Chapter 26

204 3 0
                                    

Beberapa tahun kemudian.

"Apa kau tau Alana? Dia cantik sekali, aku ingin bertemu dengannya" ucap salah satu teman Davin dengan bahasa inggris.

"Hey, ini LA, setauku, LA adalah kota pengabul, tinggal kau temui dia,nitu tidak susah" dengan nada yang datar dia menjawab ucapan temannya itu.

"Kau pikir ini dunia dongeng yang hanya meminta ke ibu peri lalu langsung terkabul? Tidak lah, Alana itu model papan atas, kita tidak bisa seenaknya bertemu dengan Alana, sadar lah Davin! kita hanya dokter, bukan artis ataupun model" ucapan temannya itu membuat dia terkikik.

Ya, dia sekarang menjadi dokter, di salah satu rumah sakut ternama di LA.

Dia pindah ke LA semenjak lulus SMA.

"Dokter Davin, apakah anda ada jadwal operasi besok?" Tanya seseorang.

"Tidak ada, ada yang bisa saya bantu?" Tanya Davin.

"Ya nona Alana ingin kau menjadi dokter pribadinya, besok ia akan memanggilmu"

Davin tertawa sinis, dia sudah melupakan sebagian dari hidupnya, ya, dia sudah mulai melupakan Lana.

"Bilang padanya, aku ini spesialis jantung, bukan paru-paru" ucapnya santai.

Asisten Alana pun sontak kaget atas omongan Davin.

"Hey, kau tau dari mana bahwa Lana punya penyakit paru-paru?" Davin lupa bahwa tidak ada satu orang pun yang tau bahwa Alana yang notabennya model papan atas mempunyai sahabat kecil yang bernama Davin.

"Eh-eh tidak, aku hanya melihat biografinya di internet" ucap Davin yang salah tingkah.

"Oh, tapi setahu ku di internet pun tidak pernah ada yang membahas tentang penyakitnya"

"Sudah lah, sekarang bisakah kau keluar dari ruanganku?" Usir Davin.

Asisten Alana pun keluar dari ruangan Davin.

"Hey, dasar kau bodoh, kalau aku menjadi kau, aku akan menerima tawran itu, walaupun aku spesialis anak"

Davin mengulas senyum kepada temannya itu.

-----------------------

"Haiii, bagaimana sekolahmu?" Tanyanya pada anak kecil yang ada di depannya itu.

"Asyik dad, besok aku ada ulangan dad, do'akan aku ya" ucap anak itu.

Davin memeluknya lalu mencium seluruh mukanya.

"Kau tau, aku snagat sayang padamu, tentu saja dad akan mend'oakan jagoan daddy, hey jagoan, kau belum mandi ya?" Tanya Davin ke anak itu.

Anak itu tersenyum tanda belum melakukan apa yang di suruh ayahnya itu.

"Ya ampun, mandi terlebih dahulu baru belajar, besok dad akan mengajakmu jalan-jalan, bagaimana?" Tanya Davin kepada anaknya.

"Tentu, tapi besok daddy tidak ada jadwal operasi kan?"

Dengan spontan Davin tertawa karena omongan anaknya yang sangat mengetahui tentang pekerjaannya.

"Tentu tidak, apa kamu mau daddy marah padamu seharian, atau mandi sekarang juga" canda Davin membuat anaknya itu terbirit-birit menuju kamar mandi.

"Daddy aku benci padamu" teriak anaknya dari kamar mandi.

"I love you too" teriak Davin.

Sontak Davin tertawa terbahak-bahak akibat perbuatan anaknya itu, yap, hanya anaknya lah yang bisa membuat bibirnya berbentuk bulan sabit sempurna.

"Permisi" ucap seseorang di liar pintu apartemen Davin, dia menggunakkan bahasa inggris.

Davin beranjak dari posisinya dan berjalan menuju pintu dia membenarkan rambutnya terlebih dahulu setelah itu ia membuka pintu.

"Dengan keluarga Dav-" Davin tersentak akibat orang yang ada di depannya sekarang.

Perpuan itu tersenyum sangat lebar saat melihat laki-laki yang sudah lama ia sudah tidak melihatnya.

"Apa kabar?" Tanyanya, Davin hanya memberinya tatapan datar.

Perempuan itu tidak menghapus sedikit pun senyumannya.

"Hey! apa kamu masih kenal aku?" Tanya perempuan itu untuk meyakinkan bahwa sahabatnya itu kenal dengannya.

"Tentu, kamu itu yang ada di majalah dan TV? Tentu saya kenal dengan anda, saya baru tau kalau anda adalah orang Indonesia"

Dengan perlahan senyuman yang tadi mengembang, menjadi satu garis yang ridak berbentuk apapun.

"Daddy, ak-" omongan anaknya yang menggunakkan bahasa inggris pun itu terhenti akibat melihat perempuan yang ada di depan ayahnya itu.

"Ini anak kamu?" Tanya Lana dengan ramah.

"Iya" ucap Davin dengan ketus lalu menundukkan badan dan mencium kepala anaknya itu.

Lana merasa sudah tidak ada oksigen lagi, dia terduduk di depan Davin.

Anak perempuan yang polos itu pun mendekati Lana.

"Apa kau tidak apa-apa?" Tanya anak perempuan itu.

Lana melihat anak itu lalu memeluknya dan menangis dengan sedikit isakan di tengah tangisannya.

"Daddy, tolong lah perempuan ini, apa kau tidak kasihan?" Ucap anaknya.

Davin lalu menarik Lana agar masuk ke dalam apartemen.

"Duduk disini, dan jangan pegang apapun!" seru Davin, Lana tidak menjawab apapun ia masih kaget.

"Mana mamahnya?" Tanya Lana menggunakan bahasa Indonesia agar anak itu tidak mengerti apa yang mereka berdua bahas.

"Sudah meninggal, apa kau bisa pulang, aku tidak mau menjadi bahan gossip di sini"

-------------//------------

Changed MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang