Chapter 7

296 3 0
                                    

Davin POV

"Aku maafin, jadi diem" kata Lana, lalu merubah posisi kursi seperti kasur, dan menarik selimut.

Ckck, dasar Lana.

"Lo jangan pernah cium-cium pacar gue, lu kira dia siapa lu?" Kata suara yang lumayan gue hafal.

"Dia? Lana? Sahabat gue" kata gue nyante sambil menarik selimut gue.

Dia menggeleng.

"Bego, salah nanya gue, maksud gue dia itu bukan pacar lo, bukan istri lo, bukan tunangan lo, jadi jangan cium pipi dia lagi" kata dia sambil bertolak pinggang.

"Udah Dri, duduk lagi ih, recokin orang aja lo mah" kata cewe di sebelahnya.

Tunggu, rambut pirang, kacamataan, cara ngomongnya gitu, eh ... itu tuh mirip siapa sih, tetangganya pa Aldo, siapa namanya, eh ... siapa, Vier? Iya Vier!

"Vier, liat pacar gue tadi di cium-cium, gue aja cuman pernah pegang tangannya, belum permah nyium dia" kata Adrian yang menjurus ke curhat.

"Hello, duduk ya ini di pesawat bukan di jalan, jadi bisa kalian duduk?" Sindir gue.

Vier tersenyum ke gue, apaan sih itu cewe keliatannya sih alim, taunya aja beboro alim.

"Lain kali gue cium jidatnya kalau gitu" kata gue.

Dia langsung mengerutkan alisnya.

"Kata lo ga boleh cium pipi, nanti lain kali gue cium jidat dia" kata gue datar sambil menyalakan TV.

Dia menepuk jidatnya.

"Aduh, susah ya ngomong sama lo, kelewat dingin, kelewat telmi, makanya gaul dikit dong" katanya.

Tiba-tiba pramugari nyamperin mereka berdua.

"Maaf, silahkan duduk, cuaca sedang buruk, silahkan pakai sabuk pengaman, tandanya pun sudah dinyalakan, jadi saya mohon untuk anda untuk duduk, demi keselamatan bersama" kata pramugari itu dengan sopan, Adrian dan Vier pun langsung menuju kursinya.

Yaelah, pantesan keliatan tadi gue nyium Lana, orang mereka duduk di belakang kanan gue.

"Maaf, bisa pasangkan sabuk pengaman kepada orang di sebelah anda" kata pramugari itu ke gue.

"Dari tadi sabuknya udah di pake" kata gue jutek.

"Oh, ya sudah, maafkan jika banyak goncangan, karena cuaca di luar sedang jelek, maaf sudah mengganggu, terimakasih atas perhatiannya" kata pramugari itu lalu pergi.

Gue ambil buku gue, dan menyalakan lampu, gue baca perkata, gue pahami setiap katanya, ah, paling benci kalau ada olimpiade, gue pengen kaya kecil, gue pengen jail lagi, but it's impossible, damn.

Gue cape, main sama buku terus, tapi kalau ga main sama buku gue ga bakalan pinter, gue ga nepatin janji gue dulu ke Lana dong? Ah, serba salah hidup gue.

Gue pengen juga pengen ikut turnamen olahraga, bukan olimpiade mulu, tapi gue ga mungkin lakuin itu, semuanya terlalu jauh buat gue jangkau, cielah.

"Heh, baca tuh buku, bukannya melamun" kata seseorang sambil matiin lampu gue.

"Diem kamu" kata gue saat melihat Lana yang meringkuk ke arah gue, aduh, jantung sabar ya, kontrol okay.

"Ehehehe, kebangun nih, pesawatnya ga mau kompromi, goyang mulu, emang ga pusing ya bacanya?" Tanyanya.

"Ga" kata gue singkat.

Dia tertawa, "Jangan terlalu jutek ah, nanti ga dapet pacar, masa mau sama aku terus kalau ke mall, cari pacar dong, biar kalau ke toko buku bareng pacarnya, kalau ke mall bareng pacarnya, kalau mau olimpiade bareng pacarnya, cari ya, nanti kenalin ke aku" katanya panjang lebar.

Gue terdiam mendengar perkataannya.

"Ga mau" kata gue sambil menyalakan lampu.

"Kenapa? Eh sodara kembarnya Adrian cantik loh, mau aku kenalin ga? Nanti siapa tau kamu suka? Gimana?" Katanya sambil mainin selimutnya.

Waduh, jangan-jangan si Vier lagi saudara kembarnya. Mati gue.

"Namanya mirip kok sama Adrian, namanya Andreas, katanya dia paling ga suka di panggil nama yang lain, apa lagi Vier"

Nah loh?

"Hm, whatever you say, kamu masukin buku ini ke tas kamu soalnya aku ga bawa tas, aku mau tidur, sama matiin lampu aku" suruh gue sambil menurunkan kursi ke posisi tidur, dan menarik selimut.

"Kamu kira aku pembokat kamu apa, pake tolong kek, apa gitu, ngeselin" katanya sambil matiin lampu dan mengambil buku gue.

Lana, Lana, ckck. Katanya marah, tapi tetep di lakuin suruhan guenya, lucu banget sih.

-----------------------

"Davin, Davin, bangun, udah mau landing nih, Dapinnn" teriak seorang yang kayaknya gue kenal suaranya.

Lana, ya ini pasti suaranya Lana.

"Hmm" gumam gue.

"Tuh tadi kata pramugarinya suruh tegakin senderan kursi Dapinnn, bangun ih" kata Lana.

Euh, Lana ganggu gue aja sih.

Gue langsung bangun dan menegakkan senderan kursi.

'Landing position' ucap copilot, atau pilotnya, entahlah.

"Singapore, i'm cominggg, bareng Dapin lagi" kata Lana sambil menoel dagu gue.

Staga ini cewe, lucu banget, walaupun freak, tapi lucu.

"Stttt, bopung" kata gue sambil narik rambutnya.

"Idih, bopung ... bopung juga cantik, kamu juga pangling kan sama aku? Ngaku hayooo" katanya sambil menoel dagu gue, lagi.

Deg!

Ga ngerti lagi ini cewe peramal atau apasih, tau gue banget ya, she know me so well.

"Kan diem, diem berarti iya, aku emang udah cantik sih dari dulunya, jadi susah kalau jalan bareng aku tuh, banyak yang ngeliatin aku sih ya, makanya jagain aku" katanya saat pesawat melandas.

Ya ampun, kuran narsis ya ini cewe.

'Ya kita telah sampai di bandara, kami mengucapkam terimakasih telah terbang bersama kami, keluar melalui pintu yang telah kita siapkan, untuk first class, dan business class, silahkan keluar terlebih dahulu' ucap pramugarinya.

"Cepet, lelet kamu mah, ayoo" katanya sambil menarik tangan gue.

Euh, ini cewe.

-------------------------//-----------------------

Helaw, yang di mulmed itu Davinnnn, love ya.

Changed MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang