia diam saja.

"Alpa ! Lepas kalung segelmu bodoh !"

Setelah mengatakan itu Mily hanya terfokus pada Diandra. Berusaha menghindari segala serangannya. Sementara dia memikirkan senjata apa yang harus dia pakai untuk melawan wanita itu. Tembak favorit miliknya mungkin tidak banyak membantu saat banyaknya serangan cepat datang. Pedang ?. Oke pedang saja kalau begitu. Kubus besi kecil itu telah kembali ke dalam sakunya dan kini dia akan menggunakannya lagi.

"HONJO MASAMUNE !"

Pedang tertajam nomer 3 di dunia pun kini menggantikan posisi kubus besi tadi di tangannya. Pedang ini punya sejarah yang masih menjadi misteri. Pedang Honjo Masamune ini adalah salah satu pedang paling terkenal dalam sejarah Jepang. Namun, setelah berakhirnya Perang Dunia kedua, pedang 
terkenal ini lenyap, dan keberadaannya tetap menjadi misteri. Mily hanya membayangkan bentuk aslinya yang dia lihat di buku sejarah. Tapi sepertinya yang muncul malah pedang muramasa.

Serangan Diandra yang selanjutnya berhasil dia tangkis menggunakan pedang itu. Satu tebasan ringan saja berhasil membuat salah satu tangan Diandra putus dan tak bisa kembali tumbuh lagi sebagaimana biasanya. Mily sendiri baru Tau kalau pedang ini dapat menyegel regenerasi. Mungkin itu karna kekuatan Mily sendiri.

Diandra tak lagi menyerang secara beruntun. Dan kini giliran Mily yang melesat ke arahnya mengayunkan pedang secara terarah. Wanita itu melayang menjauh, tapi dia berhasil mengejarnya dan menebas tepat di dada Diandra yang terbuka lebar. Lagi dan lagi. Mereka berdua berkejaran ke sana kemari dengan sangat cepat. Suara deburan angin seolah masih kalah keras dengan suara teriakan melengking dari lawannya. Mily tak lagi kesulitan melawan setiap energi hitam dari Diandra. Dia bisa menepis apapun dengan mudah sekarang.

Hanya dalam 5 menit Diandra sudah terkapar lemah di tanah. Mily bertanya tanya apakah dia sudah menang ?. Fhu nya juga tinggal 5% sekarang karna memunculkan benda bersejarah itu. Dan dia tidak menunjukkan kekurangan itu pada mayat tanpa tangan dan kaki di depannya saat ini. Diandra sudah tamat.

"Pertunjukan yang bagus" kata seseorang di belakangnya.

Mily sontak menoleh dan mendapati Diandra dalam keadaan utuh tanpa luka. Menyeringai licik padanya. Dan bersamaan dengan hal itu senjatanya menghilang. Gadis itu kebingungan bukan main. Dia hanya bisa mundur beberapa langkah. Menyadari kenyataan itu.

"Bagaimana rasanya bertarung dengan ilusi ? Mily sayang."

"Ilusi ?!!" Paniknya meningkat saat melihat mayat tadi menghilang begitu saja tanpa jejak darah sedikitpun. Bagaimana bisa aku sebodoh ini ?

My Alpa [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang