Alana POV
"Vin aku punya pacar baru"
Yang di ajak ngomong malah asik berkutat sama buku.
"VIN!" teriak gue di telinganya.
"Apaan sih? Aku lusa ada olimpiade, kata bunda aku harus belajar yang giat biar bisa menang sama ngebanggain orang tua aku" katanya sambil berjalan ke meja belajarnya.
Gue menyeka air mata gue, gue emang cengeng kalau di depan Davin, kayaknya semua cewe-cewe pada sirik ye, maafin deh ya.
"Hiks" isak gue.
"Lana? Kamu kenapa? Maafin aku tadi malah ngomong gitu, aduh maafin aku bikin kamu sakit hati, aku ga maksud gitu kok, aduh maafin aku ya" katanya sambil memeluk gue dan mengelus kepala gue dengan lembut.
Gue mengeratkan pelukannya, "Jangan gitu lagi"
"Iya, maafin aku oke, jangan nangis, sekarang kita ke balkon, atau mau ke bunda aja?" Katanya sambil membawa gitar yang gue kasih pas SMP.
"Ke bunda yu"
Dia mengangguk dan kita berbarengan turun ke bawah.
Aroma masakan menyeruak di hidung gue, asikkkk, makan enak nih.
"Bundaaaaaaa, kangen" kata gue langsung lompatin 3 anak tangga sekaligus.
BUKKK!
"AWWWWW" teriak gue saat melihat darah menetes ke lantai.
"Lana! jalan tuh hati-hati, ceroboh banget sih, tau ga tangga tuh jangan di langkahin, ceroboh banget, obatin sana, malah nangis, obatin dulu keburu infeksi" katanya sambil berjongkok lalu berdiri dan berjalan menuju meja makan.
"Bukannya bantuin aku, malah marahin aku, kesel sama Davin, jangan ngomong sama aku 1 minggu, pintu penghubung kamar aku kunci selama seminggu" ancam gue sambil berjalan tertatih menuju bunda.
Gue nangis di pelukan bunda gue.
"Kenapa sayang? Obatin dulu yu, nanti infeksi gimana?" Gue mengangguk lalu teriak-teriak akibat kesakitan.
"BUNDA UDAAHHH, HUEEEEE, GA MAU DI OBATIN, AHAHAHAHAHA SAKITTTT UDAH, UDAH" teriakku sambil memeluk kepala bunda gue dengan erat.
"Nak, ini kepala bunda kenapa kamu kelekin, udah ah makan dulu yu" kata bunda gue sambil menuntun gue ke meja makan.
Gue mengambil mekanan buatan bunda Kayla tercinta ini.
Gue suka mikir deh, kalau udah punya suami gue bisa ga ya jadi ibu yang baik kayak bunda?
Pertanyaan yang hanya busa di jawab oleh waktu.
Sehabis makan gue tertatih menaiki tangga menuju kamar, Davin melewati gue dengan dinginnya, lalu menutup kamarnya.
Ngeselin!
Dia selalu aja ga pernah nolongin gue, kesel, katanya dulu dia mau jagain gue, just bullshit.
Gue melihat notif hp gue, semuanya penuh dengan notif dari salah satu aplikasi chat.
Adrian Xavier : Hai sayang, udah nyampe rumah belum
Adrian Xavier : udah makan belum?
Adrian Xavier : kerjain prnya loh, aku ga mau kamu kena marah sama pak kinclong.
Gue tertawa melihat pesan yang dikirimkan oleh Adrian yang notebnnya pacar gue yang gantengggg banget.
Lana : Ehehe, udah makan kok, ini baru mau ngerjain pr kok
Gue langsung senyam-senyum memikirkan muka pacar gue ini.
Gue membuka buku biologi gue, semua soal gampang lah menurut gue, gue nyelesainnya aja cuman sejam mungkin, ya orang biologi pelajaran paling gue suka.
Bosen, mana Adrian belum jawab pesan gue.
Bosen.
Bosen.
Bose-
Aha! gue recokin Davin ah, eh, tapikan gue lagi kesel sama dia ceritanya.
Mana Davin ga minta maaf sama gue, ngeselin ih.
Gue jalan ke balkon dan melihat jalanan komplek yang sepi.
Mungkin memang ku yang harus mengerti
Bilaku bukan yang ingin kau miliki
Salahkah ku bila
Kau yang ada di hatiku
Sekarang suara intro gitar terdengar lalu suara itu pun diam.
Gue liat ke balkon sebelah, kan Davin emang to be perfect tapi ngeselin bangetttt.
"Vinnn, suara lo bagus, suka, suka"
Ohiya ya gue kan masih dalam mendiamkan Davin, ah gue bego.
Dia malah kembali membaca buku olimpiadenya, dia terus berkutat dengan buku itu, sekalian aja napa bukunya dia nikahin.
Gue menopang dagu gue.
Drtttttt ..... drtttt ....
Adrian Calling
"Hallo, ehehe, kenapa?"
"Ih panggil sayang atau apa gitu"
"Iya ada apa sayang?"
Yang di sebrang tertawa geli, lalu gue larut dalam percakapan rame antara gue dan Adrian, emang dia moodbuster banget.
Love ya Adrian.
-------------------------//----------------------
Di mulmed itu Alana yoo, love ya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Changed Me
Teen FictionSebelumnya Klise kalau cuman karena gue, sahabat gue bisa berubah drastis, okay emang itu janji, tapi tidak sampai membuat perubahan besar. -Alana Gue berubah demi dia, jangan tanya kenapa, gue dengan senang hati nepatin janji gue. -Davin Sesudahnya...