Eps 28

106 10 0
                                    

Alpa baru menyadari bahwa yang sedari tadi dia kejar ternyata bukan bayangan melainkan hanya asap hitam yang melesat. Dan asap itu perlahan menggumpal. Membentuk sebuah wujud Kaki, tubuh, tangan, kepala, dan terakhir, untuk bagian yang paling atas, kepala beserta wajahnya.

Diandra.
_______________________________





Alpa terdorong mundur melihat keanehan itu. Bukankah Diandra sudah mati.
"Ku pikir kau sudah mati" ucap Alpa yang berusaha terlihat tenang.

Sedangkan wanita itu sama sekali tak peduli dengan apa yang dipikirkan lawan bicaranya. "Berikan bola mata ular itu"

"Bangkit dari kematian cuman mau ngerebut bola mata ular ?"

"Atau kau akan menyesal tidak bertemu majikanmu lagi."

Alpa terdiam. Dia lupa kalau Mily sedang tidak bersamanya. Mereka berpencar karna melihat sang kakek yang sepertinya akan dijadikan tumbal tadi. Dan dia juga tau benar kalau Fhu mily jauh dari kata cukup untuk melawan sesuatu yang tak terduga. Oke, perasaanya memburuk.

"Majikanku masih jauh lebih pintar darimu."

"Terlalu naif."

Diandra menjentikkan jarinya ke udara. Membuat seolah olah akan ada sesuatu yang terjadi setelah itu. Tapi Alpa masih di sana. Dan tak ada apapun yang terjadi.

"Ya,... Ku rasa aku memang terlalu naif untuk memahami apa yang sedang kau lakukan." Balasnya.

"Lihat di belakangmu."

"ALPA !!"

'Mily !!'.

Dia terikat pada tanda salib yang melayang di atas lubang hitam. Itu bukan lubang yang pernah mereka gunakan untuk membuang mayat makhluk asing seperti hari itu. Ini punya kakek. Pemunculan lubang hitam yang satu ini mampu  menghabiskan seluruh Fhu bagi penggunanya. Tak pernah ada yang tau kemana lubang itu berujung. Dan hanya klan penjaga yang tau mantranya. Alpa cukup di buat panik dengan pemikirannya sendiri.

"Serahkan bola mata ular itu sekarang atau majikanmu jatuh."

"KAU APAKAN MILY !!!" Bentaknya.

"Ku rasa kau tau soal mantra Black Hole."

"Ha ?!!!"

"Majikanmu kena serangan dari seseorang yang juga tau soal mantra itu."

"Seseorang ?" Alpa semakin panik saat tanda salib itu perlahan mulai turun ke lubang hitam.

"Kakek kalian."

"What ?!"

"HEYYYY !!!!! TANYA JAWABNYA NTAR AJA !!"

Alpa langsung melesat ke arah salib. Berniat menyelamatkannya. Mengabaikan Diandra yang cengar cengir gak jelas. Tapi Mily lagi lagi membentaknya dengan mengatakan bahwa dirinya tak mau di selamatkan. Laki laki itu pun menghentikan langkahnya.

"OI DIANDRA ! KAU INGIN BOLA MATA ULAR ? BENDA ITU ADA PADAKU."

"Bagus."

"Mily ! Kenapa kau beri tau !"

Mily mengacuhkannya.

Diandra menjentikkan jarinya lagi. Tanah di bawah kaki alpa pun bergetar bersamaan dengan munculnya Jeruji jeruji hitam yang merobek dataran di sekelilingnya. Di detik selanjutnya, benda itu telah melesat dan menjulang tinggi bagai penjara. Alpa hanya berteriak saat gagal melarikan diri. Kaki dan tangannya tiba tiba  terikat pada kawat tajam yang juga keluar dari dalam tanah. Dia meronta kesakitan saat lilitan kawat itu makin kencang dan berobek kulitnya seiring dia memberontak. Seolah kawat itu hidup. Melepas kalung segelnya sendiri untuk berubah jadi serigala pun dia tak lagi mampu.

"Diam di situ." Ucapnya.

"Kupastikan kau menyesal setelah ini Diandra !." Ancamnya serius.

"Terserah"

Ketika Diandra mulai melayang mendekati gadis itu, Mily tau benar apa yang harus dia lakukan nanti saat semua berjalan sesuai dengan perkiraannya. Tapi jika tidak, maka harus ada rencana B. Dan dia belum memikirkannya. Fhu nya saja tinggal 4% karna tipuan tadi. Gimana mau mikir panjang. Tipuan yang melibatkan wujud kakeknya yang dia selamatkan tadi. Itu memang kakek. Tapi dia dalam pengaruh hipnotis Diandra. Dan Mily tidak menyangka sama sekali akan hal itu. Terlebih kalau kakeknya akan membacakan mantra Black Hole dengan sangat fasih. SANGAT--TIDAK--MENYANGKA.

Orang tua itu langsung pingsan karna kehabisan persentase Fhu, saat Mily mulai tenggelam dalam kegelapan tadi. Dan kini, dia di keluarkan kembali hanya untuk terpampang di depan Alpa sebagai alat ancaman dengan badan terikat pada tanda salib yang melayang di atas lubang hitam mengerikan.

Saat jaraknya sudah cukup dekat, Diandra menerawang pakaian perang Mily yang notabennya masih seperti baju cosplay bagi siapapun yang melihatnya. Memeriksa ada di manakah benda yang dia cari. Sekilas keningnya berkerut saat menyadari benda yang dia cari tak ada pada Mily.

"Untuk ukuran anak pendek, kau cukup berani membohongiku"

"Gak usah bawa bawa tinggi badan ! Bola mata ular itu ada padaku. Ku bungkus dengan senjataku yang tak dapat di lihat oleh musuh."

"Berikan padaku"

"Lepaskan aku dulu" saut Mily cepat

"Aku tidak bodoh bocah."

"Dan aku juga hanya punya 2 tangan bitch. Dan.. terikat. Bagaimana caraku mengambilnya"

Diandra nampak berfikir. Dan gadis itu hanya bisa berharap kalau tali yang mengikatnya dilepaskan sesegera mungkin. Apalagi rencananya nyaris berubah saat melihat Alpa yang menahan sakit sampai Fhu nya menipis. Mily benar benar tidak tega dan tidak terima partnernya diperlakukan seperti itu. Jadi untuk mempercepat waktu, dia pun mulai angkat bicara alih alih untuk meyakinkan Diandra bahwa seorang Mily aman 100% untuk di lepaskan. Lagi pula Fhu miliknya juga tidak akan cukup untuk merapal mantra yang berat dan mengancam. Setidaknya itu lah yang dia ingin Diandra pikirkan.

"Tinggal 4% ya. Oke. Kulepaskan kau."

Yes !

Tali yang mengikatnya pun di lepas. Dan Mily perlahan melayang turun ke tanah yang lebih aman. Yang tak ada efek lubang hitamnya. Pura pura lemas adalah aktingnya yang terbaik. Jadi setelah dia sampai di samping jeruji penjara yang mengurung Alpa, Mily mencoba seolah olah dia adalah korban aniaya yang tidak makan selama lebih dari 4 hari. Lemas tak terhingga. Alpa sepertinya lebih terlihat tak berdaya melihat majikannya seperti itu. Dia terlalu polos.
Perlahan Mily merogoh saku kanannya dan mengeluarkan bola kecil mengkilap seperti kelereng. Bola mata ular. Diandra yang tak begitu sabar langsung dengan cepat mengambil paksa benda itu dari tangannya.

"Kalian tamat di sini"

Mily tersenyum samar. Semua sesuai dengan rencananya. Ada mantra umum di kalangan klan penjaga yang biasa digunakan untuk merubah bentuk segala benda menjadi sesuatu yang yang dia inginkan. Sekalipun berubah menjadi makhluk hidup. Dan mantra itu juga sama sekali tak membutuh Fhu untuk mengaktifkannya.

"Tamat ? Jadi aku kalah ya ?"

Diandra hanya diam memperhatikan Ekspresi Mily. "Kau merencanakan sesuatu"

"Tepat"

"Cih" Diandra yang merasakan perbedaan aura pada lawan bicaranya, langsung melayang menjauh secepat yang dia bisa.

Dan Mily pun mulai merapal mantra itu
"O vasiliás ton Anaconda, o Kýrios tou Amazoníou, sas kaló na timorísete aftón ton ánthropo !"
















































































Akhirnya ku mampu UP lagi :')
Bentar lagi nyampe ending nih. Langsung UP story baru nanti. He he (/- ∆-)/

Jangan lupa ninggalin jejak komen dan like ya ^o^

Kalo gak minat, gak usah aja gpp. Itu hak kalian kan [°__°]

See you next eps...

My Alpa [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang