Eps 15

131 10 0
                                    

"Frontal banget sih. Emang Nggak boleh ya ?"

"Emang aku ngelarang ?"

"Tutup matamu."

"Kau boleh melakukannya walau mataku masih terbuka."

"...oke."

Alpa mendekatkan wajahnya sambil sedikit membungkuk karna posisinya duduk di kursi sedangkan mily masih di kasur. Jarak membuatnya mulai bisa merasakan kelembutan bibir mungil Mily dan perlahan mengulamnya setelah mengucapkan kalimat yang tidak asing lagi di telinga gadis itu "aku mencintaimu Mily.". Ciuman penuh rasa, namun tidak di dasari dengan nafsu maupun candu. Itu adalah salah satu cara mengekspresikan sebuah perasaan Baik itu sayang, suka, maupun cinta, di kalangan penjaga klan siluman.

Tangan Alpa mulai merambah ke samping Mily menyangga tubuhnya agar tidak terjatuh meniban majikannya yang masih terdiam menerima tindakan manis partnernya.

Saat setelah merasa sudah cukup, Alpa kembali ke poisisi duduk tegaknya di kursi. " terimakasih." ucapnya pada Mily.

"..... Ya. Sekarang aku tau. Kau benar benar menyukaiku."

"Maaf kalau itu mengganggu pikiranmu."

"Tidak. Justru aku senang kau sudah berani mengatakannya."

Alpa diam. Dia yakin akan ada kelanjutan dari ucapan Mily tadi.

"..... Dan... Ya. Ku rasa aku juga menyukaimu."

BRAK !

Seketika Alpa terjatuh dari kursi sangking kaget dan gugupnya. Baru kali ini emosi hatinya mengalahkan control keseimbangan tubuh.

"Kau baik baik saja Alpa ?"

"Ya. Aku baik. Ah........ Aku bersyukur bukan terbuat dari lilin. Karna kalau benar begitu aku pasti sudah lumer sekarang."

"Ha ha ha...... Yang benar saja."

"Serius tau !" balasnya sambil berusaha mencari keseimbangan tubuhnya dan kemabli duduk di kursi.

"Mau lagi ?. Kali ini biarkan aku yang memulai." goda Mily.

"Tidak terimakasih. Mungkin lain kali. Aku masih mau tetap utuh saat perang nanti. Jadi jangan buat aku lumer seperti tadi."

Tawa Mily pecah saat melihat ekspresi wajah Alpa yang merahnya keterlaluan. Ini kali pertamanya setelah bertahun tahun dia tidak tertawa lepas. Dan itu merupakan hal yang bagus bagi Alpa. Andai kakek melihat hal ini. Dia juga pasti akan merasa senang.

Mily yang matanya berair karna terlalu lama tertawa itu akhirnya memutuskan untuk pergi mengambil minum.

"Mau ku ambilkan ?"

"Tidak. Tapi kalau kau mau ikut turun ke dapur juga boleh."

"Aku ikut."

Keduanya pergi meninggalkan kamar itu. Kalau boleh jujur juga sebenarnya Alpa lebih memilih tiduran di kasur daripada menemani Mily turun untuk mengambil minum. Tapi ya..... Kalau sudah berurusan dengan majikannya, maka akan selalu ada kata tapi di pikiran Alpa. Yang artinya, dia akan selau berfikir dua kali saat bertindak di hadapan gadis itu.

'Ya.... Setidaknya tadi dia sudah bisa tertawa kan.' pikirnya menghibur diri.

Langkah Mily terhenti tepat di anak tangga terakhir. Kalau bukan karna tangan mungil itu memberi tanda berhenti pada Alpa, pasti keduanya sudah jatuh tumpang tindih sekarang. Secara dia juga ngelamun dari tadi.

"Ada apa ?"

Mily menunjuk ke bawah. Agak jauh dari posisi kakinya saat ini. "Bola mata itu.... Kenapa ada di-- tunggu. Sebelumnya kau menaruh benda itu di mana ?"

"Bola mata ?" Alpa lanjut turun sampai kebawah. Dan berlutut di depan objek yang di tunjuk Mily tadi.

Seingat Alpa, benda ini ada di dalam saku celananya yang dia gantung di belakang pintu kamar. Itu pun berukuran kecil. Kenapa sekarang ada di sini ? Bagaimana bisa turun sampai ke sini ? Dan lagi, kenapa ukuranya sudah kembali normal ?.

"Benda ini sebelumnya ku letakkan di saku celanaku yang ada di kamar. Itupun ukurannya sudah kau perkecil jadi kelereng kan."

".. .....Jadi aku harus percaya kalau bola mata konyol itu menggelinding sendiri sampai sini ?" celetuk Mily.

"Mily..... Ini serius..."

"Yang bilang ini bercanda juga siapa sih Al...."

"Kurasa ada sesuatu yang membuatnya bisa bergerak sendiri. Sebelumnya ini juga pernah terjadi."

Mily mulai melanjutkan langkahnya untuk melihat lebih jelas dan Duduk di anak tangga terakhir. "Jadi ? Mau kita apakan benda ini." tanya nya pada Alpa.

"Menurutmu ?"

"Kalau kau tanya pendapatku.... Lebih baik kita bekukan saja di freezer daging. Lagi pula hari ini juga suplayer dagingnya gak dateng kan."

"Kalau rusak nanti ? "

"Gampang......"























23.45

Keduanya keluar dari rumah. Bersiap menghadapi Perang yang akan mengubah sejarah kehidupan dunia 15 menit lagi. Dalam waktu sesingkat itu mereka harus bisa mempersiapkan mental untuk melawan klan ghaib yang pasukannya mungkin bahkan lebih banyak dari pasukan klan penjaga.

Itu tidaklah mudah. Terlebih karna suhu badan Alpa yang mulai meninggi. Dia demam. Dan Mily belum mengetahuinya.

'Jangan sampai Mily tau'.
Gadis itu pasti tak akan memberi ijin untuk perang kalau tau soal kondisi partner yang sebenarnya.

Jadi Alpa hanya bisa diam diam membasuh keringat dingin dengan baju lengan panjangnya dan perlahan mengatur tempo nafas agar terlihat sehat di mata Mily.

"Huh ! Kata kakek ada siluman yang bantu kita. Mana ? Gak ada tuh." keluh Mily sambil merosot duduk ke tanah dengan tembok pagar sebagai sandarannya.

Mily mengenakan pakaian wajibnya yang berwarna merah. Hanya untuk jaga jaga kalau kalau akan banyak darah yang akan muncrat nanti. Biar nyucinya nggak susah.

"Mungkin nanti. Sabar aja." balas Alpa sambil ikut merosot ke tanah mengikuti gerakan Mily tadi.

"...... Kau agak pucat. Sakit kah ?"

Deg !'.... Ketahuan kan.....'
"Ng.... Nggak. Tadi aku pakek bedak kebanyakan"

"He ? Bedak ?"

'Duhh gimana nihh'



















































See you next eps....

My Alpa [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang