Davin POV
Apa sih tadi Lana pake di rangkul sama Drian, tai juga itu anak.
Heh, buat mood gue down aja.
Ah damn, gue benci pacaran, liat aja beberapa minggu lagi pasti Lana nangis-nangis dateng ke gue, dan saat itu juga dia bilang 'Aku ga mau pacaran lagi, cape di sakitin' tapi omongan dia sama kenyataan berbanding, dia punya segudang mantan.
Kapan ya gue jadi pacarnya, eh maksud gue jadi yang terakhir bagi dia, eh, bukan itu maksud gue, eh udah lah lupakan.
"Davinnnn, aku lagi seneng" kata Lana tiba-tiba.
Gue cuman mengangguk.
"Dapinnnnnn, Adrian bisa ngertiin aku kalau kita sahabatan dari kecil, jadi kalau kita kayak orang pacaran dia udah maklumin, ihhhh aku seneng Pinnn" kata Lana sambil mencubit pipi gue.
"Lana, apaan sih?! Sakit, bisa diem ga sih berisik!" bentak gue.
Kemakan emosi sih sebenernya.
"Davin? Kamu bentak aku, hiks, bentak aku?, hiks, Davin" kata Lana sambil terisak.
Gue langsung meluk Lana.
"Lan, maafin aku, maaf kemakan emosi akunya, kamu sih jangan gangguin aku kalau aku lagi belajar, maafin ya, jangan nangis, udah Lan maafin ya, ya udah gini deh, mumpung masih jam setengah sembilan, kita nyari makanan yu" kata gue sambil mengusap kepalanya, aduh udah keberapa kalinya sih gue bikin dia nangis ya tuhan.
"Hiks, jangan bentak lagi, hiks, ayo tapi mau kemana?" Katanya sambil menjauhkan badannya dari dekapan gue.
Dia menghapus dengan kasar air matanya.
"Beli nasi uduk yu, tapi aku bawanya mobil, bukan motor gapapa kan?" Kata gue dengan lembut.
"Ihhh, asikkk pake mobil kamu, kan aku lebih seneng pake mobil kamu, kan mobil kamu ada kumpulan cd aku, ayo berangkattt" teriaknya sambil menarik tangan gue.
Gue tersenyum melihat kelakuan Lana.
"Lan, ganti baju kamu dulu deh, atau pake cardigan gitu, itu kelek kamu kemana-mana tau ga, bau" kata gue sambil menutup hidung gue.
"Ga bau tau, wangiiii, ya udah aku ambil cardigan dulu ya, kamu tunggu di bawah aja okay" katanya.
Gue mengengguk dan memakai sweater gue, langsung lari ke arah garasi.
-------------------------
"KANG, KAYAK BIASA YA" teriak Lana dari meja makan.
"SIAP NENG" kata si abangnya sambil mencuci tangannya.
Gue membuka buku gue, dan membenarkan letak kacamata gue.
Badan gue di senggol sama seseorang, apaan banget sih ini orang.
"Eh Vin, maafin abismya kamu baca buku mulu, bercanda kek ke aku atau apa gitu" kata Lana sambil merebut buku gue.
Gue cuman menggeleng, lalu mengeluarkan iPod nano gue, dan mengaitkan earphone ke telinga gue.
"Ini neng, seperti biasa atuh, teu make tempe hiji, teu make tahu hiji, tah da si eneng mah meni jarang ka dieu teh, ya udah atuhnya akamg teh mau nyiapin buat yang lain, atuh silahkan menikmati" dengan logat sundanya akang uduk berdialog, licu dengernya.
Gue lepas earphone dan memasukannya ke saku.
Gue makan dengan tangan lah ya, ga enak juga makan nasi uduk pake sendok, satu lagi gue selalu traktirin Lana ke makanan-makanan di pinggiran jalan, ya gue tau sebenernya ga menjamin makanan pinggiran jalan higienis, tapi emang kita juga bisa menjamin makanan restaurant yang mahal itu higienis, ga kan? Jadi berhubung gue ga mau buang-buang uang hanya untuk makan di mall, jalan-jalan di mall, jadi gue sama Lana kadang udah kenal sama penjualnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Changed Me
Teen FictionSebelumnya Klise kalau cuman karena gue, sahabat gue bisa berubah drastis, okay emang itu janji, tapi tidak sampai membuat perubahan besar. -Alana Gue berubah demi dia, jangan tanya kenapa, gue dengan senang hati nepatin janji gue. -Davin Sesudahnya...