Eps 23

123 13 0
                                    

Tapi... Dia salah.
"ALPAA !!"

'Mily !?'. 
________________________________

Reflek Alpa langsung berlari ke asal suara. Menembus tiap debu tebal yang menghalangi, mengabaikan rasa sakit pada kakinya yang telanjang terkena bebatuan. Secepat mungkin. Dia merasa ada yang tidak beres di sini. Bukankah Mily tadi berada di belakangnya tadi ?.

Setelah beberapa menit berlalu ada yang baru dia sadari. Lambat. Dia berlari lambat dengan wujud manusia. 'Nggak ada cara lain' Pikirnya miris. Dengan sangat terpaksa, Alpa akhirnya melepas kalung segel dan berubah ke wujud serigala.

"ALPA !!!!"

Mily hampir putus asa saat tak ada respon dari orang yang dia panggil. Sedangkan Diandra yang terus mengelak serangan laras panjangnya membuat kedaan semakin buruk. Kejadian hari ini pastinya adalah hal paling menyeramkan dalam sejarah hidupnya. Tadi, saat penglihatan magisnya baru aktif, pedang diandra tiba tiba muncul dari balik kabut debu dan menebas tepat di dada Mily. Akibatnya, Fhu langsung berkurang drastis.

Untungnya dibandingkan dengan penjaga siluman lain, Mily termasuk yang paling tahan banting terhadap luka macam apapun. Tapi kali ini... Feeling nya menyarankan hal lain. Dan karna menurutnya itu juga cukup bagus, jadi...  'Ah. Semoga keberuntungan berpihak padaku.' pikirnya.

Senjata Mily berubah menjadi botol kaca kecil berisi cairan hijau yang langsung dia lemparkan ke arah Diandra. Dan lagi lagi dia mengelaknya. Tapi senyum Mily mengembang di detik setelahnya, Alpa muncul dari balik tirai debu itu dengan ukuran tubuh yang sangat basar. Serangan Diandra juga berhenti saat menyadari ada makhluk mengerikan di belakangnya.

"A apa yang ?!"

"......Nah... Nyonya penghianat, sekarang lawanmu adalah Alpa." seringai Mily makin lebar menyadari bahwa wajah Diandra mulai memucat.

Cairan yang di lempar gadis itu tadi adalah ramuan penguat Skill. Dan sebagai catatan, sebenarnya ada 3 hal luar biasa yang terjadi padanya barusan.
Pertama, Dia tau Alpa akan datang dengan wujud Silumannya.
Kedua, Dia tau kalau Diandra akan mengelak lemparannya.
dan ketiga, Dia juga tau kalau bidikan lemparannya tadi itu cuman keberuntungan semata.
Memangnya siapa yang bisa menebak dari arah mana Alpa akan muncul. Ya kan ?

Awalnya Alpa menatap bingung pada Mily. Tapi satu kedipaan mata darinya saja sudah cukup untuk memberi informasi. 'Jalankan sesuai rencana.' itu yang ingin dikatakan majikannya. Dan Alpa memahami benar akan hal itu. Walau tidak terlalu tau soal rencananya.Terlebih emosinya juga ikut tersulut saat melihat keadaan Mily yang terluka parah pada bagian lengan dan dada.

Diandra melangkah mundur perlahan menghindar dari aura hitam Alpa yang hampir mengenai bajunya. Tapi, entah karna dia tak ingin terlihat kalah, atau karna masih ingin menyelesaikan pertarungan ini, bukannya menyerang Serigala raksasa yang ada di depannya, Diandra malah mengarahkan serangannya pada Mily.

"AKU SANGAT MEMBENCIMU !!!"

Tawa penghianat itu pecah saat pedangnya berhasil memenggal kepala Mily.

Sedangkan Alpa hanya menatapnya jijik. Baru kali ini dia melihat tawa sepecah itu dari wanita secantik dan seanggun dia. Ya.... Semua punya kelebihan dan kekurangan kan. Diandra memungut kepala itu dengan menenteng bagian rambutnya.

"LIHAT ALPA ! INI MAJIKANMU ! DAN INI ADALAH AKHIR DARI KISAH KETUA KLAN PENJAGA !!"

"Trus ?....  Kau pikir aku akan panik kan Diandra ?"

Seketika senyumnya pudar. "Kau.... Tidak terkejut majikanmu mati ?"

"Hm ya. Tapi ada hal penting yang inginku tanyakan padamu. Sejak kapan kau bergabung ke klan ghaib ?" Maksudku berkhianat.

Diandra mengerutkan keningnya.
"Bergabung ? Memangnya kau pikir aku berasal dari mana ha ? Klan penjaga ?" dia mengangkat kepala Mily dan meludahinya. ".....Tidak seperti kalian orang orang munafik yang berperan sebagai penjaga, aku adalah Diandra Femy !  pewaris tahta tunggal di klan ghaib. Dan nyawa ketua klan penjaga sudah tamat di tanganku. Ironis bukan" tawanya kembali pecah.

"Jadi.... Sejak awal kau berasal dari klan ghaib dan menyusup ke klan penjaga untuk memata matai kami ?" tanya Alpa lagi.

"Aku masih punya cukup harga diri untuk masuk ke wilayah kalian yang semakin sempit itu. Tapi ya. Itu benar."

'Oke ini semakin jelas.' "jadi apa yang kau dapatkan dari hasil mata mata ?"

"Cih. Kau pikir aku akan mengatakannya ?. Omong kosongmu barusan juga hanya untuk pelarian bahwa sekarang klan mu telah kalah ! Dan kau tak mau mengakui hal itu. Aku juga sebenarnya tak takut sama sekali dengamu."

Alpa tau itu hanya dalih jadi dia diam untuk beberapa saat.

"Salut deh kau masih bisa mengendalikan syock mu saat lihat kepala ketua klan penjaga telah terpisah dari tubuhnya yang mungil. Ha ha ha ha....."

Alpa menyunggingkan senyum. Dan itu sukses membuat Dindra mengerutkan kening lagi.

"Untuk apa aku syock jika gadis manisku saja sedang duduk tenang di punggungku."

"Apa ?"

Diandra menjatuhkan apa yang dia pegang begitu menyadari serangannya tadi ternyata mengenai pasukannya sendiri. "A apa ?" Dan tatapan matanya menajam saat menangkap sosok Mily yang  melabaikan tangan dengan santai di atas punggung Alpa.

"Mily ?! Tapi.."

"Yo ! Nyonya Bitch ! Siap mati ?" sinis Mily.
Ketua klan penjaga siluman itu lagi lagi sudah tau kalau akhirnya akan begini. Entah kenapa banyak sekali kebetulan yang berpihak padanya hari ini. Keberuntungan kah ?.

Jadi di sela sela perhatian Diandra yang tidak sedang tertuju padanya (tadi) saat awal kehadiran Alpa, dia membuat ilusi dirinya dan beralih tempat, naik ke punggung alpa dengan kecepatan angin yang hanya bisa dia pakai di saat saat genting. Kabur.

Diandra mundur perlahan. "Ba... Bagaimana bisa kau..."

"Kalau kau saja punya rahasia, aku pun juga punya Nah... Alpa, Bunuh Dia."

















Beberapa saat kemudian,
setelah kematian Diandra dan setelah bola mata ular sudah ada di tangan Mily yang sudah dalam ukuran kelereng (agar mudah di bawa), perang di Distrik 1 telah resmi di ambil alih oleh Alpa. Perang akan mudah di menangkan kalau skill partnernya saja sudah meningkat pesat berkat ramuan itu. Tapi ada durasi waktunya juga. 

'Persetan soal mayat Diandra'. Pikir Mily. Penghianat layak mendapatkan balasan. Karna dia tidak mau mengatakan tujuannya memata matai klan penjaga, jadi Alpa mengambil alternatif lain tadi. Yaitu mengambil otaknya untuk diobservasi ulang di markas.

Sesekali Mily begidik ngeri saat melihat box kaca berisi cairan pengawet tempat otak itu diletakkan. Terlebih karna benda menjijikan itu jelas sekali masih terlihat berdenyut-denyut.

'Hiiiiiiii..... Udah ah !'























I'm up again.... Yuhuuuu 👋😅



























Ku kan terus berusaha agar cerita ini bisa sampai akhir.
































See you next eps.... 🎉🎊

My Alpa [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang