Flashback on
"Ya kamu ajak aja dia, Dri" ucap Lana.
"Ga bakalan mau orangnya juga, aku yakin Lann"
Keduanya berteguh pendirian dengan jawabannya masing-masing.
"Lan, gimana jadinya?" Tanya Adrian yang notabennya pacar Alana.
"Ga tau gimana caranya kamu masukin tuh Davin ke ekskul basket, asal kamu tau aja dia jago banget basket" ucap Alana, dan pergi meninggalkan Adrian yang berada di aula.
Flashback off
-----------------------
Alana POV
Ihihi, ngeliat Davin tadi ngerebut bola basket itu, kayak ngeliat sesuatu yang limited edition.
Kece lagi, huh, baru nyadar punya sahabat yang kece.
"Cie yang baru masuk basket mah beda, langsung gaul gayanya, jangan ninggalin pelajaran juga dong" sindir gue ke orang yang ada di sebelah gue.
"Emang anak basket harus populer?" Tanyanya.
"Dav, kemana aje sih, kan emang gitu peraturannya dari dulu" ucap gue.
Davin menghela nafas.
Dia kemana aja sih, masa baru tau kalau anak basket harus populer, emang sih diskriminasi, tapi ya udah ritualnya kayak gitu.
"Kalau aku ga mau gaul gimana?" Tanyanya.
"Ya kamu di tuntut untuk gaul"
Dia memperhatikan gue dengan kedua alisnya yang bertautan.
"Kenapa kamu bisa tau kalau aku masuk basket, padahal aku belum cerita apapun, dan aku juga jarang cerita" ucapnya.
Oh damn! ge lupa dia belum cerita.
Duh, jawabnya gimana? Damn, kenapa gue sebodoh itu!
"Ya, eh, ya kan aku pacarnya Dri, Dri kan ngasih tau aku, kamu itu masuk basket, ahahaha kamu itu aneh-aneh aja fikirannya" huh, untung ada alesannya.
Dia mengangguk dan berjalan menuju tangga.
"Tapi kan tadi kamu ga pulang sama Dri, kamu kan pulang sama bunda, dan kalau malu punya sahabat kayak aku bilang aja" omongannya itu loh.
Nyindir abis, masa ngomongnya pas udah di depan anak tangga, nyindir banget.
Tapi iya juga sih, kan hari ini bunda ga ada project, jadi ya, gue di jemput sama bunda.
Bodoh banget sih gue, heran gue.
Kan jadi yang keliatannya gue itu malu punya sahabat kayak dia, sebenernya bukan maksud gue gitu, maksud gue itu biar dia gaul aja, biar dia punya temen.
Itu aja sih alasan gue nyuruh Dri.
-----------------------
"Jangan marah uhuhu" ucap gue saat udah di kamar Davin.
Dia hanya tersenyum dan mengacak rambut gue.
Dia mengambil beberapa perlengkapan belajar, dan mengambil baju yang masih di simpen di rumah gue.
Ngapain sih dia bawa gituan?
"Vin mau kemana?" Tanya gue, super duper kepo.
"Les" ucapnya singkat dan memakai sepatunya.
Dia mengambil jam tangannya dan memakaikannya di tangannya.
Dia sesekali melihat ke arah jam yang ada di tangannya.
"Lan, minjem mobil" ucapnya.
Wow, tumbenan sahabat gue mau naik mobil.
"Ambil di meja deket pintu keluar" ucap gue.
"Sip, nanti gue pulang rada maleman ya, ehm, mungkin jam 8 atau 9, entah" ucapnya dan lari ke luar kamar.
Apa maksudnya? Cuman bilang gitu doang, ga bilang 'Bye Lanaa' atau 'Hati-hati di rumahnya, tungguin aku pulang ya'
Euh, ngeselin abis.
Gue turun ke bawah, pengen liat Davin sibuk aja.
Dia mencari-cari sesuatu yang kayak ga ketemu-temu.
"Dav, nyari paan sii?" Tanya gue akhirnya.
"Kunci mobil"
"Itu di laci deket pintu keluar bedon, bukan pintu kamar bunda, telinganya di pake dong" kesel kan jadinya gue.
Di bilang di laci deket pintu keluar, malah nyari di deket pintu kamar bunda.
"Yaudah Lan, ini udah ketemu" ucapnya lalu pergi.
Wanjir, kan ga say good bye, atau apa kek.
----------------//--------------
Di mulmed itu mukanya kalau dari deket, Alana. Love yaa.

KAMU SEDANG MEMBACA
Changed Me
Teen FictionSebelumnya Klise kalau cuman karena gue, sahabat gue bisa berubah drastis, okay emang itu janji, tapi tidak sampai membuat perubahan besar. -Alana Gue berubah demi dia, jangan tanya kenapa, gue dengan senang hati nepatin janji gue. -Davin Sesudahnya...